MENENGOK CARA PEMIMPIN ISLAM MENANGGULANGI KRISIS DENGAN CEPAT

Oleh: Ummu Zahwa (Narasumber Majelis Ta'lim Al-Qonitaat Bekasi)

Di tengah makin merebaknya wabah COVID-19, pemerintah mengumumkan akan membuka rekening khusus untuk menampung donasi dari pelaku usaha guna membantu penanganan virus COVID-19 di Indonesia. Tak dapat dipungkiri, perekonomian Indonesia melambat dengan makin merebaknya virus tersebut.beberapa sektor pun sudah terpukul. Oleh karena itu, anggota Komisi XI DPR RI Mukhamad Misbakhun meminta pemerintah mengambil kebijakan afirmatif untuk melindungi perekonomian rakyat kecil di tengah perlambatan ekonomi akibat virus corona. Misbakhun meminta presiden Jokowi  segera mengeluarkan bantuan langsung bagi para petani, buruh sektor perkebunan dan nelayan. “Buruh tani, nelayan, buruh di sektor perkebunan diberikan uang makan oleh Negara Rp. 125.000 per pekan atau Rp. 500.000 sebulan selama tiga atau empat bulan ke depan,” kata Misbakhun melalui keterangan resmi, Sabtu (21/03/2020). Misbakhun juga meminta pemerintah segera mengeluarkan kebijakan khusus dalam pengalokasian Dana Desa. Menurutnya, sebaiknya penggunaan Dana Desa yang ditransfer dilonggarkan sampai 70-80 persen untuk jarring pengaman sosial yang memperkuat gotong royong sosial di pedesaan. (KOMPAS.com, 21/03/2020).

Ekonom Pengurus Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) menilai wabah ini menjadi bencana ekonomi politik. Ketua Dewan Pengurus LP3ES Didik J.Rachbini dan Peneliti LP3ES Fachru Nofrian mengatakan instrument APBN sangat penting dalam menangani dampak virus ini. pemerintah diminta jangan main-main dalam penggunaan APBN. Didik dan Fachru menilai bahwa sejauh ini pemerintah terlihat ragu dan maju mundur dalam mengalokasikan dana APBN untuk menangani virus COVID-19. Mereka menilai alokasi dana yang terus berubah mencerminkan kebijakan yang lemah dari pemerintah. Kepemimpinan di DPR juga disebut mengalami kebingungan karena minim intervensi. Padahal menurut Didik dan Fachru di tangan DPR ada sumberdaya yang besar untuk membantu rakyat yang sedang kesusahan terhantam virus COVID-19. Mereka menilai sudah saatnya alokasi anggaran harus melibatkan DPR dalam skala yang khusus dan besar. Penghematan pun harus dilakukan, Didik dan Fachru menilai proyek besar strategis nasional yang menelan anggaran besar harus dibatalkan, paling minimal ditunda dahulu. “Sudah banyak saran, tapi tidak diputuskan segera agar proyek-proyek besar, mercusuar yang mewah dan berbiaya mahal harus dibatalkan setidaknya ditunda,” sebut Didik dan Fachru. (detikNews, 29/03/2020). Wakil ketua Policy Center Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI), Harryadin Mahardika, menjelaskan, pemerintah bisa menggunakan berbagai sumber keuangan untuk mendapatkan dana segar dalam memerangi COVID-19. Seperti dengan menerbitkan surat utang Negara (SUN). dalam keadaan yang darurat seperti sekarang, pemerintah bisa mengeluarkannya dan kemudian Bank Indonesia (BI) bisa membelinya. Sumber dana lainnya yang dibutuhkan, menurut Harryadin adalah relokasi anggaran di kementrian lembaga hingga pemerintah daerah. Maka itu, program yang lain bisa ditunda dulu dan dialokasikan untuk mengatasi wabah COVID-19. (VIVAnews, 28/03/2020)

Pada masa kepemimpinan Islam, pernah terjadi kondisi pemerintah pusat tidak mampu menopang seluruh pembiayaan dan kebutuhan yang ada ketika terjadi krisis. Hal Ini terjadi pada masa Khalifah Umar. Ketika krisis ekonomi, Khalifah Umar berhemat dan bergaya hidup sederhana. Beliau mengerahkan seluruh struktur, perangkat Negara dan semua potensi yang ada untuk segera membantu masyarakat yang terdampak. Khalifah Umar ra langsung memerintahkan untuk membuat posko-posko bantuan. Khalifah Umar pun langsung menugaskan beberapa orang di berbagai penjuru Madinah untuk memantau kondisi rakyat yang berkumpul mencari rezeki di sekitar mereka karena kemarau dan kelaparan yang menimpa mereka. Mereka bertugas membagikan makanan dan lauk pauk.

Cara yang lain juga dilakukan Khalifah Umar bin Khattab. Sebagaimana yang diceritakan di dalam buku The Great Leader of Umar bin Khattab karya Dr. Muhammad ash-Shalabi, Khalifah Umar langsung bertindak cepat ketika melihat kondisi keuangan Baitul Mal tidak mencukupi penanggulangan krisis. Khalifah Umar segera mengirim surat kepada para gubernurnya di berbagai daerah kaya untuk meminta bantuan. Petugas Khalifah Umar langsung mendatangi Amru bin Al-Ash, gubernur di Mesir, “Dari hamba Allah, Umar bin al-Khattab, Amirul Mukminin, untuk Amru binal-Ash. Semoga kesejahteraan terlimpah padamu. Selanjutnya tegakah kau melihatku dan orang-orang di sekitarku, sementara engkau dan orang-orang di sekitarmu hidup penuh kenikmatan? Tolonglah kami, tolonglah kami. Amru bin al-Ash membalas, “Untuk hamba Allah, Amirul Mukminin, dari Amru bin al-Ash. Semoga kesejahteraan terlimpah padamu. Saya memuji Allah yang tidak ada Tuhan selain-nya. Selanjutnya, bantuan akan segera tiba. Untuk itu bersabarlah. Saya akan mengirim kafilah untukmu. Yang depan berada di dekatmu, sementara yang belakang berada di dekatku. Saya berharap bisa membawa bantuan melalui laut”. Gubernur Mesir Amru bin al-Ash, mengirim seribu unta yang membawa tepung melalui jalan darat dan dua puluh perahu yang membawa tepung dan minyak melalui jalur laut serta mengirim lima ribu pakaian kepada Khalifah Umar. Khalifah Umar juga mengirim surat kepada para gubernurnya di Syam. “Kirimkan makanan yang layak untuk kami karena sudah banyak yang binasa kecuali jika Allah merahmati mereka.” Surat serupa juga dikirim kepada para gubernurnya di Irak dan Persia. Semuanya mengirim bantuan untuk Khalifah.

Inilah gambaran bagaimana pemimpin kaum muslimin dengan cepat dan totalitas menyelesaikan krisis ketika mendapati pemerintah pusat sudah tidak dapat lagi memenuhi segala kebutuhan dalam menangani krisis. Pemerintah pusat memobilisasi daerah-daerah atau wilayah-wilayah yang kaya dan mampu untuk membantu menyelesaikan krisis tersebut. Khalifah Umar langsung mengirim surat untuk dikirimkan bantuan. Para gubernur pun dengan sigap segera memberikan bantuan yang diperlukan karena dorongan ukhuwah Islamiyah yang tinggi. Apakah  pemimpin negeri ini mampu menangani krisis saat ini dengan cepat dan layak dibantu oleh Allah Swt?
Wallahu a’lam bishshawab

Posting Komentar

0 Komentar