RESAH DITENGAH WABAH


oleh : Aldrianto Adha, S. Pd

Di tengah maraknya wabah saat ini masyarakat digemparkan oleh beberapa kasus atau kejadian yang sangat meresahkan dan mengkhawatirkan warga sebab di saat masyarakat sedang memerangi wabah Covid 19 yang kian hari makin bertambah khasus positifnya, masyarakat di hebohkan dengan maraknya pembegalan yang tidak segan membunuh korbannya seperti yang di kutip beberapa hari yang lalu oleh iNews.id - Kekerasan jalanan kembali di Jakarta saat penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) cegah corona. Seorang sopir taksi online ditemukan tewas di Jalan Gurame, Rawamangun, jakarta Timur, Kamis (30/4/2020) malam. Menurut Kapolres Metro Jakarta Timur, Kombes Pol Arie Ardian Rishadi mengatakan korban diduga dibegal saat melintas lokasi. Namun polisi masih mendalami lebih lanjut kasus ini.

Apa yang sebenarnya terjadi di Negeri ini, bukankah seharusnya masyarakat harus saling membantu satu sama lain di tengah wabah Covid 19 yang terjadi. Alih-alih demikian, justru malah ada sebagian kelompok masyarakat yang menjadi beban dan meresahkan masyarakat lainnya akibat kejahatan pembegalan tersebut. Sebetulnya apa yang terjadi pada Negeri pertiwi ini?

Dilansir dari KOMPAS.com, Polri mengungkapkan sebanyak 39 narapidana kembali melanggar hukum usai mendapat asimilasi maupun pembebasan bersyarat akibat wabah Covid-19. “Ya 39 narapidana (yang kembali lakukan tindak pidana), yang tidak melanggar 38.000 lebih narapidana,” kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Argo Yuwono ketika dikonfirmasi wartawan, Minggu (26/4/2020). Demikianlah,  salah satu penyebab keresahan masyarakat ternyata dikarenakan kebijakan pemerintah yang dinilai kurang tepat dalam membebaskan para narapidana yang jelas tercatat ulahnya.  

Selain itu,  dampak ketidakmampuan pemerintah dalam menanggulangi wabah pandemi ini lah yang menjadi faktor lainnya.  Peran penting pemerintah di tengah wabah saat ini sangatlah krusial.  Pasalnya berbagai dampak sangat dirasakan oleh masyarakat umum, terkhusus sangat berdampak pada perekonomian masyarakat menengah ke bawah.  Banyak karyawan di PHK,  para pedagang gulung tikar, pekerja ojek online sepi dan lain sebagainya. Tak sedikit warga yang pada akhirnya mengeluh atas keadaan yang ada,  bahkan lebih parahnya diduga frustasi karena tidak bisa membiayai keluarganya,  seorang kepala keluarga nekad melakukan bunuh diri.  

Dengan kekacauan yang ada,  pantaslah kita semua mempertanyakan dimana peran pemerintah saat ini? Alhasil rakyat menjerit,  tepatnya "hidup segan matipun tak mau". 

Hal ini tentu berbanding terbalik jika yang memimpin adalah pemimpin Islam. Seorang khalifah yang diberikan amanah kepemimpinan umat tentu akan dengan baik menjalankan perannya semaksimal mungkin.  Termasuk dalam penanganan wabah pandemi saat ini. Sejarah mencatat,  bagaimana khalifah Umar bin Khattab dengan penuh kesungguhan dan tanggung jawab mampu menyelesaikan persoalan wabah di negeri yang pada saat itu beliau pimpin.  Bukan hanya fokus dalam rangka memutus mara rantai wabah,  seorang khalifah akan memastikan suplai kebutuhan vital pada wilayah yang diisolasi, jika pusat penyakit ada di wilayah khilafah.

Agar penyakit tidak meluas, wilayah yang menjadi pusat penyakit harus diisolasi. Namun isolasi tidak boleh mengabaikan kebutuhan warga setempat. Khilafah memastikan kebutuhan makanan, minuman, alat kesehatan pribadi (masker, hand sanitizer, dll), bahan untuk memperkuat imunitas tubuh (baik herbal maupun kimiawi), layanan kesehatan (rumah sakit, tenaga medis, obat, alat kesehatan, dll), layanan pengurusan jenazah dll tersedia secara cukup. Sehingga warga di pusat penyakit bisa cepat sembuh.

Demikianlah keadilan dan ketepatan sikap yang diambil seorang pemimpin. Oleh karenanya,  sudah saatnya kita kembali kepada kepemimpinan Islam yang memberikan solusi terbaik dalam penyelesaian wabah pandemi ini. Wallahua'lam.

Posting Komentar

0 Komentar