Minimnya Persiapan : Sekolah Tatap Muka Menjadi Sebuah Ancaman

Oleh : Masrina Sitanggang (Mahasiswa Pendidikan Biologi UIN-SU)

Pertengahan bulan maret, sekolah secara tatap muka resmi ditutup dan dialihkan ke sistem dalam jaringan (daring). Mengingat maraknya kasus terinfeksi corona virus-19 yang menyerang segala tatanan aspek kehidupan, bukan hanya dalam segi ekonomi, kesehatan namun dunia pendidikan juga terkena imbasnya. setelah melewati sistem daring, dalam beberapa waktu menuai banyak pro kontra dari masyarakat. Sebagaimana yang dirasakan, efektifitas pembelajaran jarak jauh selama ini sangatlah minim. Baik sekolah maupun orang tua mengeluhkan beratnya biaya kuota dan minimnya fasilitas belajar. Belum lagi cara pengoperasian alat komunikasi, karena pada umumnya orang tua bekerja diluar rumah, sehingga anak belajar daring tanpa didampingi.

Maka, sekolah tatap muka menjadi tuntutan dan harapan banyak pihak agar tercapainya target pembelajaran dan menghilangkan kendala Belajar jarak jauh. Sayangnya pemerintah merespon dengan kebijakan sporadis, tidak terarah sehingga memenuhi desakan publik tanpa diiringi persiapan yang memadai agar risiko berbahaya bisa diminimalisir. 

Sistem belajar daring kurang efektif karena hanya bisa dijangkau oleh keluarga menengah keatas. Karena belajar dengan cara daring, membutuhkan sarana alat komunikasi, kuota, dan akses  jaringan yang memadai. Padahal banyak anak dipelosok negeri yang tidak terjamah teknologi sama sekali. sehingga dianggap kurang efektif oleh sebagian besar masyarakat. Saat  pemerintah memutuskan untuk daring, disisi lain guru memiliki tugas wajib untuk memonitoring semua peserta didik. Artinya guru wajib menjumpai kerumah, siswa yang tidak bisa mengikuti metode daring, untuk bisa tetap belajar. Hal ini menjadi kerja dua kali bagi guru, mengurus anak murid daring, juga tatap muka. Ditambah lagi mendengar banyaknya tuduhan orang tua murid terhadap guru dengan statment “makan gaji buta”. Hal ini semakin membuat guru dalam kegelisahan dan tekanan dari berbagai pihak.

Maka dari itu, pemerintah memutuskan dengan mengizinkan sekolah kembali dibuka dengan catatan daerah yang berstatus zona kuning, atau yang beresiko rendah virus corona serta dilakukan secara bertahap. Rencana pemerintah ini dilatarbelakangi karena banyaknya desakan dari orang tua siswa agar pembelajaran tatap muka dapat dilakukan diluar zona hijau.

Seharusnya desakan dari masyarakat tidak bisa menjadi alasan untuk membuka sekolah secara new normal. Karena sesungguhnya menghindari bahaya lebih di dahulukan daripada meraih manfaat atau kebaikan. Disaat pandemi ini, maka wajib bagi negara dan masyarakat untuk memutus rantai penyebaran covid-19 salah satunya  dengan cara menghindari keramaian seperti di sekolah. Allah SWT telah memerintahkan dalam QS. Al-baqarah yang artinya : ” Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri kedalam kebinasaan, dan berbuat baiklah. Karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik” 

Dalam pandangan islam, menghindari bahaya lebih diutamakan daripada mencapai kebaikan atau manfaat. Apalagi hal ini menyangkut nyawa. Seorang pemimpin adalah sang pemberi keputusan terbaik yang wajib dipatuhi. Karena ialah yang menjadi tempat berlindungnya para masyarakat dibawahnya, dan pemimpin yang mengurusi semua urusan masyarakat yang ada dalam sebuah negara. 

