Oleh : Ciara
Seolah tak ada habisnya membahas kedzaliman yang menimpa umat Muslim di seluruh penjuru dunia. Kita tak kan sanggup menyaksikan kekejaman demi kekejaman yang terus dipertontonkan.
Bukankah Islam itu ibarat satu tubuh?. Dimana satu bagian tubuh merasakan sakit maka bagian lainnya ikut merasakan sakit. Namun sepertinya ini tidak berlaku di sistem kufur saat ini. Kita hanya bisa melihat dan berdiam diri saat saudaranya terdzalimi. Sekat-sekat kebangsaan membatasi gerak kita untuk menolong mereka.
Pada tanggal 11 Juli 2020 lalu umat Muslim di Bosnia memperingati 25 tahun peristiwa pembantaian Srebenica. Tentu saja di tengah pandemi virus Corona. Selama perang Bosnia tahun 1992-1995, Srebenica dikepung oleh pasukan Serbia. Saat itu milisi Serbia mencoba merebut wilayah dari Muslim Bosnia dan Kroasia untuk membentuk negara mereka sendiri. Pada 11 Juli 1995 usai Srebenica dikepung, pasukan Serbia membunuh lebih dari 8.000 pria dan anak lelaki muslim hanya dalam beberapa hari.
Sehad Hasanovic, salah satu dari sekitar 3.000 kerabat korban hadir di peringatan tersebut. Hasanovic hanya mengingat bahwa ayahnya, Semso pergi ke hutan dan tidak pernah kembali.
Menjelang peringatan tersebut, Presiden Serbia Aleksandar Vucic menggambarkan Srebenica sebagai "sesuatu yang seharusnya tidak dan tidak bisa kita banggakan". Sayang dia tidak pernah terbuka mengucapkan kata "genosida".
Ya begitulah saat umat Muslim mengalami tindak kedzaliman bahkan pembunuhan secara brutal dan massal. Seolah-olah dunia menganggap sebagai tindak kejahatan biasa. Tapi sebaliknya, jika umat agama lain mengalami tindak kejahatan terlebih pelakunya umat muslim selalu dikatakan sebagai tindak teroris.
PBB sebagai lembaga perlindungan dunia sejatinya hanya berfungsi bagi segelintir penjahat yang hendak memuaskan nafsu kedengkiannya terhadap Islam. Mereka hanya mendukung sesiapa yg hendak mematikan sinar Islam di muka bumi ini.
Tentu hal ini menjadi pelajaran yang amat berharga. Umat muslim butuh satu sistem yang mampu melindungi seluruh umat muslim di dunia dari kedzaliman kaum kafir. Sistem itu adalah Khilafah Islamiah 'ala minhajin nubuwaah. Tanpa Khilafah umat ini bagai "anak ayam kehilangan induknya". Tak ada yang mengurusi, mengayomi dan menjaganya dari marabahaya. Sudah saatnya kita bergerak. Memperjuangkan penegakan syariah dan khilafah Islam. Allahu Akbar.
Sudah seharusnya kaum muslimin tidak menaruh harapan keadilan kepada lembaga buatan para Kapitalis. Karena sejatinya kaum muslimin memiliki perisai sendiri, yaitu Khilafah Islamiyah. Rasulullah SAW bersabda : "Sesungguhnya Al Imam (Khalifah) itu perisai,dimana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaannya)". (HR Muslim)
Makna al-Imam Junnat(un) Imam / Khalifah itu laksana perisai, Imam An Nawawi menjelaskan : "Maksudnya,ibarat tameng. Karena dia mencegah musuh menyerang (menyakiti) kaum Muslim. Mencegah masyarakat, satu dengan yang lain dari serangan. Melindungi keutuhan Islam, dia disegani masyarakat dan mereka pun takut terhadap kekuatannya".
Atas perintah Allah dan Rasul-nya, Khalifah akan sangat ringan mengerahkan pasukannya dari Amirul Jihad untuk menyelamatkan kaum muslimin dari kebengisan penguasa kafir. Sikap ketegasan pemimpin inilah yang akan mengakhiri penderitaan umat Muslim. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh Khalifah-khalifah sebelumnya. Salah satunya yaitu Khalifah al-Mutasim Billah yang menyelamatkan harga diri seorang Muslimah dari pelecehan kaum Romawi di kota Ammuriah, Romawi. Khalifah mengirim pasukan ke kota tersebut hingga terjadi futuhat. Inilah bentuk perlindungan nyata dari Khilafah terhadap nyawa manusia meski yang harus dibela hanyalah seorang muslimah. Khilafah akan menjaga dan melindungi nyawa manusia dengan kekuatan pasukan bukan diplomasi belaka.
Wallahu 'alam bish showab
0 Komentar