Oleh: Windha Yanti. S (Aktifis Dan Pemerhati Sosial)
Dilansir dari KOMPAS.com, Badan Pusat Statistik ( BPS) mencatat pada bulan Maret 2020, terjadi peningkatan jumlah penduduk miskin sebanyak 1,63 juta orang dibandingkan periode September 2019. Dengan demikian, jumlah penduduk miskin RI saat ini tercatat sebanyak 26,42 juta orang.
Padahal jumlah rakyat miskin terus meningkat setiap tahunnya, belum lagi kalau kita mau menelisik permasalah lain di Indonesia hampir kesemua lini dampaknya.
Memang tak dapat di pungkiri kemerosotan dalam hal tatanan hidup semakin tampak jelas. Kelaparan di mana-mana, penggangguran meningkat, tindak kriminal merajalela dan pelecehan seksual pun terus terjadi.
Namun hingga kini kita masih bersuka cita merayakan, yang katanya hari kemerdekaan, setiap memasuki bulan Agustus jalan-jalan penuh pernak- pernik bendera merah putih, bahkan sampai ke gang- gang kecil.
Tidak cukup dengan menghias jalan-jalan, kitapun meramaikan peringatan 17 Agustus dengan membuat berbagai perlomban hingga malam renungan. Dari tahun 1945 hingga kini masih Setia dengan tradisi ini.
Namun benarkah kita sudah merdeka? Kalau melihat fakta di atas bukan merdeka tentunya, melainkan terjajah. Meski penjajahan yang digunakan hari ini tak lagi menggunakan senjata, melainkan secara pemikiran & budaya. Justru ini adalah senjata yang paling berbahaya ketimbang peluru tentunya. Pemikiran yang di bawa oleh penjajah kini mampu membius pola pikir umat.
Yang kini kita kenal faham sekulerisme atau pemisahan agama dari kehidupan seperti halnya umat masih dibolehkan dalam melaksanakan ibadah ritual, namun ketika bermuamalah, bergaul, berpolitik dan berhukum tidak lagi dibolehkan menggunakan aturan yang berasal dari Islam.
Jika ada seorang muslim yang sepenuhnya ta'at pada syariat Islam (Fanatik) maka akan mendapat perlakuan kriminalisasi di negrinya sendiri.
Inilah penjajahan yang mampu melemahkan umat, hingga bersikap toleransi yang tinggi terhadap penjajah, penjajah di persilakan mengelola sumber daya alam dengan bebasnya. Hingga membuat penjajah merasa betah mengeruk kekayaan alam di negeri - negeri kaum muslim. Karena kita lebih sibuk merayakan kemerdekaan yang semu, ketimbang fokus melawan penjajah.
Padahal Allah berpesan di dalam Al-quran. Agar kita sebagai seorang muslim untuk masuk kedalam Islam secara kaffah. Surat Al Baqoroh ayat 208 :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu".
Hakikat seorang muslim, seharusnya ketika ia beriman kepada Allah dan Rosulnya, dan menyadari bahwa ia adalah seorang hamba dari Tuhannya, maka sudah sepatutnya kita senantiasa tunduk dan patuh kepa Tuhan yang telah menciptakan kita beserta Al quran sebagai petunjuk hidup. Yang benar - benar memahami baik buruknya kita.
Sehingga kita juga harus betul- betul memahami, bahwa Allah bukan hanya sebagi pencipta, namun juga sebagai Sang Pengatur. Sehingga kita sebagai makhluk yang lemah dan terbatas sangat membutuhkan aturan yang sempurna dan paripurna dalam mengatur kehidupan kita di dunia, agar terselamatkan dari segala kerusakan.
Islam memandang bahwa negara adalah fasilitator untuk mengurusi urusan umat yang dipimpinnya. Sehingga pemimpin di dalam sistem Islam harus meniatkan dirinya sebagai periayah umat dan kepemimpinannya dalam rangka beribadah kepada Allah SWT. Sehingga tidak ada kepentingan lain selain hanya mengharapkan Ridonya Allah SWT. Sehingga tolak ukur dalam setiap perbuatannya seorang pemimpin dalam Daulah Islam adalah halal dan haram, tidak akan mengambil sebuah kebijakan yang akan merugikan umatnya sedikitpun. Inilah gambaran pemimpin dalam negara Islam di mana Al quran dan As sunah menjadi undang - undang dalam menetapkan sebuah hukum.
Inilah alasan mengapa menjadi penting untuk memperjuangkan Islam secara menyeluruh, agar Islam mampu memimpin umat kembali dan menjaga kembali umat dari penjajahan. Wallahua'lam
0 Komentar