KEMBALINYA PERAN IBU DI MASA PANDEMI

gambar dari kompasiana.com

Oleh: Astriani Lydia, S.S (Aktivis Komunitas Parenting Ibu Tangguh Bekasi)

Saat ini dunia masih disibukkan dengan aktivitas melawan wabah COVID-19. Bagaimana tidak, korban akibat wabah tersebut semakin banyak berjatuhan, termasuk di Indonesia. Sementara pemerintah masih dilanda kebimbangan antara lockdown atau tidak. Pemerintah pusat justru menyerahkan keputusan kepada masing-masing daerah. Padahal penanganan COVID-19 ini tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri.

Akibatnya terjadi kebingungan di tengah-tengah masyarakat. Sementara itu sejumlah provinsi mulai Senin (16/3/2020) mulai meliburkan sekolah, dari jenjang TK, SD, SMP dan SMA hingga Senin (30/3/2020). Sebagai gantinya, pembelajaran yang biasanya dilakukan di sekolah diubah menjadi di rumah. Siswa tetap mengerjakan semua tugas sekolah meski berada di rumah. Orang tua yang juga bekerja dari rumah diminta untuk mengawasi proses belajar anak selama berada di rumah.

Meski terlihat menyenangkan, pembelajaran di rumah bukanlah sesuatu yang mudah bagi para orang tua. Salah seorang orang tua murid mengatakan, menjadi pengawas bagi anak yang belajar di rumah memiliki tantangan tersendiri. Yakni, bagaimana disiplin dengan waktu. Belum lagi saat ibunya memegang gawai untuk melihat tugas sekolah, anaknya pun ingin ikut main gawai. (Republika.co.id, 18/3/2020).

Hal ini ternyata berdampak juga kepada siswa, Komisi Perlindungan Anak (KPAI) menerima aduan terkait anak-anak yang stres akibat diberi banyak tugas secara online. KPAI menerima pengaduan sejumlah orang tua siswa yang mengeluhkan anak-anak mereka malah stres karena mendapatkan berbagai tugas setiap hari dari para gurunya,” kata Komisioner KPAI Bidang Pendidikan Retno Listyarti dalam keterangan tertulis pada Rabu (18/3/2020). Retno menduga banyak guru tidak memahami konsep belajar dari rumah atau home learning.

Hal ini membuat guru memberikan banyak tugas ke siswa. “Seiring dengan 14 hari belajar di rumah, ternyata tugas yang harus dikerjakan anak-anak mereka di rumah malah sangat banyak, karena semua guru bidang studi memberikan tugas yang butuh dikerjkan lebih dari 1 jam. Akibatnya, tugas makin menumpuk-numpuk, anak-anak jadi kelelahan”, ucap Retno. (detikcom, 18/3/2020). Pemerhati pendidikan Indra Charismiadji juga mengatakan belum semua guru yang siap menerapkan pembelajaran daring. “Belum semua guru siap menjalankan pembelajaran daring . Banyak guru yang kebingungan bagaimana pembelajaran daring tersebut,” kata Indra. (Republika.co.id, 18/3/2020).

Di sistem Kapitalis seperti sekarang ini, stuasi yang serba mendadak ini memang membuat gagap semua pihak. Untuk itu sangat dibutuhkan kerjasama dan kesadaran semua pihak. Dengan berpindahnya anak-anak belajar di rumah, guru membutuhkan bantuan orang tua untuk membimbing anak-anak dalam melakukan proses belajar. Dalam hal ini, ibulah yang berperan utama dalam membantu anak-anak untuk menuntaskan tugas-tugas dari sekolah.

Kehidupan kapitalis seperti saat ini memang membuat seorang ibu menjadi gagap dengan tugas utamanya. Jika sekolah dipindah ke rumah, ibu yang tadinya bekerja diluar rumah harus beradaptasi lagi. Sebab kebiasaan mendidik dan mengurus anak yang biasanya berbagi dengan sekolah, harus dilakukan oleh ibu sendirian. Padahal di dalam Islam aktifitas utama seorang ibu adalah sebagai ummun wa rabbatul bayt (ibu dan pengurus rumah tangga).

Tugas seorang ibu pula untuk mengasuh dan mendidik anak-anaknya. Jadi, seorang ibu harus memahami bahwa dalam situasi apapun dan dimanapun seorang ibu harus terbiasa dengan pengasuhan dan pendidikan anak-anaknya, terlebih dalam situasi wabah seperti saat ini. . Maka, seorang ibu harus mampu melakukan perannya dan mengembalikan niatnya semata-mata untuk meraih ridho Allah Swt. Mulailah dengan memberikan motivasi kepada anak-anak untuk tetap ikhlas dan bahagia menjalankan tugas-tugas yang ada.

Kemudian membimbing anak-anak, membuat program-program yang bisa dilakukan bersama dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah Swt. Tidak lupa juga untuk memberikan pemahaman kepada anak-anak bahwa kita berada di dalam rumah bukan semata-mata menghindar dari virus corona tapi lebih dari itu mendapatkan pahala syahid. Rasulullah Saw bersabda: “ Barangsiapa yang tinggal di rumahnya ketika terjadi wabah, maka dia mendapatkan pahala syahid walaupun tidak meninggal dunia”. (HR. Ahmad). Wallahu a’lam bisshawab.

Posting Komentar

0 Komentar