Oleh : Yeni Ummu Athifa (Institut Kajian Politik dan Perempuan)
Siapa yang tidak ingin hidup senang, bergelimang harta dan kemudahan hidup? Di elu-elukan, di puja dan dijadikan panutan oleh kawula muda. Dan bayangan indahnya kehidupan pun seakan semakin dekat dari dirinya. Ketika Rupiah dalam genggaman maka apa pun dapat di raih, kesenangan dan kebahagiaan yang didambakan oleh para pencari surga duniawi.
Begitulah ketika angan kehidupan mengawang tinggi, seakan wajar jika kemudian ada fakta ratusan anak remaja di bawah umur (lebih kurang 305 orang) terseret kasus eksploitasi anak di bawah umur (child sex groomer). Mereka termakan rayuan dan bujukan seorang warga negara Perancis bernama Francois Abello Camille (FAC) alias Frans, yang berhasil di ringkus Subdit 5 Renakta Dit Reskrimum Polda Metro Jaya.
Menurut Kapolda Metro Jaya, Irjen Nana Sudjana yang di lansir dari media Merdeka.com, 9/07/2020, Frans mulai melakukan aksinya sejak bulan Desember 2019-Februari 2020 di Hotel Olympic, Jakarta Barat. Bulan Februari-April 2020 di Hotel Luminor, Jakarta Barat dan April-Juni 2020 di Hotel Prinsen Park, Jakarta Barat.
Ia kerap melakukan aksinya dengan mencari korban di pusat perbelanjaan maupun jalanan. Kemudian menawarkan para korban pekerjaan sebagai model dan pemotretan di hotel. Mirisnya, Korban yang terangkap dipaksa meladeni nafsunya. Jika mau akan diberikan imbalan Rp 250 ribu-Rp 1 juta. Sementara korban yang tidak mau akan mendapatkan perlakukan kekerasan fisik seperti dipukul, ditampar dan ditendang oleh tersangka
Fakta yang mengerikan bukan? Hanya karena tergiur ketenaran, ingin kemewahan, gila popularitas, ingin hidup enak, apalagi dapat diraih secara instan tanpa harus bekerja keras membanting tulang tapi uang lancar mengalir. Modalnya tak perlu ribet, cukup punya wajah yang cantik dan penampilan yang seksi dan berani tampil beda tak perlu mengandalkan intelektual dan kecerdasan.
Maka tak heran dunia intertaiment, baik itu menjadi artis, model, penyanyi, bintang lakon merupakan idaman para remaja saat ini, terutama para gadisnya. Hingga tak ayal berbagai cara jika ada kesempatan yang memungkinkan peluang mereka untuk masuk dalam kehidupan ini selalu di gandrungi oleh para remaja. Lihatlah audisi-audisi untuk mencari bakat tak pernah kurang peminat bahkan bisa di bilang berlimpah ruah. tak jarang didukung sepenuhnya oleh orangtua mereka sendiri.
Bahkan jika ada kesempatan dan tawaran menjadi model atau artis agar segera terkenal melalui jalan pintas tak jarang di lakukan. Sehingga terkadang ada dari mereka yang rela mengorbankan harga diri hingga tak jarang terjerumus kepada perbuatan-perbuatan asusila baik atas kemauan sendiri maupun karena bujukan rayuan para lelaki bejat yang mengiming-imingi menjadikan dirinya terkenal.
Miris memang, seakan ketenaran lebih berharga dibandingkan dengan harga diri. Mengapa hal ini bisa terjadi? Semudah itukah para remaja percaya hingga terjerat bujuk rayu lelaki asing? Tentunya kita tak bisa menyalahkan begitu saja kenapa perilaku-perilaku remaja yang masih di bawah umur ini bisa tergoda dengan bujuk rayu orang semisal ‘Frans’ bukan?
Gempuran media sosial yang mudah diakses dan iklan serta gaya hidup para artis di televisi ikut berperan menjadikan gaya hidup hedonis sebahagian masyarakat terutama para remaja. Sementara di sisi lain, orangtua abai akan tanggung jawabnya. Sebahagian dari mereka sudah merasa cukup hanya karena telah memenuhi materi. Sedangkan sebahagian yang lain sibuk mengais rezeki. Padahal ada yang harus tetap menjadi tanggung jawab mereka walau bagaimanapun keadaannya.
