TAFSIR SURAT AL FATIHAH : MENGENAL KEMAHA KUASAAN ALLAH SWT Bagian-3


Oleh : Ustadz Abu Shahwah As Sundawy (Pengasuh Pesantren Nidaa Al-Harr Pondok Melati Bekasi)


"Maliki yaumiddin
Menurut Imam al Baghawi, Imam “asim, Imam Al kisai dan Imam Ya’qub bahwa mereka berpendapat “maaliki” dengan dibaca mad (panjang) ma-nya, sedangkan menurut ulama yang lain “ma”-nya dibaca pendek. Menurut sebuah kaum, mereka mengatakan bahwa keduanya, maknanya
adalah sama seperti lafadz “Faarihin dan Farihin” (tangkas, cekatan) dan “haadzirin dan hadzirin” (hati-hati). Dan makna keduanya (maalik dan malik) yaitu Rabb, dikatakan “rabbuddar wa maalikuha”. 

Dikatakan “maalik dan malik” maknanya adalah yang mampu menciptakan benda-
benda dari tidak ada menjadi ada, dan hal itu tidak ada yang mampu melakukaknnya selain Allah SWT. Abu Ubaydah berkata : “maalik” (dibaca mad), lebih luas cakupannya, seperti dikatakan “maalikul ‘abdi, wath thayr wad dawwab” (pemilik hamba, burung dan binatang-binatang), tidak dikatakan “maliku hadzihil asy ya’” (pemilik segala sesuatu ini).

“yaumiddin” maknanya hari pembalasan dan hisab (perhitungan), artinya bahwa Allah SWT adalah yang berwenang pada hari pembalasan tersebut, seperti berwenangnya seorang raja ditengah kerajaannya. Dan lafadz “addin” secara bahasa artinya adalah “al jaza’u”, seperti sabda Nabi SAW : ‘if’al maa syi’ta kama tadinu tudanu” (lakukanlah apa yang engkau kehendaki, sebagaimana engkau berbuat, (begitu pula) engkau dibalas). Demikianlah pendapat Imam Ali Ashshabuny. Dan disebutkan didalam kamus lisanul ‘Arab : addin : al jazau wal mukafa’ah (balasan), dan “yaumuddin” artinya “yaumul jaza’ “ (hari pembalasan). Demikian pula menurut Imam Asysyaukany, bahwa “yaumiddin” adalah hari pemberian balasan dari Rabb SWT kepada para hamba-Nya. Imam Ka’ab al qurdzi menafsirkan ayat ini dengan, penguasa hari yang tidak ada yang bermanfaat didalamnya kecuali balasan-Nya saja. Dan dikhususkannya hari yang disertai dengan penyebutan penguasa pada hari itu, karena pada hari itu semua kekuasaan sirna, tidak ada kekuasaan dan perintah kecuali pada hari itu hanya milik Allah SWT, sebagaimana Allah SWT firmankan dalam surat al furqan ayat 26 yang artinya :”kekuasaan pada hari yang haq itu hanya milik Arrahman (yang maha pengasih)”. Ibnu Jarir dari Imam Qatadah mengatakan “yaumiddin” artinya hari dimana Allah SWT memberikan balasan kepada hamba-hamba-Nya akan perbuatan-perbuatan mereka. Sementara menurut Ibnu Abbas, Beliau menafsirkan dengan mengatakan, ; hakim pada hari pembalasan yaitu hari penghisaban (perhitungan amal) dan pemutusan berbagai perkara diantara para makhluknya, yaitu hari dimana amal-amal manusia dibalas pada hari itu, dan tidak ada hakim pada hari itu kecuali hanya Allah SWT.

Di empat ayat pertama surat al fatihah ini, Allah SWT mengabarkan dan mengajarkan kepada manusia mengenai penciptanya dan sifat-sifatnya. Memperkenal tentang kekuasaan Allah SWT yang telah menciptakan jagat raya yang sangat luas itu beserta makhluk yang ada didalamnya, maka sangat wajar jika semua pujian itu hanya milik-Nya. Sehingga kalaulah manusia itu ataupun makhluk Allah yang lain ada yang sombong dan bahkan kafir terhadap-Nya, begitu sangat kurang ajarnya makhluk tersebut. Karena semua apa yang dimiliki manusia itu akan binasa dan sirna, termasuk dirinya. Dan semuanya akan dikembalikan kepada Allah, kemudian dia akan menerima balasan di akhirat kelak dari buah amalnya ketika di dunia. Begitulah Allah mengajarkan kepada manusia tentang kehidupan sebelum dunia ada, dunia dan kehidupan setelah dunia.

bersambung.....

Posting Komentar

0 Komentar