Oleh : Astriani Lydia, S.S (Aktivis Komunitas Parenting Ibu Tangguh Bekasi)
Gabungan ormas terlihat mengikuti aksi menolak RUU Haluan Ideologi Pancasila (HIP) dan bahaya kebangkitan PKI/Komunisme, pada Jum’at 3 Juli 2020. Aksi yang digelar di pintu masuk kantor DPRD Karawang ini juga diikuti oleh puluhan anggota Aliansi Pergerakan Islam Karawang (Aspika). Ustadz Irwan Taufik, anggota Aspika mengatakan bahwa dalam melawan neo komunis Aspika akan menjadi garda paling depan. (pojokkarawang.com, 3/7/2020)
Di Jakarta, ribuan orang terlihat memenuhi lapangan Ahmad Yani untuk menjadi peserta aksi apel siaga ganyang komunis Jabodetabek di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan pada Minggu, 05 Juli 2020. Kegiatan aksi ini diikuti sejumlah organisasi kemasyarakatan (Ormas) Islam seperti FPI, PA 212 hingga GNPF Ulama. (Cirebon.pikiran-rakyat.com,5/7/2020).
Para peserta diminta berikrar untuk siap jihad qital memerangi kaum komunis dan pihak yang ingin mengubah pancasila menjadi Trisila atau Ekasila. Isi dari ikrar tersebut yaitu: Satu, bahwa akan menjadi pembela agama, bangsa, dan negara. Dua, bahwa siap siaga dan menyiapkan diri untuk jihad qital mempertahankan aqidah Islam dan melawan kaum komunis di bawah komando ulama. Ketiga, para laskar siap siaga untuk menjaga para ulama dari serangan kaum komunis. Keempat, bahwa siap siaga dan menyiapkan diri untuk menghadapi gerombolan trisila dan ekasila yang akan mengganti Pancasila.
Gerakan menolak paham komunisme cukup menggema di Indonesia. Salah satu alasannya adalah terkait kekhawatiran munculnya kembali komunisme di Indonesia. Masyarakat Indonesia memang mempunyai memori buruk terhadap gerakan komunisme. Fakta sejarah yang sadis, biadab dan memilukan yang pernah dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) terutama dialami umat Islam dengan terbunuhnya para ulama dan santri.
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), Agun Gunandjar Sudarsa menyebut, yang harus diwaspadai bukan hanya komunis, namun juga liberalis. Lebih jauh dia menjelaskan, komunis maupun liberalis bukanlah ideologi yang sesuai dengan pancasila. Komunisme merupakan sebuah paham yang menekankan kepemilikan bersama atas alat-alat produksi. Maka ada cita-cita masyarakat tanpa kelas untuk mencapai kemakmuran di dalam komunisme. Tetapi komunisme sifatnya tidak mengimani Allah. Kemudian liberalisme, sama halnya dengan komunisme yang patut diwaspadai. Pasalnya, banyak yang tidak sesuai dengan budaya bangsa Indonesia dan Pancasila. Di dalam liberalisme, agama dipisahkan dari urusan Negara begitu juga sebaliknya Negara tidak mencampuri urusan agama. (RMOL.JABAR, 26/6/2020)
Sikap tolak komunis saja sebenarnya tidak cukup. Di Indonesia masih banyak juga masyarakat yang berideologi kapitalis liberal. Kedua ideologi ini cukup berbahaya bagi pemikiran umat. Orang-orang yang menganut sosialis komunis cenderung tidak meyakini keberadaan Tuhan. Maka mereka juga tidak akan meyakini keberadaan kitab suci sebagai aturan hidup yang diberikan sang pencipta kepada manusia. Sama halnya dengan orang-orang yang menganut kapitalis-liberal dan demokrasi. Mereka akan menyepelekan aturan dari penciptanya. Karena ide ini lahir dari akidah sekulerisme yang memisahkan antara agama dengan kehidupan. Dimana agama tidah boleh mencampuri urusan duniawi. Mereka akan fokus pada kebahagiaan di dunia dan mengesampingkan kehidupan akhiratnya. Jadi baik komunis dan kapitalis keduanya mengabaikan keberadaan agama untuk mengatur perbuatan manusia.
Hal ini tentu saja bertolak belakang dengan Islam, dimana seorang muslim tidak boleh melepaskan diri dari aturan Allah Swt dalam seluruh perbuatannya. Sebagaimana firman Allah Swt:
قُلْ إِنِّي عَلَىٰ بَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّي وَكَذَّبْتُمْ بِهِ ۚ مَا عِنْدِي مَا تَسْتَعْجِلُونَ بِهِ ۚ إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ ۖ يَقُصُّ الْحَقَّ ۖ وَهُوَ خَيْرُ الْفَاصِلِينَ
Katakanlah: "Sesungguhnya aku berada di atas hujjah yang nyata (Al Quran) dari Tuhanku, sedang kamu mendustakannya. Tidak ada padaku apa (azab) yang kamu minta supaya disegerakan kedatangannya. Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. Dia menerangkan yang sebenarnya dan Dia Pemberi keputusan yang paling baik". (QS. Al-Anam : 57)
Oleh sebab itu bentuk penolakan yang dilakukan adalah menolak semua ideologi kufur yang bertentangan dengan ideologi Islam. Kemudian memperjuangkan tegaknya kembali sistem Islam yang memiliki solusi yang menyeluruh bagi semua permasalahan yang ada yang disebabkan oleh komunis dan kapitalis. Karena hanya Islam yang dapat melawan kedua ideologi tersebut. “Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yangn lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (TQS. Al Maidah:50).
Wallahu a'lam bishshawab
0 Komentar