Adakah putra-putri mereka telah terdidik dalam didikan yang benar selama ini? Adakah sebagai Orangtua, mereka telah berperan aktif memenuhi akal dan pengetahuan anak-anaknya dengan ajaran hidup yang benar sesuai dengan aturan Ilahi. Menjelaskan halal dan haram sebagai pembatas perilaku dan tentunya menjadikan tujuan hidup adalah ridha Allah semata ?
Sayangnya, dengan Orientasi kehidupan yang berjalan saat ini, jauh panggang daripada api. Kebanyakan keluarga saat ini, termasuk keluarga muslim semakin bias akan makna hidup yang sebenarnya. Seolah hidup bagai air yang mengalir. Ikut saja dengan perkembangan zaman. Sehingga abai dengan kewajiban yang harusnya telah diamanahkan dan harus dipikul oleh setiap individu. Belum lagi tantangan hidup yang harus di lalui karena impitan ekonomi.
Sementara kesenangan dan kebahagiaan hidup seakan hanya diukur dengan kepuasan dalam bentuk jasadi. Seolah-olah itulah makna dan tujuan hidupnya. Akhirnya semua memprioritaskan hidupnya mengejar materi.
Inilah kehidupan yang tanpa kita sadari telah menjadi nafas bagi kaum muslim saat ini. Mengabaikan aturan Ilahi untuk mengatur urusan hidup. kehidupan yang berasaskan Sekularisme.
Benar mereka beragama Islam namun sebatas ibadah ritual bukan Islam yang menyeluruh dalam kehidupan. Seolah Allah hanya ada saat melakukan ibadah tidak untuk urusan lainya. Padahal Islam punya berbagai aturan dalam menjalani kehidupan ini.
Selain itu nilai ukhuwah sesama pun makin menipis, masing-masing sibuk dengan urusannya sendiri. Tak peduli apa yang terjadi di sekitar lingkungannya. Yang penting hidupnya tak terganggu.
Dan semua ini diperparah karena negara menjalankan sistem Demokrasi-Kapitalisme memang abai dengan urusan rakyatnya. Dalam berbagai hal negara terkesan berlepas tangan, karena dalam sistem ini fungsi negara hanya sebagai regulator saja. Rakyatlah yang harus mengurus dirinya sendiri.
Memang negara mengeluarkan regulasi yang katanya demi kepentingan rakyat namun faktanya justru menjerat rakyat. Keadilan bukan berada di pihak yang benar tapi berada dipihak yang besar bayaran. Dengan fulus, benar jadi salah dan salah jadi benar adalah biasa.
Maka wajar negara tidak mampu menuntaskan setiap permasalahan yang muncul karena penyelesaian yang diambil seringnya menimbulkan masalah yang baru. Sehingga tidak heran berbagai kemungkaran, kemaksiatan dan kejahatan terus saja berulang kali terjadi bahkan berulang dengan kasus dan orang sama.
Beda dengan sistem Islam jika di terapkan. Ia akan mampu menyelesaikan suatu masalah dengan solusi yang tegas dan tuntas. Maka semisal kasus di atas, Hukum cambuk atau rajam bagi pelaku zina baik suka sama suka atau pemerkosa misalnya akan dijalankan tanpa pilih bulu. Bahkan disaksikan oleh masyarakat secara umum.
Sungguh sudah saatnya menjadikan Syariat Islam sebagai pengatur kehidupan. Dengan segala kesempurnaan aturannya akan mampu menyelesaikan setiap permasalahan dan menuntaskannya sekaligus membuat jera pelaku.
Firman Allah dalam Quran Surat Al-Ma’idah Ayat 50;
أَفَحُكْمَ ٱلْجَٰهِلِيَّةِ يَبْغُونَ ۚ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ ٱللَّهِ حُكْمًا لِّقَوْمٍ يُوقِنُونَ
Artinya : “Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada(hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?”
(Wallahu'alam Bish Shawwab)
0 Komentar