Komersialisasi Bidang Kesehatan Ditengah Pandemi, Bagaimana Solusinya?

Oleh : Putri Sarlina (Aktivis Muslimah Dakwah Comunnity uinsu)

Pemberlakuan New Normal Life ditengah pandemi membuat masyarakat semakin terbebani dan kecewa dengan keputusan pemerintah. Pasalnya, ditengah situasi ekonomi yang sulit masyarakat dibebani dengan diberlakukannya wajib tes covid19 bagi calon penumpang trasportasi umum seperti Kereta Api, Pesawat dan Kapal Laut.

Berdasarkan Surat Edaran Gugus Tugas (SEGT) Nomor 7 Tahun 2020, salah satu persyaratan calon penumpang transportasi umum, baik laut dan udara untuk perjalanan harus tes PCR dengan hasil negatif yang berlaku tujuh hari dan rapid test yang berlaku tiga hari pada saat keberangkatan.

Biaya tes covid19 bahkan lebih mahal dibandingkan dengan biaya transportasinya. Diketahui, kata Bambang, biaya tes Covid-19 secara mandiri relatif mahal. Dia menyebutkan di salah satu rumah sakit swasta, untuk Rapid test, misalnya, sekitar Rp400.000 sementara tes swab PCR berkisar Rp1,5 juta (hasil test keluar dalam 10 hari), Rp3,5 juta (7 hari), hingga Rp6,5 juta (3 hari). (Sindo.news, 12/16/2020).

Transportasi umum merupakan sarana yang tidak bisa dijauhkan dari kehidupan masyarakat, mahalnya biaya tes membuat rakyat semakin mengelus dada kepada siapa lagi rakyat mengadu, jika tidak ada keputusan atau kebijakan yang pro rakyat untuk menangani mahalnya biaya tes covid19.

Lain lagi Seorang ibu di Makassar, Sulawesi Selatan, dilaporkan kehilangan anak di dalam kandungannya setelah tidak mampu membayar biaya swab test sebesar Rp 2,4 juta.  Sebagai prasyarat operasi kehamilan.  Padahal, kondisinya saat itu membutuhkan tindakan cepat untuk dilakukan operasi kehamilan. Kompas.com (19/06/2020)

Sehingga menyulut emosi masyarakat dengan banyaknya penolakan untuk melaksanakan tes covid19, bagaimana tidak? Aktivitas masyarakat menjadi terhambat padahal pemerintah telah memberlakukan new normal life dan masyarakat juga harus keluar rumah untuk mencari penghasilan yang semakin hari semakin sulit.

Pengamat kebijakan publik dari Universitas Trisakti, Trubus Rahadiansyah, menyebutkan, saat ini terjadi "komersialisasi" tes virus corona yang dilakukan rumah sakit swasta akibat dari lemahnya peran pemerintah dalam mengatur dan mengawasi uji tes ini. "Banyak RS saat ini yang memanfaatkan seperti aji mumpung dengan memberikan tarif yang mahal dan mencari keuntungan sebesar-besarnya. Itu akibat dari tidak ada aturan dan kontrol dari pemerintah". Ketua Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi menjelaskan tingginya harga tes Covid-19 dikarenakan pemerintah belum menetapkan Harga EceranTertinggi (HET).  

Di dalam Negeri yang menetapkan standar kapitalis hal seperti ini adalah wajar karena menempatkan negara sebagai regulator, bukan sebagai penanggung jawab (raa’in) yang akhirnya masyarakatlah yang merasakan dampak dari kebijakan yang diberlakukan. Masyarakat dipaksa untuk ikut dengan kebijakan yang masyarakat tidak sanggup untuk memenuhinya. 

Berbeda dengan islam, seperti yang bisa kita lihat fakta sejarah pada masa Rasulullah dan masa setelahnya bagaimana negara berperan sebagai penanggung jawab bukan sebagai regulator termasuk dalam bidang kesehatan, jaminan kesehatan diberikan oleh negara kepada rakyatnya secara gratis tanpa membebani apalagi memaksa rakyat mengeluarkan uang sebab Islam menganggap bahwa kesehatan merupakan kebutuhan mendasar yang wajib untuk diberikan kepada seluruh rakyatnya.

Pada masa Khulafaur Rasyidin juga pernah terjadi pandemi dan solusi dalam menghadapi wabah adalah dengan memisahkan antara orang yang sakit dengan orang yang sehat, sehingga orang yang sehat bisa beraktivitas secara normal, dan orang yang sakit dikarantina dan diberikan pengobatan terbaik oleh negara. Maka negara juga akan memberikan akses tes dengan mudah seperti rapid tes maupun swab tes secara gratis.

Negara juga menyiapkan sarana dan prasarana yang memadai seperti membangun pabrik untuk membuat alat-alat kesehatan dengan tujuan pelayanan bukan mencari keuntungan. Negara juga akan membangun Apotik, sekolah perawat, apoteker dan diberikan secara gratis dan mendukung para ilmuan untuk melakukan pengkajian ilmiah demi mendapatkan vaksin terbaik untuk mengatasi wabah yang terjadi.

Maka Indonesia juga bisa melihat bagaimana islam memberikan solusi tuntas untuk mengatasi pandemi yang terjadi saat ini dan semua kendali ada ditangan penguasa jika penguasa bersandar kepada islam.
Allahu’alam Bishshawwab.

Posting Komentar

0 Komentar