Klaim Obat Corona : Lemahnya kepercayaan Publik Pada Pemerintah

 

Oleh : Putri Irfani S, S.Pd (Pendidik dan Aktivis Muslimah Medan)

Virus corona kini telah menjadi kontroversi. Setelah menginfeksi lebih dari 200 negara sejak kasus pertama di Wuhan, Cina. Pandemi corona memaksa negara-negara dunia menerapkan penguncian baik secara parsial maupun menyeluruh.

Karakter virus yang sangat mudah menular membuat negara-negara dunia menerapkan dengan ketat aturan pembatasan sosial. Berbagai cara dilakukan untuk menahan laju penyebaran.

Tak jarang pula banyak negara yang membekukan kegiatan ekonomi dan sosial warganya. Kegiatan bisnis ditutup. Social dan physical distancing menjadi kebijakan yang diadopsi seluruh dunia.

Ancaman resesi di depan mata. Perekonomian mandek dan mendorong dunia ke jurang resesi yang lebih parah dari krisis ekonomi 2008. Seluruh dunia kelimpungan menghadapi corona.

Beragam cara dilakukan untuk meredam laju penyebaran Covid-19. Amerika Serikat, sebagai negara pengemban ideologi kapitalisme pun dibuat tak berdaya karena corona. AS menjadi negara paling subur penyebarannya setelah melampau Cina dan Italia.

Hingga akhirnya tahap demi tahap pun dilakukan dan  new normal sepertinya menjadi solusi dari kekacauan yang melanda negara-negara yang terkena virus corona. Meskipun begitu sampai saat ini virus corona belum hilang dari permukaan bumi.

Vaksin yang hingga kini belum menemui titik terang, pemulihan ekonomi, pendidikan yang masih dicari solusi, hingga krisis lain yang ikut berdampak.

Tampaknya virus corona tak mudah ditaklukkan. Hingga terus menjadi kontroversi dalam masyarakat. Bahkan, baru-baru ini viral Klaim 'luar biasa' tentang virus corona. Dalam video berdurasi sekitar 30 menit, yang tayang di kanal Youtube milik musisi Anji dengan menghadirkan narasumber bernama Hadi Pranoto, yang disebut sebagai pakar mikrobiologi serta dipanggil dengan julukan "profesor" dan sesekali "dokter". Yang mengklaim telah menemukan obat herbal yang dapat menyembuhkan pasien Covid-19 dalam hitungan hari, serta mampu mencegah orang terkena penyakit tersebut.

Ia juga mengumbar klaim-klaim luar biasa, seperti adanya metode tes "swab digital" dengan harga sangat murah - hanya Rp10.000-20.000, bahwa virus Covid-19 tidak bisa dilawan dengan vaksin dan baru bisa mati pada suhu 350 derajat celsius, serta - barangkali yang paling konyol - virus Covid-19 berasal dari Perang Korea.

Video yang sebelum dihapus telah ditonton 450.000 kali dan mendapat 9.000 likes itu mendukung pesan Anji, dan sejumlah selebritas lainnya, bahwa virus corona tidaklah separah yang diberitakan.

Dr. Daeng mengatakan video tersebut dikhawatirkan mengikis kepercayaan masyarakat pada informasi resmi dari pemerintah.

"Jangankan yang disampaikan oleh influencer, oleh masyarakat biasa saja, menyampaikan informasi yang tidak valid sumbernya kemudian tidak benar faktanya itu kan kami khawatirkan berpengaruh pada masyarakat. Apalagi yang menyampaikan influencer," ujarnya kepada BBC News Indonesia.

Sementara itu, Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) mendeteksi 12 klaim yang meragukan, sesat, berpotensi membahayakan publik dalam video tersebut, di antaranya klaim bahwa masker tidak bisa mencegah penularan Covid-19, vaksin Covid-19 tidak akan bisa dibuat, dan kalaupun berhasil dibuat akan merusak organ penggunanya.


Mengapa semua ini bisa terjadi? 

Seharusnya, pemerintah berkewajiban untuk melakukan counter terhadap setiap infodemic seperti hoaks atau klaim tersebut.  Karena keberhasilan program pengendalian pandemi Covid-19 juga bergantung pada strategi komunikasi yang tepat dan efektif. Masyarakat harus diedukasi terus menerus sehingga tidak mudah terpengaruh segala bentuk infodemic seperti hoaks atau klaim-klaim. 

Lambatnya penangan pemerintah terhadap covid-19 membuat masyarakat sudah tidak peduli dan percaya. Hingga kasus-kasus yang meremehkan pandangan terhadap virus corona  beredar di masyarakat. Fenomena ini membuktikan bahwa pemerintah tidak mampu menyakinkan masyarakat bahwa virus corona berbahaya dan ini membuktikan bahwa masyakat tidak bisa mengandalkan pemerintah dalam menemukan obat untuk virus corona. Bahkan, saat ini banyak warganet merespons positif video Anji tersebut dikarenakan masih cukup banyak masyarakat Indonesia yang percaya pada pengobatan alternatif.

Selayaknya, peristiwa ini membuka tabir bahwa bobroknya kapitalisme dalam  memimpin dunia. Sangat wajar bila harapan ummat pupus kepada pemerintah karena penuh kegagalan dan keniscayaan. 

Bahkan solusi yang ditawarkan pemerintah dan kapitalis tidaklah ampuh menekan laju virus corona yang mengganas. Hingga bermunculan klaim-klaim untuk mengobati dunia dari corona.

Sudah saatnya, dunia membutuhkan tatanan baru. Bukan tambal sulam yang sudah tak laku. Tidakkah corona mengandung “hikmah”? Di bawah naungan kapitalisme, masalah terus bertambah. Sikap manusia yang serakah merusak keseimbangan alam. Udara dan lingkungan membaik tatkala masyarakat dipaksa berada di rumah selama pandemi corona.

Kebiasaan mengonsumsi sembarang makanan juga dipaksa berubah lantaran corona. Hidup bersih dan sehat menjadi slogan ikonis sepanjang pandemi. Padahal, semua itu sudah diajarkan dalam Islam jauh sebelum virus ada. Hal ini mengindikasikan bahwa aturan Islam memang membawa kemaslahatan untuk umat manusia. Tak heran bila desakan untuk kembali pada syariat Islam kian menggema. 

Posting Komentar

0 Komentar