TAFSIR SURAT AL FATIHAH : IKRAR PENGABDIAN DAN PERMOHONAN AGAR BERADA DI JALAN ISLAM bagian-5


Oleh : Abu Shahwah As Sundawy (Pengasuh Pondok Pesantren Nidaa Al-Haar Pondok Melati Bekasi)

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
 “Tambahkanlah kepada kami hidayah kepada agama islam, atau makna lainnya langgengkanlah kami dijalan petunjuk pada islam” demikianlah penafsiran Imam Nawawy mengenai ayat ini. Menurut Imam Sam’any kata “hidayah” didalam al Qur’an memiliki beberapa makna, diantaranya ilham, irsyad (bimbingan), bayan (penjelasan), dan do’a (permohonan). Sedangkan hidayah didalam ayat ini maknanya “irsyad” (bimbingan). Sedangkan menurut Imam Ali Ashabuny hidayah ada juga bermakna “dalalah”, irsyad dan “tamkinul iman fil qalbi” (kokohnya iman didalam hati). Dan masih menurut beliau, “ihdina” ini adalah fi’il do’a, yang memiliki makna tunjukkan kepada kami jalan yang lurus, bimbinglah kami menuju jalan tersebut dan perlihatkanlah kepada kami jalan hidayah-MU yang mengantarkan pada hal yang mendekatkan pada-MU. Imam Raghib Al Asfahany mendefinisikan hidayah yaitu : petunjuk kepada berbagai kebaikan baik itu ucapan maupun perbuatan. Imam asy syaukani mengutif penafsiran Imam Ibnu Abbas, memaknai ayat ini dengan :”ilhamkanlah kepada kami agama-MU yang hak”. Adapun Imam Al Baghawy memaknai, dengan “arsyidnaa” (bimbinglah kami), Imam Ali dan Ubay bin Ka’ab mengatakan maknanya (ihdinaa), “tsabbitnaa”...ini adalah do’a dari orang yang beriman padahal mereka sudah berada dalam hidayah maka maknanya adalah “tsabbitnaa” (kokohkanlah kami), dan memohon tetapnya diberi tambahan hidayah”.  Sedangkan menurut Imam Ibnu katsir maknanya, “tetapkanlah kami diatas jalannya dan janganlah engkau simpangkan kami dari jalan tersebut. 
Menurut Imam Al Jawhari“”ashshirat (dengan huruf shad)”, “assirat (dengan huruf sin)”, dan “azzirat” maknanya adalah sama yaitu “aththariq”(jalan). Dan orang arab meminjam istilah “shirat” untuk menyebut setiap ucapan dan perbuatan yang disifati dengan lurus ataupun bengkok. Dan yang dimaksud disini adalah agama islam. Dan “al mustaqim” maknanya adalah yang tidak menyimpang dan tidak bengkok. 
Menurut Imam Ibnu Katsir, terjadi perbedaan pendapat dikalangan para ahli tafsir dalam mengungkapkan makna “ashshirat” walaupun hasilnya hanya merujuk pada satu makna yakni “mengikuti Allah SWT dan Rasul-Nya”. Sebagai contoh dalam hadits riwayat ibnu Abi Hatim, bahwa shirathal mustaqim itu kitabullah, demikian pula pendapat Imam Ali Bin Abi Thalib RA. Dalam riwayat Imam Ahmad dan Imam Tirmidzi dari riwayat al Harits al a”war dari Ali secara marfu :”ia adalah tali Allah yang kokoh, peringatan yang penuh hikmah yaitu shirathul mustaqim”. Adh Dhahak berkata dari Ibnu Abbas beliau berkata : malaikat Jibril berkata kepada Nabi SAW, katakanlah wahai Muhammad : “ihdinaash shirathal mustaqim”, Nabi Mengatakatan “ihdinath thariqal hadiy...” (tunjukkanlah kepada kami petunjuk, yakni agama Allah yang tidak ada kebengkokan didalamnya). Sedangkan dari Ibnu Mas’ud dan Anas dari Sahabat Nabi SAW, “ihdinaashshirathal mustaqim” mereka mengatakan ia adalah islam. Adapun Sa’id bin Jubayr mengatakan : jalan ke surga, dan sahl bin Abdullah mengatakan : jalan sunnah wal jama’ah. Dan banyak lagi pendapat para ulama yang memaknai shirathal mustaqim. Kemudian lanjut Imam Ibnu Katsir, semua pendapat diatas adalah shahih maka ia saling menguatkan. Karena siapa yang mengikuti Nabi Saw, dan meneladani orang setelah beliau yakni abu Bakar dan Umar, maka sungguh ia telah mengikuti kebenaran, dan siapa yang mengikuti kebenaran maka ia telah mengikuti islam, dan siapa yang mengikuti islam sungguh ia telah mengikuti al Qur’an, dan ia itu adalah kitab Allah dan tali Allah yang kokoh dan jalannya yang lurus, maka semuanya benar, sebagian membenarkan pada sebagiannya yang lain. walilhamd
Sehingga penafsiran secara umumnya bisa terwakili dengan penjelasan Imam AS Sa’dy : “tunjukkanlah, bimbinglah dan berilah taufik kami pada jalan yang lurus yaitu jalan yang terang yang menyampaikan pada Allah SWT  dan pada surga-Nya. Yaitu dengan mengetahui yang hak dan dapat mengamalkannya, maka tunjukan kami pada jalan itu dan tetapkan kami pada jalan itu. Maka hidayah pada jalan itu (shirat) yaitu senantiasa ada didalam agama islam dan meninggalkan semua agama selainnya. Sedangkan hidayah berada dalam jalan itu (shirat), adalah hidayah yang mencakup semua rincian keagamaan baik itu ilmu maupun pengamalanya. Ini adalah do’a yang paling menyeluruh dan paling bermanfaat bagi seorang hamba, oleh karena itu wajib bagi manusia berdo’a  kepada Allah SWT pada setiap rakaat dari shalatnya karena urgennya do’a tersebut. Demikianlah penjelasan Imam As Sa’dy.

bersambung....

Posting Komentar

3 Komentar

  1. alhamdulillah, dapat membaca dan mengerti isi surat alfatihah

    BalasHapus
  2. alhamdulillah, dapat membaca dan mengerti isi surat alfatihah

    BalasHapus