HOMESCHOOLING BUKANLAH PELARIAN

Oleh : Ustadzah Yanti Tanjung (Inspirator Parenting Nasional)

Tentu tidak bijak saat kekecewaan pada situasi, covid misalkan atau ketidakpuasan pada sekolah tertentu atau bahkan kemarahan atas sistem pendidikan yang ada lalu ayah bunda dengan emosional beralih dari sekolah formal ke homeschooling tanpa menimbang-nimbang banyak hal. Juga tidak elok ketika ada yang menganggap remeh pendidikan homeschooling karena dianggap tidak diakui, nantinya sulit melajutkan pendidikan anak karena tidak berijazah.

Sejatinya pendidikan jika tergurat jelas visi misinya dan tergambar jelas tujuannya  dalam benak, setiap kita akan menjalaninya tanpa ada kegalauan dalam setiap pilihan-pilihan dari sekian banyak pilihan pendidikan yang terbentang luas di hadapan kita. 

Persoalannya kita berada dalam sebuah sistem yang membuat galau sepanjang hayat,kebijakannya satu sama lain selalu kontra produktif, yang satu ingin memperbaiki satunya lagi menghancurkan. Misalkan ada kebijakan perlindungan anak sisi lain akan ada kebijakan anak-anak masuk sekolah sementara kondisi belum aman. Galau

Masa awal Islam anak-anak hidup bersama orang tuanya dan pendidikan mereka langsung diperankan oleh ayah bundanya di dalam rumah. Karena memang saat itu belum ada sekolah yang didirikan secara formal.Namun anak-anak terdidik dengan baik dari sentuhan ayah dan bundanya dan edukasi masyarakat serta negara yang senantiasa mengkondisikan anak-anak hidup dalam pendidikan Islam, suasana iman dan ketakwaan sangat dijaga oleh keluarga,masyarakat dan negara. Maka tidak heran saat itu generasi yang dilahirkan sesuai dengan visi generasi yang ada dalam Alquran.  Nyaris tidak ada persoalan generasi seperti yang kita saksikan saat ini. 

Kurikulum yang diterapkan adalah Alquran,anak-anak menghafalkannya,mempelajrinya lalu memahaminya,melaksanakannya kemudian menyebarkannya. Alquran yang tertanam kuat dalam diri anak-anak mampu melejitkan potensi yang hebat dan luar biasa dalam diri mereka sebagai generasi baru generasi  yang memiliki visi membangun peradaban Islam dan dirindukan surga. 

Kita bisa melihat Ali bin Abi Thalib yang didik langsung Rasulullah saw di rumahnya. Juga ada zaid bin Tsabit, Ibnu Abbas, Zaid bin Haristah dll. Dan kita juga kenal Salahuddin Alayyubi dan Muhammad AlFatih pendidikan mereka bermula di rumah. Ini hanya bisa terwujud jika ayah bunda memiliki komitmen yang tinggi. 

Pertama, komitmen iman. Mengimani bahwa Allah memberikan amanah anak pada kita dan di pundak ayah bundalah kepemimpinan itu lahir dari rumah-rumah mereka dan terwujudnya visi mendidik generasi sesuai Alquran.

Kedua, komitmen belajar dengan sungguh-sungguh dan melompat lebih tinggi di atas rata-rata orang lain karena belajar adalah sebuah proses untuk menjadi orang tua yang tangguh.

Ketiga, komitmen mengikatkan amal dengan syariah Islam termasuk dalam mendidik anak-anak di rumah agar menjadi generasi shaleh dan menebarkan keshalehan kepada manusia lainnya. 

Keempat, komitmen berjuang. Setiap harapan dan cita-cita butuh perjuangan tanpa ayah bunda pejuang maka tidak akan lahir anak-anak pejuang karena berjuang itu sangat dibutuhkan dalam mengusir rasa malas,menyerah dan putus harapan.

Kelima, komitmen pengorbanan. Sekecil apapun kesalehan yang kita inginkan untuk anak-anakkita tetaplah butuh pengorbanan dan tentu ayah bunda yang memiliki visi besar untuk anak-anaknya akan mengeluarkan pengorbanan yang tinggi dan mengerahkan seluruh potensi yang dimiliki. 

Keenam, komitmen sabar. Sabar akan menuntun jalan pendidikan kita tetap bersama Allah,karena Allah senantiasa bersama orang-orang yang sabar dan sabar inilah yang diminta Allah kepada kita sebagai orang tua untuk mendapatkan surga ‘Adn. 

Mungkin masih banyak komitmen lainnya ketika kita mengambil komitmen dalam meng –HS – kan anak-anak kita. Jika HS itu dimaknai mengambil keputusan untuk mengelola pendidikan anak-anak kita langsung oleh ayah bunda dari rumah tidak disekolah formalkan maka sejatinya itu bukanlah pilihan tapi bagian dari kewajiban. Jika pun kita menyekolahkan ananda di sekolah formal dan bersinergi dengan sekolah  dalam meraih mimpi dan harapan-harapan kita bersama guru yang satu visi dan misi,maka mendidik anak di rumah juga merupakan kewajiban bukan pilihan apalagi pelarian. 

Wallaahu a’lam bishshowab

Posting Komentar

0 Komentar