TAFSIR SURAT AL FATIHAH : MENGENAL KEMAHA KUASAAN ALLAH SWT Bagian-1



Oleh : Ustadz Abu Shahwah As sundawy (Pengasuh Pesantren Nidaa Al-Harr Pondok Melati Bekasi)


بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ  {١} ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ {٢} ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ  {۳}مَٰلِكِ يَوۡمِ ٱلدِّينِ    {٤} إِيَّاكَ نَعۡبُدُ وَإِيَّاكَ نَسۡتَعِينُ  {٥} ٱهۡدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ  {٦} صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنۡعَمۡتَ عَلَيۡهِمۡ غَيۡرِ ٱلۡمَغۡضُوبِ عَلَيۡهِمۡ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ {٧}


Pengantar
Surat ini   adalah surat Makiyah (surat yang yang diturunkan di Mekah) dalam satu riwayat, sedangkan dalam riwayat lain disebutkan sebagai surat Madaniyah (surat yang diturunkan di Madinah) sebagaimana disebutklan Imam Asy-Syaukany dalam kitab tafsirnya “Fathul Qadir”. Dan jumlah ayatnya sebanyak tujuh ayat.

Dinamai surat al-Fatihah (pembuka), karena al-Qur’an dibuka atau diawali dengan surat tersebut dari sisi urutan suratnya bukan dari sisi turunnya.  Sedangkan nama lain dari surat ini antara lain ummul kitab, ummul qur’an dan assab’ul matsany sebagaimana dikatakan imam Ibnu Katsir dalam pengantar tafsir surat al fatihah di kitab tafsirnya. Sedangkan menurut Imam al Qurthuby surat ini memiliki sekitar dua belas nama.

Menurut Imam Nawawi Al Bantany surat al Fatihah ini mengandung empat ilmu, yang pertama ilmu ushul (yaitu hal-hal yang berkaitan dengan aqidah) yang terkandung diayat kedua, keempat dan ketujuh.  Yang kedua ilmu Furu’ dan yang paling agung diantaranya adalah ibadah baik itu yang berkaitan dengan fisik maupun harta yang terkandung di ayat kelima. Yang ketiga, ilmu Tahshilul kamalat yaitu ilmu akhlaq yang termasuk didalamnya keistiqamahan dijalan islam yang terkandung di ayat kelima dan keenam. Dan yang keempatnya ilmu pengetahuan mengenai kisah dan kabar tentang umat terdahulu yang terkandung di ayat ketujuh.


Tafsir maknawi  

Bismillahirrahmanirrahim
Menurut Imam Ibnu Katsir, para sahabat biasa mengawali membaca Al-Qur’an dengan membaca basmalah. Tetapi ditengah para ulama telah terjadi perbedaan pendapat mengenai basmalah ini, apakah ia ayat yang berdiri sendiri disetiap surat ? atau awal ayat dari setiap surat terutama surat-surat yang ditulis awalnya dengan basmalah ? ataukah bagian ayat dari setiap surat seperti halnya disurat al fatihah ? atau ditulis diawal surat hanya sebagai pemisah antar surat dan ia itu bukan ayat ? demikianlah perbedaan pendapat para ahli tafsir mengenai basmalah baik dikalangan ulama salaf maupun khalaf . kecuali basmalah yang terdapat disurat An-naml ayat 30 maka mereka semuanya sepakat bahwa itu bagian dari surat tersebut.

“Bismillah...”menurut Imam al-Baghawy huruf  “ba” yang ada diawal memiliki fungsi menkhafadkan / menjarkan lafadz setelahnya seperti halnya “min dan ‘an”, dan kalimat yang menunjukkan adanya keterkaitan dengan huruf  “ba” (yang bermkana “dengan”) dibuang, yang diperkirakan kalimat sebelumnya “abdau bismillah...(saya memulai dengan menyebut nama Allah), atau boleh “qul : bismillah...(katakan : dengan menyebut nama Allah). Atau menurut imam Ali Ashshabuny, bahwa huruf “ba” itu berkaitan dengan fi”il yang dibuang, dimana kalimat fi’ilnya itu disesuaikan dengan tempatnya. Maka sebagai contoh, ketika seorang pembaca mengucapkan “bismillah...” itu maknanya adalah “saya membaca dengan memohon pertolongan dengan menyebut nama Allah...”. atau seorang penulis ketika mengambil pena lalu mengucapkan : bismillah...maka itu maknanya “ saya menulis dengan memohon pertolongan dengan menyebut nama Allah...” ....dan demikian seterusnya, semua perbuatan. 

