Beda Reaksi : George Floyd VS Palestina


Oleh : Muthi Nidaul Fitriyah (Anggota Revowiter Sumedang)

Setelah ekonominya terguncang oleh kehadiran virus Covid-19, Negeri Super Power Amerika harus menghadapi episode baru yang lebih dramatis. Gelombang demonstrasi yang begitu besar, terus berkelanjutan setelah terbunuhnya seorang pria berkulit hitam, George Floyd. George Floyd adalah seorang pria kulit hitam berusia 46 tahun. Ia tewas karena tindakan oknum polisi Minneapolis yang menahannya. Kematiannya justru membuat semangat anti rasisme di AS menyebar.

Tragedi ini, tulis AFP, bermula saat Floyd ditangkap karena diduga melakukan transaksi memakai uang palsu. Uang yang ia gunakan senilai US$ 20 (Rp 292 ribu). Tak lama setelahnya, sekitar pukul 20.08, polisi datang ke tempat kejadian dan menghampiri Floyd yang duduk di ujung luar toko. Dalam sebuah video yang menjadi viral, saat penangkapan terjadi, sang polisi bernama Derek Chauvin menekan leher Floyd dengan lututnya. Padahal ia dalam keadaan sedang diborgol dan menelungkup di pinggir jalan, selama kurang lebih tujuh menit. Dalam video itu terlihat Floyd berkali-kali merintih kesakitan dan mengaku sulit bernafas. Floyd bahkan sempat menangis dan memanggil ibunya sesaat sebelum tewas.

Demonstrasi berkembang hingga setidaknya ke 350 kota seantero AS, dengan 23 negara bagian harus mengerahkan Garda Nasional guna meredamnya. Termasuk di jalan-jalan sekitar gedung putih sempat didatangi para demonstran. Pihak gedung putih mulai mengunci kantor pemerintahan, tempat Presiden Trump memimpin negaranya. Demonstrasi yang semula berjalan dengan normal, kini berubah menjadi sangat ricuh, bentrok terjadi diantara para demonstran dengan pihak kepolisian, para demonstran melakukan aksi yang sangat brutal yaitu pembakaran, penghadangan dan penjarahan besar-besaran.

Dari peristiwa diatas kita dapat menarik sebuah kesimpulan, bahwa mereka sangat, sangat, sangat solid. Gelombang demonstrasi besar terjadi, sebab satu nyawa dari komunitas mereka telah terenggut nyawanya secara paksa. Rekasi dan pembelaan habis-habisan dilakukan untuk membela kehormatan komunitasnya.
Lalu bagaimana dengan kita, umat Islam? Karena nyatanya kasus G.Floyd banyak terjadi di komunitas kita. Jenis pembunuhannya lebih keji, nyawa yang terbunuh bukan satu atau dua orang, bukan satu atau dua dekade, berpuluh-puluh tahun lamanya, bahkan sudah tak terhitung berapa nyawa yang terrenggut. Bayi, anak-anak, usia muda, tua, laki-laki, perempuan, di aniaya dengan sangat keji, lebih dari di tindih lehernya dengan lutut, bahkan mata, tangan, kaki dan tubuh mereka mereka diikat dengan kuat, tak sedikit tewas dengan tembakan peluru di dada oleh para tentara Zionis. Pertanyaannya, mana pembelaan kita terhadap komunitas kita, mana pembelaan kita terhadap tanah suci kita?

Padahal kasus yang terjadi hari ini, di Amerika, sebab mereka hanya dipersatukan oleh warna kulit. Sedangkan kita dipersatukan oleh sesuatu yang lebih mulia dari itu, yang lebih layak dijadikan alasan untuk bersatu yaitu, Aqidah Islam. Pada saat yang hampir bersamaan dengan G.Floyd dan sama-sama viral di sosial media, di Palestina terjadi penembakan brutal yang dilakukan tentara Zionis Israel terhadap seorang remaja autis bernama Eyad Hallaq. Ia tidah mengerti apa-apa tentang senjata, tetara, konflik, dll. Saat kejadian perawatnya berulang kali berteriak, bahwa dia cacat, dia tidak mengerti, periksa dulu kartu identitasnya. Namun tentara Zionis Israel itu tidak menghiraukannya, Eyad ditembak dua kali di dadanya pada Sabtu (30/5) setelah dia lari dengan panic, mendengar petugas Israel berteriak.

Baik Eyad Hallaq maupun G.Floyd sama-sama ramai di perbincangkan di jagat maya, namun sikap dan reaksi yang terjadi diantara komunitasnya sangat jauh berbeda. Pertanyaan yang sama, pembelaan apa yang sudah kita lakukan untuk komunitas kita yang telah sekian lama mengalami ketidak adilan, penindasan dan kebrutalan oleh Zionis Israel? Siapkah kita menghadapi hari penghisaban? Sanggupkah tubuh ini bertumpu diatas kaki saat menghadap-Nya?

Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, dia tidak menzaliminya dan tidak membiarkannya disakiti. Barangsiapa yang membantu kebutuhan saudaranya maka Allah akan membantu kebutuhannya. Barangsiapa yang menghilangkan satu kesusahan seorang muslim, maka Allah menghilangkan satu kesusahan baginya dari kesusahan-kesusahan hari kiamat. Barangsiapa yang menutupi (aib) seorang muslim maka Allah akan menutupi (aibna) pada hari kiamat.” (Hadist Sahih Riwayat al-Bukhari: 2262)

Sungguh diakhirat kelak mereka akan hadir dihadapan kita, lalu apa yang akan kita sampaikan?

Posting Komentar

1 Komentar