Rindu Institusi Pemersatu

Oleh: Isturia

“Perumpamaan kaum mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan menyayangi, seumpama tubuh, jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang lain akan susah tidur atau merasakan demam.” [HR. Muslim]

Inilah yang harus dirasakan kaum muslimin ketika mengenang 25 tahun  pembantaian srebrenica pada Sabtu 7 Juli 2020. Sakit sedih karena pasukan Serbia membunuh lebih dari 8.000 pria dan anak lelaki muslim dalam beberapa hari. Kebengisan telah merenggut jiwa ayah, saudara dan kerabat laki-laki mereka.

Seperti diketahui selama perang Bosnia, Srebrenica dikepung oleh pasukan Serbia antara 1992 dan 1995. Saat itu, milisi Serbia mencoba merebut wilayah dari Muslim Bosnia dan Kroasia untuk membentuk negara mereka sendiri. (cnnindonesia)

Pembantaian paling sadis di Eropa pasca-Perang Dunia II, demikian menurut mantan Sekjen PBB Kofi Annan. Ia merujuk pada genosida ribuan warga muslim Bosnia di Kota Srebrenica, Bosnia dan Herzegovina.(tirto.id)

Pembantaian terhadap muslim tidak hanya terjadi di Srebenica saja. Rohingnya, Uighur, Palestina, Suriah juga mengalaminya. Kebencian non muslim terhadap Islam terlihat jelas. Mereka akan berusaha memusnahkan muslim hingga ke akar-akarnya. Mengharap bantuan dari PBB sia-sia belaka. Tidak akan mungkin bisa mengeluarkan negeri muslim dari kepedihan. Penyerangan terhadap beberapa negeri muslim hingga saat ini menjadi bukti tak ada yang memihak terhadap muslim. Umat Islam akan terus terpuruk dan teraniaya hingga ada yang melindunginya.


Umat Islam Butuh Pelindung

“Sesungguhnya al-imam (khalifah) itu (laksana) perisai, dimana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)nya. Jika seorang imam (Khalifah) memerintahkan supaya takwa kepada Allah ’azza wajalla dan berlaku adil, maka dia (khalifah) mendapatkan pahala karenanya, dan jika dia memerintahkan selain itu, maka ia akan mendapatkan siksa.” (HR Al-Bukhari, Muslim, An-Nasa’i, Abu Dawud, Ahmad).

Sosok pelindung itu adalah Khalifah yang akan mendatangkan pasukan untuk membela dan mengeluarkan negeri-negeri muslim dari penjajahan kaum kafir. Tidak hanya muslim saja tapi non muslim yang hidup dibawah sistem Islam. Sebagaimana sejarawan Inggris T. W. Arnold dalam bukunya The Preaching of Islam menuliskan bahwa "… meskipun orang-orang Yunani secara jumlah lebih unggul daripada orang Turki di semua provinsi di kekuasaan Eropa, toleransi beragama yang diberikan kepada mereka dan perlindungan terhadap kehidupan dan harta yang mereka nikmati, segera merekonsiliasi mereka untuk lebih memilih dominasi Sultan daripada kekuasaan Kristen mana pun.”

Tidak hanya itu saja. Bukti lain juga berkata. Negara segera bertindak tatkala non-Muslim tertindas, seperti yang kita lihat pada 1492, di bawah Khilafah Utsmani, Khalifah Bayezid II, yang mengirim seluruh armada angkatan lautnya untuk menyelamatkan 150.000 orang Yahudi Eropa yang dianiaya penguasa Kristen Spanyol, juga menempatkan mereka di Khilafah.

Kesigapan negara merespon penderitaan muslim di belahan bumi manapun tidak kita temui saat ini. Sekat nasionalisme telah membutakan penguasa negeri-negeri muslim dari penganiayaan terhadap saudaranya sendiri.


Butuh Persatuan

Sistem Islam tidak menaungi umat Islam saat ini. Terpecah belah antar umat Islam hal yang lumrah. Karena tidak ada institusi yang menjaga mereka. Harus ada upaya mengembalikan persatuan itu. Ikatan akidah diantara sesama muslim menjadi dasar persatuan mereka. Harus ada juga pemikiran, perasaan dan peraturan yang sama di tengah-tengah mereka. Butuh upaya menyadarkan mereka bahwa wajib kaum muslimin bersatu di bawah sistem Islam. Sistem yang mampu menjaga dan melindungi darah mereka.

Posting Komentar

0 Komentar