Oleh : Kartika Septiani
Usia muda adalah masa dimana waktu yang sangat cemerlang dalam melakukan sesuatu. Diusia ini kualitas diri bisa dikembangkan secara maksimal. Karena pola pikir dan tenaga yang dimiliki masih sangat baik.
Namun, apa yang terpikirkan hari ini mengenai masa muda, waktu muda, atau usia muda? Tidak jauh berbeda, beberapa orang akan terpikir mengenai pencarian jati diri, pergaulan yang bebas dan luas, bersenang-senang, mencari kepuasan diri, mengurusi urusan asmara, bahkan mengira waktu hidup yang dimiliki masih panjang. Hari ini tidak sedikit anak muda yang menghabiskan usia mudanya dengan sia-sia. Maraknya pergaulan bebas yang sudah dianggap biasa dari penggunaan narkoba sampai LGBT. Mereka sudah terang-terangan "menampakkan diri" bahkan eksistensi mereka didukung oleh salah satu perusahaan besar yaitu Unilever. Miris sekali bukan?
Tetapi, cepat atau lambat usia muda itu akan usai. Karena waktu terus berjalan, tanpa berhenti dan tanpa menunggu. Kita tidak menyadari disibukkan dengan apa usia muda yang kita habiskan, untuk sesuatu yang baik atau yang buruk, untuk perkara-perkara yang Allah ridhoi atau Allah murkai. Sebab, sebagai seorang muslim, tentu disetiap perbuatan yang dilakukan harus berkaitan dengan aturan dan petunjuk syariat.
Seorang muslim harus ingat bahwa waktu yang dihabiskan akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah SWT, seperti dalam hadist berikut ini;
Dari Abu Barzah Al-Aslami, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ
“Kedua kaki seorang hamba tidaklah beranjak pada hari kiamat hingga ia ditanya mengenai: (1) umurnya di manakah ia habiskan, (2) ilmunya di manakah ia amalkan, (3) hartanya bagaimana ia peroleh dan (4) di mana ia infakkan dan (5) mengenai tubuhnya di manakah usangnya.” (HR. Tirmidzi )
Karena jika waktu yang tidak disibukkan dengan kebaikan , maka akan disibukkan dengan kebathilan. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah berkata,
وَنَفْسُكَ إِنْ أَشْغَلَتْهَا بِالحَقِّ وَإِلاَّ اشْتَغَلَتْكَ بِالبَاطِلِ
“Jika dirimu tidak disibukkan dengan hal-hal yang baik, pasti akan disibukkan dengan hal-hal yang batil”
Jika sudah masuk usia tua, tentu saja kualitas pola pikir dan tenaga yang dimiliki tidak sebaik saat usia muda. Secara manusiawi, kemampuan yang dimiliki akan terus menurun.
Selain berkejaran dengan waktu tua, yang lebih penting adalah berkejaran dengan waktu kematian. Sebab kematian tidak pernah memandang waktu muda atau waktu tua. Bagaimana jika kita sedang ada di usia muda, dalam keadaan bersenang-senang dan lupa akan kewajiban pada Allah lalu waktu kematian ternyata tiba?Apa yang bisa kita pertanggung jawabkan di hadapan Allah nanti?
Untuk itu sebagai seorang muslim, di usia muda yang begitu cemerlang adalah kesempatan untuk terus menempa dan memperbaiki kualitas iman dan ilmu yang dimiliki. Menyibukkan diri dengan mengaji ilmu agama untuk bekal di dunia dan akhirat lalu menebarkan harumnya untuk orang-orang disekitar. Melahirkan karya-karya yang hebat yang bermanfaat bagi banyak orang. Mencari dan menabung amal soleh sebanyak mungkin, dan lain sebagainya. Karena waktu muda yang terus diisi oleh kebaikan, tidak akan ada penyesalan saat usia muda sudah berlalu. Seperti para sahabat Nabi terdahulu, yang begitu bersinar diusia mudanya.
Wallahu a'lam.
0 Komentar