Ramai tentang dukungan LGBT membuat kita merasa terkejut. Bagaimana tidak? produk-produk yang sering kita gunakan setiap hari secara terang-terangan mendukung gerakan LGBT. Istilah dari sebutan LGBT adalah Lesbian, gay, biseksual, dan transgender. Islam menyebutnya dengan Liwath (gay) dan sihaaq (lesbian).
Liwath adalah Perbuatan yang dilakukan oleh laki-laki dengan cara memasukan kemaluannya kedalam dubur laki-laki lain atau sering disebut dengan pecinta sesama laki-laki, sedangkan Sihaaq adalah hubungan yang dilakukan oleh perempuan dengan perempuan dengan menggesek-gesekan anggota tubuhnya dengan yang lainnya atau sering disebut dengan perempuan pecinta perempuan.
Islam tentu sangat melarang perbuatan ini, Seperti yang terjadi pada kaum Nabi Luth.
Al-Imam Abu Abdillah Adz-Dzahabiy berkata: “Sungguh Allah telah menyebutkan kepada kita kisah kaum Luth dalam beberapa tempat dalam Al Quran, Allah telah membinasakan mereka akibat perbuatan keji mereka. Dan para ulama sepakat bahwasanya tindakan homoseks termasuk dosa besar”.
Kaum Muslim mungkin sudah banyak yang paham tentang ini, namun mereka yang memisahkan agama dari kehidupan atau mereka yang tidak beragama mungkin menganggap bahwa ini adalah hal yang wajar.
Masyarakat sekuler memandang pria atau wanita hanya memiliki sebatas hubungan seksual semata dan hubungan seksual tidak terbatas hanya pada perempuan, Oleh karena itu, mereka dengan sengaja menciptakan fakta-fakta yang menyimpang dari ajaran agama.
Sekularisme merupakan Salah satu ideologi yang mendatangkan atau memunculkan benih-benih LGBT yang berkembang dimasyarakat. Paham sekularisme ini menjadi salah satu berkembangnya LGBT di masyarakat belahan dunia. Karena Ideoliogi sekularisme adalah Ideologi yang memisahkan Agama dari kehidupan.
Perusahan-perusahaan yang menyuarakan dukungan-dukungan untuk LGBT salah satunya adalah Unilever yaitu perusahaan yang berbasis di Amsterdam, Belanda, pada 19 Juni lalu resmi menyatakan diri berkomitmen mendukung gerakan LGBTQ+. Hal tersebut disampaikan melalui akun Instagram.
Aksi dukungan Unilever terhadap gerakan LGBT ini menuai kecaman dari berbagai masyarakat terkhusus warga net. Majelis Ulama Indonesia (MUI) adalah Salah satu yang menyuarakan pemboikotan produk Unilever karena pro LGBT.
“Saya selaku ketua komisi ekonomi MUI akan mengajak masyarakat berhenti menggunakan produk Unilever dan memboikot Unilever,” kata Azrul saat dihubungi Republika, Ahad (28/6). (Republika.co.id, 29/06/2020).
Bukan hanya Unilever saja yang pro dan terang-terangan mendukung gerakan LGBT. Salah satu perusahaan yang sama dengan Unilever adalah Starbuck. Awal pada 2017 yang lalu CEO perusahaan Starbuck Howard Schultz terang-terangan mendukung gerakan LGBT. Seruan pemboikotan Starbuck mulai menjadi trending topic kedua di twitter dengan muncul hastag #BoikotSturbuck. tentu saja banyak netizen yang mengkritisi dan ada pula yang menentang.
Sebenarnya dengan cara memboikot produk yang mendukung LGBT itu sah-sah saja, tetapi perusahan MNC yaitu perusahaan Multinasional akan terus berusaha agar produk-produknya selalu diterima di tengah-tengah Masyatakat. Selagi masih hidup di Zaman sekuler dan kapitalisme produk ini mampu digerakkan secara internasional.
Mereka Kaum sekularisme akan terus mendagangkan bisninya ke kancah dunia agar produk-produknya diterima dimasyarakat walaupun perusahaan-pdrusahaannya secara terang-terangan mendukung LGBT.
Buktinya, sampai sekarang Starbuck dan Perusahaan-perusahaan yang mendukung LGBT masih tetap kokoh berdiri di lingkungan masyarakat, bahkan Produk-produk keseharian yang kita gunakanan pun menggunakan produk yang mendukung LGBT seperti Unilever.
Solusi yang benar adalah dengan ditegakkannya Khilafah Islamiyah karena Khilafah yang mampu menegakkan syariat-syariat Islam yang akan mengedukasi agar seluruh pemikirannya dan prilakunya sesuai dengan syariat karena menurut Islam bahwa perilaku ini dilaknat oleh Allah SWT. Maka, kembalikan semua aturan kepada syariat Islam. Wallahua'lam
0 Komentar