Tahun Ajaran Baru Ditengah Pandemi, Corona Kian Menghantui


Oleh: Alfira Khairunnisa (Pemerhati Kebijakan Publik)

Pandemi covid-19 belum usai. Bahkan makin menunjukkan kekhawatiran. Angka kasus covid semakin melonjak. Namun, pemerintah tetap mengambil kebijakan new normal disejumlah daerah. Disamping itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI juga telah menyatakan, Tahun Ajaran Baru 2020/2021 akan tetap dilaksanakan pada 13 Juli 2020 mendatang.

Padahal, diberbagai daerah yang ada di Indonesia telah banyak anak yang menjadi korban keganasan covid-19. Namun, mengapa sekolah tetap saja akan dibuka? Tersebutlah kota Surabaya terdapat 127 anak berusia 0-14 tahun yang dinyatakan positif COVID-19 (31/5/2020).  Fakta ini pun diungkapkan oleh Koordinator Protokol Komunikasi, Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Surabaya.

Menurut data IDAI, hingga tanggal 18 Mei 2020 jumlah pasien dalam pengawasan (PDP) anak sebanyak 3.324 kasus. Sedangkan jumlah anak yang berstatus PDP meninggal sebanyak 129 orang dan 584 anak terkonfirmasi positif COVID-19, dan 14 anak dinyatakan meninggal dunia akibat COVID-19 (kumparan.com, 1/6/2020)

Disamping itu, Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Retno Listyarti juga meminta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan Kementerian Agama (Kemenag) untuk dapat terus mengkaji langkah pembukaan sekolah pada 13 Juli 2020.


Belajar Dari Luar Negeri 

Pro dan kontra pun terjadi terkait wacana dibukanya kembali sekolah dengan aturan New Normal Life. Bahkan hal ini memang sedang hangat-hangatnya diperbincangkan saat ini, hingga menjadi trending topic di media sosial.

Nah, melihat data-data di atas, sepatutnya Kemendikbud dan Kemenag belajar dari negara lain dalam langkah pembukaan sekolah. Bukankah ada beberapa negara yang bisa kita ambil pelajaran ketika akan mengambil suatu kebijakan yang melibatkan orang banyak? Apalah lagi jika berkaitan dengan nyawa. 

Jika kita perhatikan, diluar negeri sana mereka membuka sekolah setelah kasus positif Covid-19 telah menurun drastis bahkan sudah nol kasus. Nah, Itupun masih saja ditemukan kasus penularan Covid-19 yang menyerang guru dan siswa. Peristiwa itu terjadi tepatnya di Finlandia. Dan tentunya mereka juga mempunyai sistem kesehatan yang baik dan persiapan pembukaan sekolah yang matang. 

Begitu juga di China. Pembukaan sekolah juga dilakukan setelah tidak ada kasus positif Covid-19 selama 10 hari. Dan tentunya pembukaan disertai penerapan protokol kesehatan yang ketat. Pun para guru yang mengajar sudah menjalani isolasi dahulu selama 14 hari sebelum sekolah dibuka. Sungguh persiapan yang sangat matang bukan?

Kemudian Korea Selatan. Kebijakan new normal yang diterapkan Korea Selatan setelah angka kasus positif menurun nyatanya tidak bisa bertahan lama. New normal hanya bertahan satu hari. Begitu sekolah-sekolah dibuka, 2 siswa langsung terinfeksi Virus Corona. 75 sekolah seketika memulangkan para guru dan ribuan siswanya. Kondisi itu memaksa pemerintah Korsel memberlakukan kembali pembatasan sosial di beberapa wilayah.

Begitu juga yang terjadi di Prancis ketika kembali membuka sekolah untuk anak-anak. Namun tak lama setelah itu, kasus positif pada anak langsung ditemukan. 

Seyogyanya rencana membuka kembali sekolah perlu dipersiapkan dan dipikirkan secara matang karena menyangkut keselamatan guru, anak-anak, dan seluruh internal sekolah. Pun pemerintah juga perlu melibatkan IDAI dan ahli epidemiologi sebelum membuka sekolah pada tahun ajaran baru. 

Sesungguhnya Indonesia dinilai belum siap dengan kebijakan pembukaan sekolah ini sebab berdasarkan laporan KPAI, hanya ada 18 persen sekolah yang siap dengan protokol kesehatan pencegahan covid-19, sementara 82 lainnya tidak siap.

Inilah bentuk kegagalan pemimpin negeri yang menjalankan sistem pemerintahan kapitalis dalam menjamin keselamatan jiwa rakyat, hingga nyawa rakyat bukan menjadi hal utama.

Jika anak-anak masuk ke sekolah saat pandemi bisakah anak-anak tertib memakai maskernya sepanjang waktu di sekolah? dan bisakah orang tua menjamin anak-anak akan disiplin mengganti masker tiap empat jam pemakaian atau setiap kotor dan basah? Maka rencana tahun ajaran baru dengan sekolah new normal akan menghadapi kerawanan masalah tersendiri.

Walhasil kesehatan dan keselamatan nyawa generasi ini akan terancam jika siswa harus tetap masuk sekolah meski dengan penerapan protokol new normal bidang pendidikan di masa pandemi ini.


Kemampuan Islam Mengatasi Masalah

Sungguh Islam adalah sebaik-baik aturan. Sehingga pemimpin dalam sistem Islam akan semaksimal mungkin memenuhi kewajiban dalam penyelenggaraan pendidikan di masa pandemi dengan menyiapkan sarana dan prasarana yang memadai, sarana yang dibutuhkan bagi para guru maupun siswa sebagai penunjang dan pendukung proses belajar mengajar. Negara tidak akan membiarkan para pendidik kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran secara daring. Maka dengan sigap Negara akan menyiapkan kematangan para guru dalam menyelenggarakan aktivitas mendidik siswanya. 

Nah, bayangkan saja, hal ini mulai dari menyiapkan materi pembelajaran yang tepat di saat pandemi, mengadakan semua fasilitas yang dibutuhkan secara optimal, sampai kepada hal-hal kecil, yakni tak lupa untuk dapat memberikan penghargaan kepada para pendidik yang telah maksimal atas kerja kerasnya.

Dengan demikian, para anak didik dapat tetap fokus belajar meski dari rumah selama pandemi. Aktifitas belajar mengajar di masa pandemi bisa dijalani dengan nyaman karena telah optimal, terlebih Negara telah memberikan fasilitas yang memadai plus telah menanamkan landasan keimanan tersebut pada para pendidik.

Nah, semua itu tentu bisa terlaksana jika para pemimpin menjalankan tuntunan Islam dalam mengatasi wabah. Namun jika para pemimpin tetap memilih kapitalisme sebagai solusi menangani wabah ini, yang menjadikan faktor ekonomi di atas segalanya, sehingga rakyat tidak akan pernah terlepas dari jeratnya. Alhasil rakyat akan semakin menderita.

Sudah saatnya negeri ini menerapkan sistem pemerintahan Islam yang telah terbukti berhasil dalam memberikan jaminan pendidikan terbaik bagi rakyatnya. Dan hal itu bisa dilihat dari output yang dihasilkan dari tatanan pendidikan Islam. Wallahu'alambishowwab...

Posting Komentar

0 Komentar