Maraknya Impor Dibalik SDA Yang Kaya


Oleh: Siti Aminah (Pemerhati Masalah Sosial Lainea, Sulawesi Tenggara) 

Indonesia negara yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang luar biasa. Bagaimana tidak, negara ini secara geografis terletak di garis katulistiwa. Sehingga apa saja bisa didapatkan dari perut bumi Indonesia. Ia memiliki keragaman hayati, kaya dari segi kemaritiman, tanah yang subur, dan masih banyak lagi kekayaan alam lainnya. Sampai-sampai negeri ini memiliki simbol tongkat kayu bisa jadi tanaman lantaran suburnya tanah negeri ini. Mestinya kita tidak ketakutan ketika menghadapi lemahnya perekonomian seperti kondisi saat ini. Akan tetapi, semua kekayaan itu tidak berguna saat ini. Karena semua kekayaan alam di negeri ini sudah bertuan. Kemudian muncul pertanyaan, siapa kira-kira pemilik dari kekayaan alam Indonesia? Apakah negeri ini?

Maka, kita akan temukan siapa pemilik kekayaan alam negeri ini. Jika negeri ini yang masih memegang kendali kekayaan alam mestinya kita tidak mengimpor barang atau kebutuhan negeri ini dari negara lain. Tetapi faktanya negara kita tidak pernah lepas dari impor. Itu artinya kita tidak memiliki kekayaan alam. Garam saja kita mengimpor, seperti yang dilansir oleh NBC Indonesia (31/5/2020) - Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi (Kemenko Marves) mengatakan, terjadi kenaikan kebutuhan garam di 2020, yang tadinya hanya berkisar 3 juta - 4,2 juta ton kini menjadi 4,5 juta ton. 

Contoh lain, Tanah Indonesia adalah tanah yang amat subur, mau menanam apa saja bisa tumbuh. Malah para petani berlimpah sayurannya bahkan harganya dibawa rata-rata di bulan Ramadhan tahun ini. Akan tetapi, negri ini masih saja mengimpor sayur.  Seperti yang dilansir oleh KOMPAS.com (25/5/2020) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor sayur- sayuran sepanjang tahun 2019 meningkat dari tahun 2018, menjadi 770 juta dollar AS atau setara Rp 11,3 triliun (asumsi kurs Rp 14.700 per dollar AS).

Lalu siapa? Ternyata, yang memiliki kekayaan negeri ini adalah para pemilik modal. Kekayaan negri ini telah dikelola oleh para pemilik modal untuk kepentingan mereka. Sedang rakyat hanya menjadi penonton saja. Rakyat telah menjadi korban dari sistem kapitalisme sekuler. Kekayaan alam negri ini sudah dikuras habis oleh para pemilik modal. Sehingga ketika rakyat yang menjual tidak ada nilainya. Mengapa demikian? Karena sesungguhnya, kita saat ini sudah dikuasai oleh sistem ini. Sistem ini telah memporak-porandakan kekayaan alam Indonesia. Jadi, sampai kapan kita bisa bertahan dalam sistem yang telah memporak-porandakan negeri ini?

Tentunya, akan tetap terjaga kekayaan alam kita ketika hidup dalam sistem Islam. Karena sesungguhnya Islam menjaga, memelihara, dan memanfaat kekayaan alam demi kepentingan masyarakat umum. Di dalam sistem Islam memiliki aturan main dalam hal kepemilikan. Tidak seperti sistem kapitalisme sekuler yang banyak modal itu menjadi penguasa. Islam memiliki aturan tersendiri dalam hal kepememilikan yaitu kepemilikan negara, kepemilikan umum,  dan kepemilikan pribadi. 

Pertama, kepemilikan negara misalnya tanah yang tidak dihidupkan selama 3 tahun menjadi milik negara dan dikelola untuk kepentingan masyarakat. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
Barang siapa memakmurkan (mengelola) tanah yang tidak menjadi milik siapapun, maka dia berhak atas tanah tersebut,” (Hr. Bukhari).

Kedua, kepemilikan umum seperti tambang garam dikelolah oleh negara untuk kepentingan masyarakat. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
Umat islam berserikat dalam tiga perkara: air, padang rumput, dan api.” (Hr. Ahmad).

Dan ketiga kepemilikan pribadi misalnya rumah, ini menjadi milik pribadi akan tetapi tetap dilindungi oleh negara jika ada yang mengancam kenyamanan seseorang. 

Jadi, jika hidup dalam sistem Islam tidak akan terjadi seperti saat ini impor besar-besaran apalagi dalam kondisi wabah merejalela. Tidak akan ditemukan kekosongan pendapatan jika cara pengelolaan negara dikelola dengan sistem Islam. Serta Islam memiliki kemandirian pangan dan tidak tergantung kepada negara lain. Itu yang terpenting.
Walla a'lam bishshowwab

Posting Komentar

0 Komentar