Klub Malam Dibuka, Taubat Nasuha Hanya Menjadi Sebuah Asa

Oleh : Siti Masliha, S.Pd (Aktivis Muslimah Peduli Generasi)

Pandemi Corona yang terjadi saat ini kurvanya belum melandai. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi negeri belum dalam keadaan normal. Namun pemerintah mengeluarkan kebijakan yang bertolak belakang dengan keadaan. Pemerintah hendak menerapkan New Normal ditengah pandemi corona yang belum normal. 

Kebijakan ini disambut dengan tangan terbuka oleh pemerintah Kota Bekasi. Bekasi salah satu daerah yang terimbas corona. Berdasarkan data di situs corona.bekasikota.go.id, secara kumulatif hingga hari ini tercatat 334 kasus, 286 pasien telah dinyatakan sembuh, 33 diantaranya meninggal dunia dan 15 pasien masih dalam perawatan.

Sementara untuk data orang dalam pemantauan (ODP), sampai dengan hari ini secara kumulatif tercatat 4534 orang, 3941 diantaranya telah rampung masa pemantauan dan 567 sisanya masih dalam tahap pemantauan. Selanjutnya data pasien dalam pengawasan (PDP) di Kota Bekasi sampai dengan hari ini tercatat sebanyak 1232 pasien, 1048 diantaranya telah dinyatakan sembuh, 3 orang pasien masih dalam pengawasan dan 181 sisanya dinyatakan meninggal dunia. (Tribun.Jakarta sabtu 13/06/2020)

Ditengah corona yang masih tinggi pemerintah Kota Bekasi hendak mengikuti kebijakan pemerintah kota yaitu New Normal. Langkah pembukaan New Normal adalah dengan dibukanya klub malam.

Pemerintah Kota Bekasi mengeluarkan surat edaran yang membolehkan kegiatan usaha untuk kembali beroperasi namun dengan prosedur kesehatan yang ketat. Tempat usaha tersebut termasuk klub malam, karaoke hingga bioskop.

Kebijakan ini tertuang dalam surat edaran dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dengan nomor 556/598-SET.COVID-19. Surat edaran ini ditandatangani Wali Kota Bekasi sekaligus Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kota Bekasi, Rahmat Effendi.

"(Tempat hiburan malam) Diperbolehkan melakukan operasional dengan syarat telah memenuhi protokol kesehatan," pernyataan Rahmat Effendi dalam surat edaran seperti yang dilihat detikcom, Jumat (5/6/2020).(Detiknews.com)

Wabah yang terjadi saat ini seharusnya menjadi renungan bagi manusia untuk melakukan taubat nasuha, bukan sebaliknya. Klub malam identik dengan bentuk kemaksiatan. Hal ini justru mengundang murka dari sang maha kuasa. Seharusnya yang dilakukan rakyat dan penguasa saat ini adalah mendekat kepada sang kuasa agar pandemi corona segera mereda. 

Jelas kebijakan membuka kembali klub malam bukan dengan landasan keimanan. Namun lebih mengutamakan kepentingan bisnis dan perputaran uang. Rakyat dibiarkan mati kelaparan. Jika kita menilik lebih dalam bisnis klub malam adalah bisnis para korporat. Rakyat kecil tak mungkin menjangkau bisnis ini. Hanya yang bermodal raksasa yang mampu menjangkau bisnis klub malam ini. 
Lalu pertanyaannya bagaimana dengan bisnis rakyat dengan dana yang pas-pasan? Mereka dibiarkan berjuang sendiri tanpa tersentuh uluran tangan dari pemerintah setempat. Mereka berjibaku memutar sendiri roda perekonomian agar bisa tetap bertahan hidup dan agar bisa menyambung hidup keluarganya. Jelas sampai di sini kemana penguasa berpihak? 

