Geliat Faham "Baru" Di Tengah Pandemi

Oleh: Asri Gayatri, S.Hut.

Pembahasan Rancangan Undang-Undang (RUU) beberapa tahun belakangan ini menjadi sorotan masyarakat luas. Belum reda hiruk pikuk RUU Omnibus Law yang sebelumnya menuai kontroversi, kini muncul polemik baru tentang pembahasan RUU Haluan Ideologi Pancasila (HIP). Meski pembahasannya telah ditunda, kontroversi tentang RUU ini masih terus terjadi baik di dunia nyata maupun dunia maya.

Bahkan, di beberapa kota besar, ribuan orang mengikuti aksi penolakan RUU HIP ini. Dilansir dari berita Republika.co.id, ormas keagamaan di Indonesia pada hari Jum'at, tanggal 3 Juli 2020, membuat pernyataan bersama menolak RUU HIP yang saat ini tengah dibahas DPR. Ormas itu terdiri dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI), Komisi HAK Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI), Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), Persatuan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi), dan Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin). Beberapa alasan mereka menolak antara lain karena RUU HIP dianggap memberikan kesempatan bangkitnya kembali paham komunisme. Selain itu juga memungkinkan terjadinya pemerasan Pancasila menjadi ekasila. 

Di tengah pandemi, saat rakyat sibuk menghadapi virus corona yang entah kapan akan berakhir, pembahasan RUU ini tak memiliki urgensi. Untuk saat ini, lebih elok bila berusaha mewujudkan kesejahteraan masyarakat sebagai salah satu tujuan bernegara. Di sisi lain, RUU HIP berpotensi menimbulkan konflik ideologi dan memeras pancasila menjadi ekasila dianggap oleh banyak kalangan adalah bentuk pengkhianatan terhadap bangsa dan negara.

Hal yang lebih krusial adalah bahwa Ketuhanan yang Maha Esa dalam RUU HIP ingin diubah menjadi Ketuhanan yang Berkebudayaan. Inilah perusakan atas agama Islam secara nyata. Ketuhanan yang berkebudayaan akan menjadi faham baru di tengah masyarakat. Tidak menutup kemungkinan umat Islam akan mencampuradukkan agama dan budaya. Agama Islam seharusnya Berketuhanan yang Bersyariah Islam bukan Ketuhanan yg Berkebudayaan "Ketuhanan yang berkebudayaan" apa maksudnya?

Bicara ketuhanan adalah perkara aqidah. Ketuhanan Yang Maha Esa, bagi umat Islam adalah pengakuan bentuk tunggal dalam bertuhan. Hanya satu Tuhan yang disembah, yaitu Allah SWT. Agama Islam adalah agama baku yang diturunkan oleh Allah SWT, sehingga aqidahnya harus satu dan murni tidak boleh dicampuradukkan dengan apapun. Justru Allah SWT menurunkan para Nabi adalah untuk meluruskan kembali aqidah yg rusak akibat budaya buatan manusia. Apa yg akan terjadi jika budaya diletakkan di atas Ketuhanan? Hasilnya adalah peradaban yg hanya memikirkan nafsu belaka.

Budaya adalah hasil cipta, karsa, dan rasa suatu masyarakat atau bangsa yang mereka anggap baik dan diaplikasikan dalam tatanan kehidupan mereka. Dalam makna luas, kebudayaan tak hanya terbatas pada tatanan adat istiadat, namun juga mencakup bahasa, pandangan hidup, keyakinan, perkembangan teknologi, ataupun peradaban. Karena budaya adalah karya atau produk manusia yang merupakan tempat salah dan lupa, maka ia tak memiliki kebenaran absolut, dan semua aspeknya tak memiliki maslahat yang mutlak. 

Oleh karena itu, Islam sebagai agama universal dari segi waktu, tempat, dan kandungan ajarannya yang diturunkan oleh Maha Pencipta sebagai rahmat bagi seluruh semesta, ia datang sebagai pedoman, dan parameter untuk memfiltrasi berbagai norma dan nilai kebudayaan yang ada; yang baik dibiarkan bahkan dilestarikan, sedangkan yang buruk atau yang bisa berakibat buruk dan menyelisihi fitrah kehidupan mereka diperbaiki dan diluruskan.

Karena itulah Allah menurunkan para Nabi untuk memperbaiki peradaban manusia. Jangan pernah mengundang murka Allah hanya karena nafsu manusia! Islam adalah agama yang sempurna. Mengatur kehidupan manusia mulai bangun tidur hingga membangun negara. Sudah saatnya negeri ini berpindah haluan kepada ideologi dan sistem islam. Dan berkomitmen menjadikan Islam sebagai aturan kehidupan agar tercipta rahmat bagi seluruh alam. Wallahu'alam.

Posting Komentar

0 Komentar