TAFSIR SURAT AL FATIHAH : MENGENAL KEMAHA KUASAAN ALLAH SWT Bagian-2


Oleh : Abu Shahwah As sundawy (Pengasuh Pesantren Nidaa Al-Harr Pondok Melati Bekasi)


Alhamdulillahirabbil’alamin
“Alhamdu” maknanya menurut imam Ali Ash shabuny, memberikan sanjungan dengan indah melalui cara memuliakan dan mengagungkan. Sedangkan menurut Imam al Qurthby, sanjungan dengan sempurna. Sedangkan alif dan lam memiliki fungsi “listighraqil jinsi”( mencakup kepada seluruh jenis), sehingga Allah SWT hanya yang berhaq mendapatkan semua pujian dan sanjungan secara mutlak. Adapun Imam Al Baghawi memberikan penjelasan, bahwa frase “alhamdulillah”, lafadznya khabar yang memiliki makna seolah-olah memeberikan kabar bahwa yang berhak mendapatkan semua pujian hanya Allah SWT. Dan didalamnya memberikan pengajaran kepada makhluk, yaitu katakanlah oleh kalian “alhaamdulillah”. Imam Nawawi Al bantany, memberkan penjelasan frase “alhamdulillah” dan  syukur hanya milik Allah yang telah memberikan berbagai kenikmatan yang sempurna kepada hamba-hamba-Nya yang telah meberikan petunjuk pada jalan Iman.  Imam Sam’any berpendapat, bahwa frase “alhamdulillah” mengandung dua makna : yang pertama al ikhbar (mengandung kabar), dan yang kedua at ta’lim (memberikan pengajaran). Adapun al ikhbar, maka seolah-olah Allah SWT mengabarkan bahwa yang wajib mendapatkan pujian hanya Allah SWT. Dan semua pujian hanya milik Allah SWT. Adapun at ta’lim, seolah-olah Allah SWT memuji dirinya dan mengajarkan kepada hamba-Nya, katakanlah oleh kalian : Alhamdulillah.
“Rabbul’alamin”.  menurut Imam Ali ashshabuny bahwa lafadz “Rabb” secara bahasa adalah bentuk mashdar yang bermakna “tarbiyyah” yang bermakna memperbaiki urusan orang lain dan memperhatikannya. Dan lafadz “Rabb” adalah derivasi dari kata “tarbiyah” maka Allah SWT pengatur dan yang mengurus makhluk-Nya. Dan dikatakan bahwa kata “Rabb” memiliki beberapa makna, diantaranya : Al Malik (yang menguasai), al mushlih (yang memperbaiki), al ma’bud (yang disembah), dan Assayyidul mutha’ (tuan yang ditaati). Dan lafadz “rabb” tidak diboleh digunakan untuk selain Allah SWT, kecuali diidhafatkan seperti kalimat “rabbudar atau Rabb kadza”. Karena lafadz “rabb” hanya milik Allah SWT, demikianlah pendapat Imam Ibnu Katsir mengenai penggunaan lafadz “rabb”. Sedangkan menurut Imam Nawawi, “rabbul’alamin” maknanya adalah Pencipta makhluk, pemberi rizki pada mereka dan menumbuhkan mereka dari satu keadaan pada keadaan yang lainnya. 
Adapun lafadz “’alamin” adalah bentuk jamak dari ‘alam. Isim jins yaitu isim yang tidak memiliki bentuk mufrad dari sisi lafadznyan seperti kata “arrahth dan Al anam”. Adapun menurut imam Ibnul Jauzy, bahwa kata ‘alam” menurut orang arab adalah nama untuk makhluk dari awal mereka samapai akhir. Adapun menurut ahli nadzar, bahwa “;alam” itu adalah untuk nama yang berada di alam yang mencakup bintang, langit, bumi dan semua yang ada diantara keduanya. Sedangkan menurut Ibnu ‘Abbas bahwa ‘alam itu adalah jin dan manusia. Imam Asysyaukany mengutif pendapat imam Qatadah bahwa “alamin” itu adalah jamak dari kata ‘alam yang bermakna semua yang wujud selain Allah SWT. Sedangkan menurut Imam Al Fara’ dan Abu Ubayd, bahwa kata ‘alam adalah ungkapan untuk ditunjukkan kepada yang berakal, yang mencakup empat kelompok yaitu : manusia, jin, setan dan malaikat. Maka binatang itu tidak disbut ‘alam, karena lafadz ‘alam adalah khusus bagi yang berakal. Imam Al baghawi dari Said bin musayyab dimana beliau berkata bahwa Allah SWT memiliki seribu alam, enam ratus dilautan dan empat ratus didaratan. Sedangkan menurut wahab bin munabbih Allah memiliki delapan belas ribu ‘alam, dan dunia adalah salah satunya.  Adapun Imam Muqatil mengatakan bahwa Allah memiliki delapan puluh ribu alam. Tapi menurut ka’ab al ahbar bahwa tidak ada yang tahu jumlah alam kecuali Allah SWT. 
Sehingga makna “alhamdulillahirabbil ‘alamin” menurut Ibnu Abbas, segala puji hanya milik Allah SWT pemilik semua makhluk, langit, bumi, berikut yang ada didalamnya dan yang ada diantara keduanya, baik yang kita ketahui ataupun yang kita tidak ketahui.

Arrahmanirrahim”, penafsiran di sebelumnya di pembahasan basmalah.

bersambung....

Posting Komentar

0 Komentar