Kalimat “bismillah...”ditulis tanpa huruf  alif  karena dirasa cukup diwakili dengan huruf “baul ilshaq” , disebabkan seringnya digunakan. Berbeda dengan alif yang ada dikalimat “iqra’ bismirabbika...” yang terdapat di ayat pertama surat al-‘alaq, maka alifnya tidak dibuang karena jarangnya digunakan (diucapkan), demikianlah komentar imam Al qurthuby mengenai dibuangnya huruf alif dilafadz “bismillah...”. Lafadz “Allah” menurut mayoritas ulama yang dikutip pendapatnya oleh imam  Abu Hayyan adalah ‘alam murtajal yaitu nama yang tidak digunakan kecuali untuk yang disembah dengan haq. Sementara menurut Imam Ibnu Katsir, lafadz “Allah” adalah nama untuk Rabb yang maha agung, atau ia adalah nama paling agung karena ia disifati oleh semua sifat-sifat. Dan iapun adalah nama untuk dzat yang suci lagi mulia, yang tidak bersekutu selain-Nya pada nama tersebut. Sehingga yang lainnya tidak boleh diberi nama dengan nama tersebut. Oleh karena itu, lafadznya tidak diboleh ditatsniyyah (yang menunjukkan kepada dua benda) ataupun dibentuk jadi jamak (yang menunjukkan banyak benda / barang), demikianlah pendapatnya Imam Ali Ashshabuny.

“Arrahmanirrahim”(yang maha pengasih lagi maha penyayang) adalah dua nama diantara nama-nama Allah SWT yang menurut Imam Asy-Syaukany adalah derivasi lafadz “rahmah” dengan menggunakan metode “mubalaghah” (bermakna berlebih dari yang lain). Lafadz “arrahman” lebih luas cakupannya dibanding “arrahim”. Sebab “arrahman” adalah yang memiliki rahmat yang mencakup kepada seluruh makhluk yang ada didunia dan bagi orang yang beriman di akhirat kelak. Sedangkan “arrahim” adalah yang memiliki rahmat dan diberikan khusus bagi orang yang beriman pada hari kiamat, demikianlah tambahan penjelasan dari Imam Assinqity dalam tafsirnya “Adwaul Bayan”. Sedangkan menurut imam al khaththaby “arrahman” maknanya yang memiliki rahmat yang meliputi semua makhluk baik itu rizkinya maupun kemaslahatan mereka, dan mencakup baik itu orang mukmin ataupun orang kafir. Sedangkan “arrahim” adalah rahmat yang khusus diberikan bagi orang yang berimana sebagaimana Allah SWT tegaskan “wakana bilmu’minina rahima”. Adapun menurut Imam Nawawi Al Bantani, “arrahman” maknanya adalah yang bersikap lembut kepada yang orang yang berbuat baik (mukmin) ataupun kepada orang jahat (kafir) dengan memberi rizki kepada mereka dan mencegah adanya bahaya yang akan menimpa mereka. Sedangkan “arrahim” maknanya adalah yang menutupi dosa-dosa mereka (mukmin) dan memberi rahmat pada mereka pada hari kiamat lalu memasukkan mereka kedalam surga.

Nama “arrahman” tidak boleh digunakan untuk nama selain Allah SWT, karena itu khusus untuk-Nya. Sebagaimana dikatakan Imam Al Qurthuby, bahwa mayoritas ulama berpendapat bahwa nama “arrahman” itu dikhususkan bagi Allah SWT, maka oleh karena itu tidak boleh selain Allah diberi nama dengan nama tersebut sebagaimana Allah SWT tegaskan “quliudllaha awid’udrrahmana” (maka berdo’alah kepada Allah atau berdo’alah kepada Arrahman) didalam ayat ini Allah mensejajarkan “arrahman” dengan “Allah” dimana nama tersebut (Allah) tidak boleh ada yang menyamai dengan nama tersebut.
Demikianlah penafsiran para ulama mengenai lafadz-lafadz yang terdapat didalam basmalah. Didalam ayat pertama surat al fatihah ini, Allah SWT mengajarkan kepada orang beriman agar senantiasa mengingat-Nya didalam seluruh amal perbuatan karena dengan “Rahman dan Rahim”-Nya, manusia bisa merasakan berbagai macam kenikmatan hidup didunia. Dan bagi seorang muslim ketika hendak melakukan suatu amalan baik sangat dianjurkan mengawalinya dengan membaca basmalah disamping mengingat keagungan Allah, adalah untuk menambah keberkahan dari amalan tesebut sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :
 "كل أمر ذي بال لا يبدأ فيه "ببسم الله الرحمن الرحيم" أقطع" 
"setiap perkara memiliki urgensitasnya, maka yang tidak diawali dengan basmalah ia aqtha’ (kurang berkahnya)”.

bersambung.....

Posting Komentar

0 Komentar