Khutbah Tarawih : Ramadhan Pengokoh Iman



Ramadhan Pengokoh Iman

 الـحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَـمِيْنَ ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ الأَنْبِيَاءِ وَالـمُرْسَلِيْنَ ، نَبِيِّنَا وَحَبِيْبِنَا مُـحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْـمَعِيْنَ ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ ، أَمَّا بَعْدُ

Jamaah sholat tarawih rahimakumuLlah,
Saat ini kita masih berada pada bulan Ramadhan yang penuh berkah. Di negeri ini bulan Ramadhan tahun 1441 H ini datang dalam kondisi situasi negeri yang sangat memprihatinkan. Berbagai problem menerpa negeri ini. Sembari mengisi bulan Ramadhan yang penuh berkah ini, kami mengajak kaum Muslim merenungi situasi yang terjadi. Dengan itu hikmah Ramadhan dapat kita rasakan tidak hanya dalam konteks pribadi, namun juga dalam konteks kita sebagai bagian dari masyarakat negeri ini.

Jamaah sholat tarawih rahimakumuLlah,
Sungguh setiap perkara yang Allah SWT wajibkan atas manusia tidaklah berat karena pasti  dalam kadar kesanggupan manusia. Allah SWT berfirman:

لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا…
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya (QS al-Baqarah [2]: 286).

Dalam kondisi tertentu Allah SWT bahkan memberikan rukshah (keringanan) kepada hamba-Nya. Jika tidak mampu shalat berdiri, misalnya, Allah SWT membolehkan shalat dengan duduk; atau jika tidak mampu juga, boleh sambil berbaring. Begitu juga dengan shaum Ramadhan. Yang sakit atau dalam perjalanan, boleh tidak shaum, tetapi wajib mengqadhanya pada hari lain. Demikian seterusnya. Itulah yang Allah SWT kehendaki sebagaimana firman-Nya:

… يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ…
…Allah menghendaki kemudahan bagi kalian dan tidak menghendaki kesukaran atas kalian… (QS al-Baqarah [2]: 185).

… وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ…
…Tidaklah Allah menjadikan dalam agama (Islam) ini kesempitan atas kalian… (QS al-Hajj [22]: 78).

Jelas, dalam kondisi normal, setiap kewajiban atau ibadah tidaklah berat. Setiap shalat paling-paling menyita lima menit dari waktu kita. Begitu juga dengan shaum. Sebenarnya hanyalah memajukan waktu sarapan pagi lebih awal dan hanya mengurangi satu dari tiga kali kesempatan makan. Apanya yang berat? Jadi kita hanya diminta untuk menahan diri tidak makan siang. Sejarah tak pernah mencatat ada orang sakit parah, terluka berat, apalagi mati gara-gara shaum. Tak ada juga orang jatuh miskin gara-gara membayar zakat atau patah tulang karena shalat. Yang lebih banyak terbukti, shaum dan shalat membuat orang sehat jasmani dan ruhani. Adapun zakat berdampak bagi penyucian jiwa dan pemerataan kekayaan.

Belum lagi pujian dan ganjaran yang telah Allah SWT janjikan bagi hamba-Nya yang taat beribadah. Khusus bagi mereka yang shaum Allah SWT berjanji:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَ اْحتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Siapa saja yang shaum Ramadhan dengan landasan iman dan semata-mata mengharap ridha Allah SWT, niscaya Dia mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu (HR Ahmad).

وَلِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ: فَرْحَةٌ حِينَ يُفْطِرُ، وَفَرْحَةٌ حِينَ يَلْقَى رَبَّهُ
Bagi orang yang shaum ada dua kebahagiaan yaitu: kebahagiaan saat berbuka dan kebahagiaan saat bertemu Tuhannya (di surga) (HR al-Bukhari, Muslim dan Ahmad).