Melihat fakta tersebut, nampak bahwa keputusan apapun yang diambil oleh penguasa saat ini selalu dilandasi oleh paradigma kapitalis sekuler. Dalam sistem kapitalis bukan halal-haram yang menjadi landasan. Namun yang menjadi landasan adalah untung rugi. Jika bisnis yang dilakukan oleh seseorang menguntungkan meski itu haram hukumnya maka akan tetap dijalankan. Yang penting mendapatkan keuntungan tanpa memandang kemaslahatan seseorang. 

Sedangkan sekuler adalah memisahkan agama dengan kehidupan. Aturan agama dilarang mengatur kehidupan manusia sehari-hari. Negara kita mayoritas beragama islam, namun faktanya aturan agama tidak dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh pembukaan klub malam, yang jelas-jelas bertentangan dengan agama. Namun faktanya klub malam ini tetap beroperasi. 

Inilah sesungguhnya wajah sistem kapitalis sekuler yang dianut oleh bangsa ini. Untung-rugi menjadi landasan, bukan halal-haram. Akbibatnya bisnis yang harampun ketika menghasilkan keuntungan akan tetap dijalankan. Selain itu dalam sistem ini agama hanya dijadikan sebagai ritual semata. Hal ini akan mengundang murka yang kuasa. 

Hal ini berbeda dengan Islam. Halal-haram menjadi pijakan dalam melakukan segala aktivitas sehari-hari. Selain itu halal-haram juga menjadi landasan pemimpin dalam mengeluarkan kebijakan. Jika bisnis tersebut haram maka tidak akan diberlakukan meski menghasilkan keuntungan yang menggiurkan. 

Seharusnya yang dilakukan oleh pemimpin negeri ini di tengah pandemi corona ini adalah melakukan taubat nasuha. Karena pada dasarnya pandemi corona yang terjadi saat ini atas kehendak Allah yang maha kuasa, bukan sebaliknya. 

Selain itu Islam adalah agama yang sempurna. Islam tidak hanya mengatus masalah ibadah, masalah Kehidupan sehari-hari juga diatur dalam Islam. Sebagai contoh Islam juga mengatur bagaimana cara mengatasi wabah penyakit di suatu wilayah. Hal ini sebagaiman dicontohkan oleh Rasulullah. Berikut cara yang dilakukan oleh Rasulullah dalam menghadapi pandemi di suatu wilayah. Diriwayatkan Bukhari dan Muslim, Rasulullah bersabda; "Larilah dari orang yang sakit lepra, sebagaimana kamu lari dari singa."

Nabi menyarankan umatnya untuk membentengi diri dari penyakit menular dengan tidak menganggap enteng beberapa faktor dan penyebabnya. Di antaranya adalah dengan menghindari kontak secara langsung dengan penderita penyakit menular. Dalam hadis, Nabi mencontohkan penyakit kulit berupa lepra yang bisa menular melalui sentuhan kulit.

Tawakal adalah bentuk kepasrahan penuh kepada Allah Swt adalah jalan yang paling dianjurkan Rasulullah Saw. Ihwal penyakit menular, Nabi bersabda; "Tidak ada penularan, tidak ada ramalan jelek, dan tidak ada penyusupan kembali (reinkarnasi) ruh orang mati pada burung hantu. (HR. Muslim).
  
Nabi Muhammad Saw juga menganjurkan umatnya untuk bersabar ketika menghadapi wabah penyakit. Pernah ketika menghadapi wabah penyakit Thaun, Rasulullah bersabda; "Tha'un merupakan azab yang ditimpakan kepada siapa saja yang Allah kehendaki. Kemudian Dia jadikan rahmat kepada kaum Mukminin." (HR. Bukhari).

Pesan yang tak kalah penting dari Rasulullah Saw ketika tertimpa musibah wabah adalah tetap membangun prasangka baik, optimistis, berdoa, dan tetap berikhtiar sekuat tenaga. Rasulullah Saw bersabda; "Tidaklah Allah SWT menurunkan suatu penyakit, kecuali Dia juga yang menurunkan penawarnya. (HR. Bukhari)

Posting Komentar

0 Komentar