Keraguan Terhadap New Normal



Oleh : N. Vera Khairunnisa 

Tiga bulan sudah kita dihadapkan pada permasalahan covid 19. Berbagai upaya coba dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasinya. Mulai dari meminta masyarakat untuk stay at home atau tetap di rumah, melakukan sosial distancing atau pembatasan sosial, menjalankan protokol kesehatan, hingga PSBB atau Pembatasan Sosial Berskala Besar. Berbagai upaya tersebut nyatanya belum efektif menekan jumlah kasus penyebaran virus. 

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto menyampaikan adanya penambahan jumlah pasien yang positif terinfeksi virus corona (Covid-19) di Indonesia pada Jumat (5/6/2020). Dalam 24 jam terakhir, pasien Covid-19 bertambah 703 kasus. Dengan demikian, total pasien positif hingga Jumat pukul 12.00 WIB mencapai 29.521 kasus. (compas. com, 05/06/20)

Namun sayangnya, di tengah penyebaran virus yang masih besar, pemerintah malah membuat kebijakan new normal.  Dikutip dari pemberitaan Kompas.com, Rabu (20/5/2020), Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmita mengatakan, new normal adalah perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal. Namun, perubahan ini ditambah dengan menerapkan protokol kesehatan guna mencegah terjadinya penularan Covid-19.

Masyarakat Indonesia yang sebelumnya diminta untuk selalu di rumah, dengan kebijakan new normal maka pemerintah mulai membolehkan masyarakat untuk kembali beraktifitas di luar rumah. Bahkan, sekolah yang selama hampir tiga bulan dilakukan dengan jarak jauh pun akan kembali dibuka. 

Wacana sekolah akan kembali dibuka di saat kasus pandemi masih tinggi tentu saja menuai pro dan kontra. Dilansir dari kompas.tv 31/05/20, hasil survei Komisi Perlindungan Anak Indonesia, KPAI menyatakan 80 persen orang tua yang jadi responden menolak rencana pembukaan kegiatan sekolah di tengah pandemi.

Dari sisi tenaga medis, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyarankan agar sekolah baru dibuka pada bulan Desember 2020 mendatang. Anjuran tersebut merujuk dari angka kematian anak karena Covid-19 di Indonesia disebut cukup tinggi. (tribunnews. com, 02/06/20)

Sungguh miris, jika Indonesia menerapkan kebijakan ini. Sebab menurut Anggota Komisi IX DPR, Netty Prasetyani Heryawan rencana tersebut akan menjadi pertaruhan besar bagi keselamatan generasi penerus bangsa, yakni anak-anak sekolah.

"Pembukaan sekolah di saat pandemi sama saja dengan mempertaruhkan nyawa generasi penerus bangsa. Kita tahu, hingga kini transmisi Covid-19 belum terkendali, kasus baru masih terus terjadi, dan kurvanya juga masih belum melandai. Saya keberatan jika anak-anak seperti dijadikan kelinci percobaan untuk menguji kebijakan pemerintah," dalam keterangan resmi yang diterima. (www. alinea. id, 31/05/20)

Kebijakan new normal termasuk membuka sekolah di tengah pandemi ini, menurut sebagian pengamat, seolah menunjukkan kegagalan dalam menangani masalah pandemi. Jelas saja, ketika sistem kapitalisme yang menjadi pijakan, maka akan melahirkan berbagai aturan dan kebijakan dengan mengutamakan aspek ekonomi. Sekulerisme juga telah berhasil membuat seorang pengambil kebijakan kehilangan rasa takutnya pada Pencipta. Mereka tidak khawatir membuat kebijakan yang akan membahayakan keselamatan rakyat. 

Jika mau kembali pada aturan Islam, maka masalah wabah ini tidak akan rumit untuk diselesaikan. 

Pertama, ketika Indonesia mendengar kabar ada virus corona di Cina, maka seharusnya Indonesia melakukan lockdown. Mencegah siapa saja yang datang dari Cina. Rasulullah bersabda,

"Wabah thaun adalah kotoran yang dikirimkan oleh Allah terhadap sebagian kalangan bani Israil dan juga orang-orang sebelum kalian. Kalau kalian mendengar ada wabah thaun di suatu negeri, janganlah kalian memasuki negeri tersebut. Namun, bila wabah thaun itu menyebar di negeri kalian, janganlah kalian keluar dari negeri kalian untuk menghindar dari penyakit itu." (HR Bukhari-Muslim)

Kedua, karena kenyataannya Indonesia tidak menerapkan cara pertama, maka virus sudah masuk ke Indonesia. Awalnya, penyebaran virus terbesar di Jakarta. Seharusnya, Indonesia menerapkan lockdown lokal untuk wilayah Jakarta. Sehingga virus tidak akan menyebar luas ke seluruh Indonesia.

Ketiga, karena faktanya lockdown lokal juga tidak diterapkan, maka hingga kini virus sudah meluas hampir di seluruh provinsi yang ada di Indonesia. Maka, solusi terakhir seharusnya Indonesia melakukan tes massal berskala besar. Ini dilakukan guna memastikan siapa warga yang positif, dan siapa yang negatif. Dengan demikian, bisa dilakukan karantina pribadi untuk mereka yang positif namun tanpa gejala atau sakit. Dan karantina dengan perawatan untuk mereka yang positif disertai gejala atau sakit.

Ini berdasarkan hadits Rasulullah saw, 

"Janganlah yang sakit dicampurbaurkan dengan yang sehat." (HR Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).

Dengan tes massal berskala besar juga bisa didapat data yang akurat terkait penyebaran covid 19. Sehingga ini berguna untuk menentukan status zona.

Di samping juga pemerintah tetap memakai solusi yang pertama. Yakni lockdown nasional. Menutup akses masuknya warga asing, terutama dari wilayah yang terkena virus corona. Sebab hingga kini, sebaran virus bukan hanya di Cina. Namun hampir di seluruh dunia.

Keempat, pemerintah mengoptimalkan sumber daya dan kecanggihan teknologi untuk menemukan vaksin. Bukan hal yang mustahil vaksin bisa segera ditemukan di tengah zaman yang serba canggih seperti hari ini.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

 وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآَخَرِينَ مِنْ دُونِهِمْ لَا تَعْلَمُونَهُمُ اللَّهُ يَعْلَمُهُمْ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تُظْلَمُونَ

"Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan)." (QS. Al-Anfal: 60)

Ayat di atas berkaitan dengan persiapan perang melawan musuh. Hari ini, musuh kita adalah virus corona. Kita sedang berperang melawan virus corona. Maka harus dipersiapkan obat atau vaksin yang mampu melawan virus tersebut.

Kelima, yang paling penting dan utama dari semua solusi di atas adalah dengan kembali pada aturan Allah swt. Inilah saatnya taubat secara totalitas. Mengganti aturan buatan manusia dalam mengurusi negara, dengan aturan yang berasal dari Pencipta. Sebab, secanggih apapun teknologi, kalau Allah tidak berkehendak maka semuanya tidak akan berarti apa-apa. 

Kalau solusinya seperti itu, maka kebijakan New Normal tidak akan menimbulkan kekhawatiran.

Posting Komentar

0 Komentar