Saatnya Aturan Islam Diterapkan Di Masa Pandemi

Oleh : Windha Yanti. S (Aktivis dan pemerhati Sosial) 

Apa yang dirasakan umat manusia di belahan bumi saat pandemi adalah kemerosotan tatanan hidup yang semakin parah,  mulai dari ekonomi,  pendidikan,  politik dan agama semua merasakan dampaknya yang luar biasa kacau. Bukan hanya negara-negara kecil yang mengalami namun negara-negara besar seperti Inggris,  Jerman, Jepang dan Amerika pun kepayahan dalam menangani krisis global. 

Amerika Serikat sebagai negara dengan kasus virus corona terbesar di dunia, lebih dari 30 juta warga AS telah mengajukan tunjangan pengangguran sejak pertengahan Maret. Sebelum krisis ini, jumlah pengajuan tertinggi dalam satu minggu adalah 695.000 pada 1982. Output ekonomi AS juga anjlok hampir 5 persen dalam tiga bulan pertama tahun 2020, catatan paling buruk sejak 2008 Kompas.com(6/6/2020)

Pendidikan pun menjadi dampak terparah semenjak pandemi, hingga di liburkannya sekolah dan di berlakukan Daring menjadi masalah baru dalam pendidikan.  kenapa hal tersebut bisa terjadi:

1. Penguasaan Teknologi yang Rendah
Tidak semua guru melek teknologi, terutama guru pada generasi X yang lahir di bawah tahun 1980. Sehingga sangat kerepotan dalam mengajar. 

2. Keterbatasan Sarana dan Prasarana. 
Belum lagi keterbatasan kepemilikan 
Perangkat pendukung teknologi,  juga menjadi masalah tersendiri. Seperti yang kita ketahui secara umum kesejahteraan guru masih sangat minim,  jangankan untuk memenuhi prangkat pendukung teknologi,  untuk memenuhi kebutuhan sehari-haripun sangat sulit. 

3. Jaringan Internet
Begitupun pembelajaran daring tidak bisa lepas dari penggunaan jaringan internet. Tidak semua sekolah atau madrasah terhubung jaringan internet,  sehingga guru pun belum terbiasa dalam menggunakannya sehari-hari. Kalaupun ada sekolah yang terhubung internet itupun tidak stabil jaringannya karena letak geografis yang masih jauh dari jangkauan sinyal seluler. 

4. Biaya Kuota 
Tidak dipungkiri pembelajaran daring sangat dibutuhkan kuota yang cukup,  sehingga menjadi permasalahan yang menumpuk bagi para guru dan siswa,  di samping kondisi pandemi yang menjadikan penghasilan mereka semakin berkurang. Alhasil, tak ada solusi bagi mereka yang tak bisa mengikuti daring. 


Permasalahan politik pun tidak kalah carut marut, drama politik menjadi semakin panas dan dramatis,  pasalnya sikap penguasa yang tidak mau rugi sangat terlihat dari setiap kebijakan yang di berlakukan. Seperti kebijakan New Normal di gembar gemborkan seolah itu adalah sikap kepeduliannya dengan rakyat kecil agar mendapat pemasukan kembali. Padahal itu hanya menjadi alasan klasik,  lagi-lagi rakyat hanya menjadi tumbal untuk kepentingannya. 

Sedangkan fakta yang terjadi Negara sedang mengalami defisit keuangan, sehingga diberlakukanlah New Normal agar masyarakat beraktifitas seperti biasa, meski rentan dengan penularan covid 19 yang terpenting negara mendapat pemasukan kembali. 

Tidak cukup puas dengan wacana diberlakukannya New Normal, bahkan BPJS pun ikut dinaikan padahal kondisi rakyat yang sedang mengalami kesulitan luar biasa dalam mencukupi kebutuhannya sehari-hari tak membuat negara iba dengan kesulitan rakyatnya. 

Lalu dimana peran negara sebagai pemimpin?  Yang notabenenya adalah sebagai pengurus urusan rakyatnya. 
Sudah sangat jelaslah sistem hari ini tidak akan mampu menyejahterakan manusia, tidak akan mampu pula mencari pemimpin yang baik dan amanah di dalam sistem yang rusak. 

Karena sumber kerusakannya adalah dari sistemnya yang lemah,  dimana sistem kapitalis hanya memprioritaskan keuntungan semata,  dan berusaha memisahkan peran agama dari kehidupan. Inilah yang menjadi pangkal kerusakan kapitalis. 

Manusia adalah makhluk yang lemah dan terbatas, dan alamiahnya manusia memiliki sifat yang serakah.  Sehingga manusia tidak akan mampu membuat aturan untuk manusia banyak,  karena aturan yang lahir dari manusia pasti akan menyesuaikan dengan kepentingan pribadinya. Sehingga tidak akan sanggup manusia menandingi  Sang pembuat aturan yaitu Allah SWT. Sudah seharusnya makhluk yang lemah dan terbatas itu hanya bergantung kepada yang Maha Kuat dan Sempurna dalam setiap perkara,  termasuk urusan dalam bernegara sekalipun. 

Karena Islam adalah agama yang sempurna dan paripurna, tidak hanya mengatur urusan ibadah,  tetapi juga mengatur urusan sesama manusia,  seperti pergaulan,  pendidikan,  kesehatan, ekonomi dan politik. 

Di dalam Islam seorang Khalifah memimpin dalam rangka ibadah kepada Allah dan dakwah,  sehingga tidak ada kepentingan peribadi selama menjabat sebagai pemimpin. Setiap kebijakan yang diambil akan senantiasa terjaga oleh syariat Islam,  alhasil kepengurusannya hanya untuk mengayomi dan menyejahterakan rakyatnya. Karna seorang khalifah sangat menyadari bahwa kepemimpinannya kelak akan dimintai pertanggung jawaban oleh Tuhannya. 

Sehingga di masa pandemi hari ini yang semakin carut marut dalam berbagai bidang,  sudah seharusnya kita menyadari bahwa sangat pentingya di terapkannya aturan Islam secara kaffah agar seluruh permasalahan hari ini dapat di selesaikan dengan syariat Islam. 

Harus tunggu berapa bnyak korban lagi? Sudah banyak negeri-negeri kaum muslim yang habis porak-poranda kekayaan alamnya di rampas, jiwanya di bunuh, kehormatannya di lecehkan, akibat keserakahan manusia-manusia tak bertanggung jawab. 

Wallahua'lam

Posting Komentar

0 Komentar