Masalah kekurang efektifan daring yang berjalan selama ini harusnya menjadi bahan intropeksi bagi pemerintah, bagaimana pelayanannya terhadap dunia pendidikan selama daring? Apakah sudah memfasilitasi alat komunikasi ? bagaimana dengan kuota dan sulitnya jaringan di daerah pelosok, apakah sudah diberi solusi? Dalam masa pandemi ini, maka  belajar secara daring adalah pilihan terbaik. Namun negara tidak boleh abai terhdap tugasnya sebagai pelayan ummat. Pembelajaran secara daring membutuhkan perhatian lebih dari orang tua. Karena orang tualah yang seharusnya  mengontrol pembelajaran anaknya dirumah. Dalam hal ini banyak orang tua yang kewalahan melihat tugas anaknya yang menumpuk, ditambah kuota yang tidak sedikit, sementara mencari nafkah dimasa pandemi ini semakin sulit.

Masalah pendidikan merupakan masalah yang sangat serius bagi suatu negara. Karena dari hasil pendidikan inilah akan lahir para ilmuan, guru, dokter, insiniur, dan para intelektual. Apabila tidak diurusi dengan baik, maka akan berdampak buruk bagi negara kedepannya. Disinilah pentingnya kerja sama antara orang tua murid, guru dan negara.  

Orang tua harus paham bahwa anaknya merupakan tanggung jawabnya, begitupun pendidikannya. Di lingkungan inilah anak akan di didik menjadi seorang intelektual yang bukan hanya dalam segi akademisi, tapi juga harus memiliki aqidah yang kuat. Kesadaran yang dimiliki oleh orang tuapun sangatlah berpengaruh. Orang tua akan mendidik anak sesuai target dan tujuan pembelajaran dalam islam. Pendidikan tinggi dalam pandangan islam merupakan puncak pencapaian, penanaman dan penjagaan tsaqofah islam, disamping puncak pencapaian sains dan teknologi. Pemimpin wajib memfasilitasi semua kebutuhan siswa untuk menunjang keefektifan belajar. Mulai dari kurikulum, metode pembelajaran, sarana belajar, media belajar dan bahan ajar.

Begitupun guru berkewajiban mengkordinir anak didik walau belajar jarak jauh secara maksimal dan menanamkan nilai-nilai islam dalam diri setiap siswa. Namun keluarga dan guru saja tidak mampu untuk menciptakan suasana belajar daring yang efektif. Harus ada peran negara sebagai fasilitator untuk kepentingan sarana dan prasarana yang dibutuhkan termasuk alat komunikasi dan kuota. Karena negaralah yang bertanggung jawab atas hal ini. Selain itu, negara juga harus menghargai kerja keras guru yang semakin padat di masa pandemi ini. 

Sistem Pendidikan dalam kondisi wabah menurut pandangan islam yaitu dengan menerapkan kebijakan lock down atau karantina wilayah. Sebagaimana yang telah disabdakan oleh Rasulullah SAW “ apabila kalian mendengar wabah disuatu tempat, maka janganlah memasuki tempat itu. Dan apabila terjadi wabah sedangkan kamu sedaang berada ditempat itu, maka janganlah keluar darinya” (HR. Imam Muslim) begitulah Islam sangat menghargai nyawa manusia. Kebijakan belajar dari rumah akan diambil oleh seorang pemimpin, tanpa mengurangi esensi dari pendidikan tersebut. Karena seorang pemimpin paham bahwa tugasnya adalah sebagai raa’in (penanggung jawab) yang akan Allah mintai pertanggung jawaban kelak.

Siapa yang diserahi oleh Allah untuk mengatur urusan kamum muslim, lalu dia tidak mempedulikan kebutuhan dan kepentingan mereka, maka Allah tidak akan mempedulikan kebutuhan dan kepentingannya (pada hari kiamat).(HR. Abu Dawud dan At-tirmidzi)

 

Posting Komentar

0 Komentar