KRISIS DI NEGARA KAPITALIS, MAU MENOLONG RAKYAT ATAU KONGLOMERAT ?


oleh : Imron Abu Umar

Ketika krisis, negara punya pilihan, menolong rakyat atau menolong perbankan.
Rakyat kelaparan, bank kehilangan cicilan pembayaran.

Menolong rakyat, artinya ditanggung biaya hidupnya, atau diberikan stimulus untuk usahanya. 

Menolong perbankan, artinya di gelontorkan sejumlah dana untuk menyelamatkan jasa keuangan dan kredit macet. pada krisis tahun 1998 terdapat lembaga Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Lembaga ini dibentuk dengan tugas pokok untuk penyehatan perbankan, penyelesaian aset bermasalah dan mengupayakan pengembalian uang negara yang tersalur pada sektor perbankan.

Menolong rakyat, biayanya besar.
Menolong perbankan juga besar.

Ini lingkaran saat krisis 1998.
pasca penerbitan paket deregulasi perbankan Oktober 1988 (Pakto 88), bank di Tanah Air tumbuh bak cendawan di musim hujan. Bank-bank baru bermunculan seriring kemudahan izin mendirikan bank.

"Saat itu, orang bisa bikin bank hanya dengan modal Rp 1 miliar. Terjadi liberalisasi perbankan," kata Ekonom INDEF Enny Sri Hartati.

Dana 1 miliar banyak diperoleh dari hutang swasta diluar negeri , tenor pendek . Belum hutang swasta di sektor lain. Membuat tekanan pada nilai tukar rupiah mencekik.

Persaingan bank swasta begitu ketat, banyak yang mengucurkan dana untuk pembiayaan sektor property.

Satu sisi liberalisasi devisa tidak membatasi aliran dana keluar negeri. Devisa bebas namanya. Pemilik bank konglomerat ramai ramai membawa uang rakyat kesana.

Badai datang, angin sepoi berubah keras menerjang . Kurs rupiah jeblok, utang valas perbankan membengkak, debitur yang terpapar krisis juga kesulitan membayar kewajiban valasnya kepada perbankan. Bank tidak mampu membayar tenor jangka pendeknya.

Negara melakukan pertolongan pertama.
BI menggelontorkan dana untuk mengintervensi nilai tukar rupiah. Tapi tak lama, segera kewalahan mengatasi nilai rupiah yang terjun bebas tanpa parasut.

Bank bersaing ketat memperebutkan dana masyarakat dengan mengerek suku bunga.
Bank dengan borok menganga terkapar.
Total kredit macet di perbankan nasional mencapai Rp 10,2 triliun per April 1997. Kepercayaan masyarakat terhadap Bank menurun, ditandai dengan penarikan dana besar besaran, akibatnya, Bank kehilangan kemampuan likuiditas.

Ini diperparah dengan keberadaan spekulan asing , karena mata uang pun diperdagangkan di bisnis non real saat ini. Ada lagi, campur tangan IMF. No freelunch...jala ditebar, hutang membengkak. Dijamin dengan janji dan kebijakan.

Negara melakukan upaya pertolongan kedua.
Sebagai langkah penyelamatan, pemerintah menggelontorkan dana talangan BLBI. Uang sebesar Rp147,7 triliun disalurkan BI kepada 48 bank. Kontrol lemah, permainan menyebabkan kebocoran dimana mana. Dari hasil audit BPK, ditemukan indikasi penyimpangan atau penyelewengan dana BLBI sebesar Rp138 triliun. Samadikun Hartono, pemilik PT Bank Modern adalah salah satu pelaku penyelewengan.Itupun tertangkap setelah sekian lama.Sisanya buron ntah kemana. Menang banyak.

Rakyat kemana?
Apa upaya pertolongan pertama yang diberikan negara?
Nilai tukar melemah, uang tidak ada nilainya.

Krisis itu berat, tapi negara selalu punya pilihan akan menyelamatkan siapa. Rakyat atau konglomerat.
Kita sedang mengarahkan pisau kritik ini pada sistem ekonomi kapitalis liberal yang membawa negeri ini ke jurang tahun demi tahun menuju pergantian dekade demi dekade meski terjadi pergantian kepemimpinan.
Jangan taunya sosialis dan PKI saja...
Karena kapitalis lah yang saat ini membunuh Kita...membunuh Kita !!

Sadarlah..
SDA di miliki swasta, negara menggantungkan hidup dari pajak. Hutang riba pada bank dunia, rakyatnya hutang riba pula untuk membeli kebutuhannya. Uang beredar melampaui barang yang diperjual belikan. Berlipat ganda. 

Saya meyakini, founding father negeri ini, tidak menginginkan sebuah bentuk yang seperti ini. 

Hari ini tahun 2020, krisis global terjadi lagi..
Kali ini, biarkan Islam yang menjadi solusi.
Anda percaya dalil masuklah Islam secara kaffah?
Itu bukan membicarakan bahwa hanya di Islam yang memerintahkan segala doa sampai doa masuk toilet , Saudaraku !!

Jangan picik menggonggong pada nyanyian sekuler liberal yang mereduksi kesempurnaan islam dengan kesombongan membuat aturan sendiri. Inilah efeknya saat ini.
Bacalah berita, IMF sudah siap 'menolong' lagi untuk menggelontorkan dana mengatasi dampak corona, katanya. Bersiaplah mencatat tambahan hutang uang dan kebijakan pada cucu Anda yang bahkan belum lahir saat ini.

Islam sempurna, termasuk memiliki sistem ekonomi didalam pengaturan kehidupannya.
Darimana Negara mendapatkan sumber keuangan untuk baitul mal nya, kemana pengeluarannya, termasuk mengatur kepemilikan individu, umum, dan Negara.

Nantikan episode selanjutnya, Kita kupas bagaimana negara Islam mengatasi krisis yang gagal ditangani negara kapitalis.

Bekasi, 
WFH, SFH, DFH (dakwah from home).

Posting Komentar

0 Komentar