Jamaah sholat tarawih rahimakumuLlah,
Jika untuk mengerjakan kewajiban diperlukan kemampuan, tidak demikian halnya untuk meninggalkan keharaman. Sama sekali tidak diperlukan kemampuan. Anda tak memerlukan uang untuk tidak minum alkohol, tidak melacur atau tidak berjudi. Anda juga tidak memerlukan kemampuan fisik untuk tidak membunuh atau tidak korupsi. Bahkan bila Anda tidak berjudi atau menenggak miras, dana akan bisa dihemat. Apalagi fakta membuktikan bahwa setiap pelanggaran terhadap larangan Allah SWT pasti berdampak buruk. Siapa yang menyangkal adanya dampak buruk alkoholisme, prostitusi, perjudian dan sebagainya?

Di sinilah, selain kemampuan, untuk  mengerjakan  perintah Allah SWT dan meninggalkan larangan-Nya ternyata diperlukan pula kemauan karena berbagai dorongan. Dari sekian macam dorongan itu, yang tertinggi adalah dorongan iman. Tanpa kemauan yang muncul dari iman, kewajiban agama yang sangat ringan sekalipun akan terasa berat dikerjakan. Apalagi kewajiban yang memang memerlukan pengorbanan harta atau bahkan nyawa, tentu akan lebih terasa berat. Dari situlah mengapa perintah shaum Ramadhan ditujukan kepada orang-orang beriman (QS al-Baqarah [2]: 183).

Iman di dada seorang Muslim membuat ia tunduk kepada Allah SWT. Inilah yang akan membuahkan takwa, yakni senantiasa selalu siap sedia mengerjakan perintah Allah SWT dan meninggalkan semua larangan-Nya. Iman memberikan dorongan kuat untuk berbuat kebaikan dan meninggalkan keburukan. Dorongan semacam itulah yang menciptakan kemauan. Dengan kemauan seperti itu pula dulu para sahabat ra. berjihad kendati pun pada bulan Ramadhan. Perang Badar, saat 300 tentara Islam melawan sekitar 1000 tentara kafir, terjadi pada bulan Ramadhan tahun 2 Hijrah. Perang Ahzab terjadi pada bulan Ramadhan tahun 5 Hijrah. Pembebasan Kota Makkah (Fathu Makkah) terjadi pada bulan Ramadhan tahun 8 Hijrah. Perang Tabuk—perang pertama tentara Islam melawan kekuatan adikuasa Romawi—terjadi  pada bulan Ramadhan tahun 9 Hijrah. Bahkan kisah Pembebasan Spanyol—yang menandai awal masuknya Islam ke daratan Eropa yang dipimpin oleh panglima yang gagah berani, Thariq bin Ziyad rahimahulLâh—juga terjadi pada bulan Ramadhan tahun 92 Hijrah.

Kemauan yang bersumber dari iman inilah yang kini langka pada jiwa kaum Muslim. Akibatnya, sekian banyak perintah agama diabaikan dan sekian banyak larangan agama dilanggar.  Akibatnya, berbagai problematika muncul di sana sini tak pernah henti.

Jamaah yang dimuliakan Allah,
Sayangnya, kita tak pernah menyadari akan hal itu. Kita tetap saja tidak mau kembali kepada aturan ilahi rabbi, Dzat yang kita bersujud kepadanya minimal lima kali sehari. Banyak di antara umat ini yang berkarakter Yahudi yakni mengambil sebagian dari petunjuk Allah dan meninggalkan sebagian lainnya karena pertimbangan hawa nafsu. Padahal secara kemampuan mereka mampu. Yang hilang adalah kemauan. Nah, ibadah puasa itu menempa kemauan dan kemampuan umat Islam untuk menahan hawa nafsu dari bermaksiat maupun untuk taat kepada perintah Allah SWT. Termasuk di dalamnya menempat kemampuan dan kemauan untuk menerapkan syariah secara kâffah sebagai merupakan manifestasi terpenting dari ketaatan kepada Allah SWT. Hanya dengan puasa Ramadhan yang benar, umat ini akan kembali mulia dan menjadi umat yang terbaik, khoiru ummah. Semoga Allah jadikan Ramadhan ini awal sebuah perubahan menuju penerapan syariah secara kaffah. Aamiin.

Posting Komentar

0 Komentar