Ibu Itu Bernama Khilafah



Oleh : Abu Umar (Pembina Komunitas Hijrah Pondok Gede)


وعَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيّ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللّهِ صلى الله عليه وسلم “لَتَتّبِعُنّ سَنَنَ الّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ. شِبْراً بِشِبْرٍ، وَذِرَاعاً بِذِرَاعٍ. حَتّىَ لَوْ دَخَلُوا فِي جُحْرِ ضَبَ لاَتّبَعْتُمُوهُمْ” قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللّهِ آلْيَهُودُ وَالنّصَارَىَ؟ قَالَ “فَمَنْ؟”.
[ رواه البخارى ومسلم ]

Dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sungguh, kalian benar-benar akan mengikuti kebiasaan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga sekiranya mereka masuk ke dalam lubang biawak sekalipun kalian pasti akan mengikuti mereka.” Kami bertanya; “Wahai Rasulullah, apakah mereka itu kaum yahudi dan nasrani?” Beliau menjawab: “Siapa lagi kalau bukan mereka?” (HR. Bukhari dan Musim) 

Kaum Muslimin itu punya Ibu, Ibu ini yang mengurus Kaum muslimin layaknya seorang Ibu yang menyayangi anaknya, mencurahi dengan air susunya, menahan letih saat mengasuhnya, bersimbah keringat dan air mata dengan satu alasan, Ia menyayangi anak anaknya.

Kasih sayangnya pula yang membuatnya mengurus anak anak itu dengan sebuah panduan yang sempurna, menurut apa yang telah Allah turunkan padanya. Selain ingin memenuhi kebutuhan dunianya, tidak membiarkan anaknya kelaparan ,sakit, atau ketakutan, Ia juga tak ingin anaknya durhaka kepada penciptanya .
Baginya, bagian terakhir ini justru adalah tanggung jawab utamanya sebagai seorang Ibu.

Tapi pada tahun 1924, sang Ibu dibunuh.
Pembunuhnya berkata, 
'Mulai sekarang, Akulah pengurus Kalian. Lupakan Ibu Kalian, dan dengan carakulah Kalian akan dibesarkan'

Hari ini, 96 tahun sejak kematian sang Ibu..
Sebagian Anaknya masih mengingat dengan jelas sosok sang Ibu, merindukannya, dan mengingat Barat sebagai Pembunuhnya.

Namun sebagian besar lainnya, lahir dan dibesarkan oleh Pembunuh, mencecap air susunya, menyerap dongeng dan cerita yang mendengungkan kisah bohong.
Di nina bobokkan dengan senandung serapah kepada Ibu kandung, seraya menancapkan kisah kebaikan si pembunuh sembari berpesan
' Akulah standart kebaikan bagimu, karena Ibu kandungmu adalah sesuatu yang akan menjadi keburukan bagimu'

Ibu itu adalah Khilafah.
Dan pembunuhnya adalah konspirasi kafir barat meski eksekutornya adalah Mustafa Kamal sang laknatullah pada tahun 1924.

Teramat sulit menyadarkan Kaum Muslimin dengan menyampaikan padanya dalil dan fakta, bahwa Ibu nya saat ini adalah Pembunuh dan tidak pernah benar benar menjadi Ibu.
Ia bahagia melihat Kita, mengikuti cara hidup dan aturannya dalam kehidupan, sehingga Kita justru mencela hukum Allah yang dulu diajarkan Ibu kandung Kita. 
Dia senang Kita menjadi sekuler, pikirannya liberal, dan sudah merasa berjuang lewat iming iming demokrasi serta HAM yang padahal tidak akan memberi ruang bagi tegaknya syariat Islam.

Si Pembunuh menceritakan kisah Demokrasi dengan berkata
'Bergabunglah denganku, siapa tau Engkau memiliki kesempatan menegakkan Izzah bagi agamamu'm, minimal mengenang Ibu kandungmu'
'Tapi ingat, ada HAM, dimana semua orang memikiki hak atas diri Mereka. Bergabunglah, hanya saja bersedia dan rela lah jika standarmu tidak akan menjadi standar baku bagi Saudaramu. Semua memiliki kepentingan, dan karena nya berundinglah, toh semua demi kebaikan'

Hari ini, masih ada sebagian Anak kaum Muslimin yang mengingatkan kisah ini..
Menyadarkan agar Kita kembali.

96 tahun bukanlah waktu yang singkat, tapi Kita akan memperbanyak kisah kebaikan Ibu Kita, dan membongkar kejahatan si Pembunuh satu persatu.
Mencongkel habis ajarannya dan akan Kita berikan kisah baru yang mencengangkan.

Bangun Saudaraku..bangun..
Kuharap hari ini Engkau sadar, Pembunuh itu membiarkan Saudari Kita telanjang, membiarkan Kita berzina, mabuk, memeras sumber daya alam, mengeluarkan kebijakan yang menyengsarakan dan membiarkan Kita dalam kelaparan, mendikte tatanan dunia, dan berpikir aturan Allah cukup ditataran individu saja....Cukup !!

Jika dalil masuk Islam secara kaffah bagimu tak cukup dimengerti , cukuplah membayangkan analogi ini...

Posting Komentar

0 Komentar