Harapan Baru Ditengah Rapuhnya Kapitalisme



Oleh : NS. Rahayu

New normal life adalah kebijakan yang  membuka aktivitas kembali normal dalam masa pandemi covid 19. Kebijakan ini telah menjadi tren di beberapa negara di dunia. Hal ini karena menilai pandemi covid 19  sudah tidak membahayakan (menuju penurunan).

Membangkitkan sektor ekonomi yang kolaps akibat terjangan corona menjadi alasan kebijakan ini. Dunia mengaku sulit untuk bisa memutus mata rantainya secara total. Sehingga perlahan namun pasti new normal life menjadi pilihan final. Termasuk nusantara tercinta Indonesia.

Meski nampak kegagalan dari negara yang menerapkan new normal, kejadian tersebut tidak membuat pemerintahan Indonesia surut dan mundur bahkan ngotot dengan tetap mempersiapkan dan sosialisasikan ke seluruh wilayah di Indonesia hingga pelosok. 

Dalam menyongsong cara hidup baru yang disebut new normal di tengah pandemi covid 19. Bupati Ponorogo Ipong Muchlissoni, Selasa (26/5/2020) memberi arahan kepada para pimpinan Perangkat Daerah (dinas/badan/kecamatan) terkait persiapan menuju new normal ini. (Ponorogo.go.id - 26/5/20)

Rakyat di buat pusing dengan kebijakan plin plan yang sulit diterima akal. Kali ini uji nyali herd imunnity menjadi pilihan bagi pemerintah.  Nyawa ibarat mainan!  Siapa yang kuat imunnya dialah yang hidup siapa yang lemah imunnya maka dia akan mati. Hukum rimba yang berjalan.

Kebijakan yang diambil Indonesia dan dunia terkait a new normal life bukan tanpa alasan, hal ini sangat berkaitan dengan paradigma yang diemban oleh penguasa. Ada dua paradigma: pertama  penguasa merasa bahwa rakyat menjadi beban ekonomi bagi negara. Kedua penguasa tidak pernah menganggap bahwa jabatan dan rakyat adalah amanahnya

Memang tak terelakkan, corona telah merontokkan perekonomian dunia apalagi Indonesia yang tak punya dana untuk menanggung kehidupan rakyat selama pandemi. Jika PSBB berlanjut maka negara akan dirugikan. Karena selama ini rakyatlah yang menghasilkan dan menopang roda ekonomi negara. 

Sehingga  produktifitas rakyat harus digerakkan kembali dengan kebijakan new normal life. Kantor dan pabrik dibuka, juga mall, pasar, sekolah dsb. Semata agar roda ekonomi berjalan kembali. 

Dengan beranggapan ketika roda ekonomi berjalan maka kemiskinan teratasi, pengangguran berkurang, ekonomi menguat, pajak pun akan berjalan lancar. Mungkinkan bisa? Jelas saja tidak bisa! Ketika masyarakat ditempat umum maka semua hal bisa terjadi, membuka peluang kluster-kluster baru covid 19.

Dan rakyat adalah tumbal rezim yang diperalat sebagai bamper, nyawa mereka menjadi taruhannya. Recehan yang rakyat dapatkan untuk tetap bertahan hidup tidak sebanding dengan keuntungan yang berlipat para pemilik modal (pengusaha). Inilah bukti nyata kejamnya sistem kapitalis.

Maka new normal life bukanlah untuk kepentingan rakyat tapi sejatinya untuk kepentingan para penguasa dan pemilik modal. Sehingga wajar jika pemerintah tak pernah menganggap rakyat adalah amanahnya, yang ada rakyat adalah beban bagi mereka. Begitulah sifat asli demokrasi kapitalis.

Bertolak belakang dengan Islam ketika mengurusi rakyatnya. Pernah terjadi ketika  pemerintah menerapkan sistem islam ; jabatan dan rakyat adalah amanah besar, sehingga pemerintah tidak dengan mudah membuat kebijakan yang ngawur dan membahayakan rakyat.

Yaitu masa Khalifah Umar, ra sebagai pemimpin global, saat dimana ada wabah (kusta). Maka negara segera menerapkan karantina (lockdown) wilayah sejak awal kemunculannya untuk memutus rantai penyebarannya dan baru membebaskan rakyat yang terkarantina setelah sehat. Tentu saja dengan semua kebutuhan wilayah tersebut ditanggung oleh negara. Baik pemenuhan kebutuhan hidup, pengobatan, laboratorium dan penunjang lainnya sebagai upaya mempercepat penyembuhan dan pemulihan wilayah.

Sementara wilayah  lain yang  sehat tetap melakukan aktivitas sehari-hari tanpa ada kekhawatiran tertular dan perekonomian tetap berjalan pada rodanya. Hal ini otomatis tidak membuat ekonomi negara kolaps. Sehingga tidak  perlu kebijakan new normal life, karena kondisi tetap konsisten dalam kenormalan. Tinggal mau atau tidak menerapkan sistem Islam ini sebagai harapan baru di tengah rapuhnya kapitalisme.
Wallahualam bishawab

Posting Komentar

0 Komentar