Pandemi Corona Menggerus Perekonomian Rakyat


Oleh : Siti Masliha, S.Pd (Aktivis Muslimah Peduli Generasi)

Pandemi Corona yang melanda negeri ini berimbas ke segala bidang. Bidang yang paling terimbas pandemi corona ini adalah bidang ekonomi. Banyak rakyat yang gulung tikar karena usahanya tak mendapatkan keuntungan. 

Hal ini sebagaimana yang terjadi pada RP. RP (47) salah seorang bandar sabu yang ditangkap Polres Cianjur ternyata merupakan seorang pemborong proyek perumahan di Cianjur. Pandemi Corona membuat dia bangkrut hingga akhirnya beralih profesi sebagai pengedar Narkoba. Pemborong yang sudah 8 tahun menjalin kerjasama dengan pengembang untuk membangun perumahan di Cianjur itu mulai menjadi bandar sabu sebulan terakhir.

Awalnya RP yang sudah bangkrut dan menganggur selama dua bulan. Dia ditawarkan pekerjaan untuk mengedarkan sabu. Kondisi ekonomi yang tengah jatuh, ditambah situasi pandemi membuat dia tergiur apalagi keuntungan yang didapat cukup besar. "Kondisi lagi susah, penghasilan tidak ada. Jadi begitu ditawarkan teman buat jualan sabu ya terima saja. Dari bulan lalu mulai jualan sabu-sabu," ungkap RP di Mapolres Cianjur, Minggu (7/6/2020). (Detiknews.com)

Inilah kondisi rakyat Indonesia di tengah Pandemi Corona yang melanda negeri ini. Mereka tak mampu bertahan hidup hanya sekedar mempertahankan perut. Akhirnya rakyat memilih jalan pintas untuk melakukan sesuatu yang haram. Kebijakan pemerintah tidaklah pro rakyat. Selama ini pemerintah gembar-gembor melakukan kebijakan New Normal agar laju perekonomian Indonesia bisa hidup kembali. Namun yang dilakukan oleh pemerintah justru adalah membuka sejumlah mall. Jika kita lihat faktanya pelaku bisnis mall adalah para konglomerat bukan wong melarat (baca: orang miskin).

Selama ini dampak ekonomi yang paling parah adalah rakyat dengan modal yang pas-pasan. Namun faktanya pemerintah justru menyelematkan perekonomian para konglomerat. Faktanya para konglomerat tidak terimbas langsung pandemi corona ini, karena investasi mereka ada di mana-mana. Di satu sisi perekonomian yang berbasis rakyat dibiarkan gulung tikar. Rakyat berjibaku sendiri mencari modal dan mencari pasar untuk memasarkan produknya. 

Selain itu pemerintah membiarkan Sumber Daya Alam (SDA) Indonesia dikeruk oleh asing untuk diangkut ke luar negeri. Sedangkan anak negeri dibiarkan kuli di negeri sendiri. Inilah faktanya negeri gemah ripah loh jinawi. Perekonomiannya diserahakan kepada korporat, SDA dikeruk untuk diangkut ke luar negeri, rakyat dibiarkan melarat. Inilah sejatinya sistem ekonomi kapitalisme. Pandemi Corona hanya efek domino dari perekonomian Indonesia. Sebelum pandemi corona perekonomian Indonesia sudah tak berdaya. PHK dimana-mana, kesenjangan semakin menganga, penggangguran pun semakin merata. Sampai disini kita dapat tarik benang merah, bukan pandemi corona yang membuat perekonomian Indonesia menjadi tak berdaya. Namun penerapan sistem ekonomi kapitalisme lah yang menjadi biang keladi keterpurukan ekonomi Indonesia 

Sistem kapitalisme dengan faham kebebasan akan memberikan kesempatan bagi negara-negara asing menjajah kekayaan kita. Selain itu dalam sistem kapitalisme para pemodal dengan luluasa menanamkan modalnya di negeri kita. Akibatnya kita tunduk pada kekuasaannya. 

Hal ini berbeda dengan sistem Islam. Sistem yang berdasarkan wahyu Allah. Halal haram yang dijadikan patokan. Jelas hukumnya mengkomersilkan hajat hidup rakyat. Haram hukumnya menjual SDA kepada asing. Haram hukumnya asing menjadi pemodal di negara Islam. 

Hal yang terpenting dalam Islam adalah menjamin kebutuhan pokok warganya. Kebutuhan pokok tersebut antara lain sandang, pangan, papan dan pekerjaan. Dalam Islam laki-laki wajib berkerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, keluarga serta anak dan istrinya. Jika laki-laki tersebut tidak mampu berkerja karena alasan tertentu maka kebutuhannya ditanggung oleh sanak kerabatnya. Jika sanak kerabatnya juga tidak mampu maka khilafah yang akan menanggungnya. Khilafah dengan baitu maalnya akan menanggung nafkah bagi orang-orang yang tidak mampu bekerja dan berusaha. Jika khilafah tidak mampu maka seluruh kaum muslimin wajib menanggungnya. Ini direfleksikan dengan penarikan pajak oleh khilafah kepada orang-orang yang mampu. Setelah itu didistribusikan kepada orang-orang yang membutuhkan.

Posting Komentar

0 Komentar