PARENTING RAMADHAN : NIKMATNYA IBADAH



Oleh : Ustadzah Yanti Tanjung (Inspirator Parenting Nasional)

Perjuangan yang sangat berat bagi anak dalam melaksanakan ibadah adalah rasa ngantuk, jangankan anak kali ya, kita juga orang tua begitu. Ngantuk itu hajatul ‘udhowiyyah (kebutuhan fisik) solusinya ya tidur. Namun ibadah meminta pengorbanan dari hamba untuk berjaga larut dalam taqarrub dan sedikit tidur.  

Ramadan memang bulan ibadah,setahun sekali bulan ini hadir di tengah lautan muslim dunia menyelami rahmat dan maghfirohNya, tunduk dan takluk di hadapan kuasaNya,maka wajar bulan ini sungguh istimewa bertambah istimewa di tengah kondisi corona. Sayang sekali sekiranya kita tidak menjadi istimewa selama Ramadan pun anak-anak kita, jangan hanya menjadi anak-anak biasa. Karenanya segala sesuatu harus dipersiapkan,fisik,harta, waktu, pikiran dan rasaa menyatu dalam pengorbanan tertinggi meraih derjat taqwa.

Rasulullah saw., sangat menikmati ibadah, kita tahu  betapa panjangnya shalat-shalat malam Rasulullah saw., bermunajat penuh khusyu’ dan merasakan kebahagiaan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَجُعِلَ قُرَّةُ عَيْنِي فِي الصَّلاَةِ
“Dan dijadikan penyejuk mataku di dalam shalat.” (HR. an-Nasai, dinyatakan hasan oleh asy-Syaikh Muqbil dalam ash-Shahihul Musnad, 1/82)

Menjelang wafat, Mu’adz bin Jabal radhiallahu ‘anhu menangis. Namun ia bukan menangisi ajal yang akan menjemputnya. Dengarkanlah sebab tangisnya,

 “Aku menangis hanyalah karena aku tidak akan merasakan lagi rasa dahaga (orang yang berpuasa) ketika hari sangat panas, bangun malam untuk melaksanakan shalat di musim yang dingin dan berdekatan dengan orang-orang yang berilmu saat bersimpuh di halaqah zikir.”

Bijak kita tidak melewati ibadah bersama anak-anak, suasanakanlah bahwa Ramadan ini adalah Ramadan terakhir, belum tentu Ramadan tahun depan kita bertemu kembali agar semangat ibadah tersebut senantiasa bergelora,membuncah dalam dada sehingga kita dan anak-anak mampu bertahan , bersabar melawan nikmatnya tidur dan dapat menepis rasa ngantuk. Jika ikhtiar kita dapat kita optialkan Allah akan kasih kita kemudahan dalam menjalani ibadah dengan ringan dan hati yang puas.

Bagaimana kita dapat melibatkan anaak-anak dalam ibadah dengan pengorbanan yang tinggi ? Tentu dumulai dari kita orang tuanya yang juga berikhtiar untuk menjadi ahli ibadah yang dapat menjadi tauladan. Sehingga semua anak ikut beredar dengan peredaran ibadah ayah bundanya. Tentu tidak mudah bagi mereka menahan kantuk dan malas. Terkadang melihat salah satu saudaranya kendor bisa menular pada yang lainnya. Maka motivasi-motivasi ruhiyyah harus selalu disuarakan dan ditancapkan, tidak bosan mengawal setiap kelalaian yang terjadi lalau disemangati kembali.

Kita harus terus menerus meluruskan niat mereka bahwa semua ibadah semata-mata untuk ridwanullah maka jangan dinodai untuk mendapatkan pujian dari manusia manapun termasuk pujian dari ayah dan bunda. Karena terkadang ayah bunda pelit pujian dan banyak menyalahkan. 

Juga harus ditanamkan sedalam-dalamya bahwa kelak ibadah itu juga untuk bekal akhirat mereka maka jangan lewatkan ramadhan tahun inidengan kesia-siaan. Anggaplah tahun depan kita sudah menemui Allah swt dalam keadaan sosok hamba ahli ibadah. 

Banyak sekali ibadah yang berpeluang mengalirkan pahala juga kebaikan-kebiakan yang bernilai ibadah yang bisa dilakukan di rumah dan harus lebih dari hari-hari biasa, seperti murajaah dan tilawah lebih sering, shalat-shalat sunnah lebih kenceng,belajar lebih tekun dan dakwah lebih tinggi lagi jam terbang on line nyam karena saat ini stay at home. 

Juga sesibuk apapun ananda sempatkan membantu ayah bunda dalam pekerjaan-pekerjaan mereka. Sungguh amat terasa nikmat dan kepuasan ketika kita mampu menunaikan ibadah-ibadah di bulan Ramadhan 

Wallaahu a’lam bishshowab

Posting Komentar

0 Komentar