PANDEMI TAK USAI, SEMAKIN PANDAI ATAUKAH LALAI?


Oleh : Widya Indah Rengganis (Mahasiswi PGMI UIN Sumatera Utara)

Wabah yang sedang melanda saat ini berhasil membuat negara bahkan dunia berteriak, berbagai usaha dilakukan agar penduduk bisa menjaga diri dan selalu menerapkan protokal kesehatan dimanapun mereka berada, tak lain dan tak bukan semua dilakukan agar kehidupan tetap berlangsung dengan aman dan tidak menambah jumlah korban yang terpapar oleh wabah mematikan ini, walaupun ada harapan untuk sembuh, namun lebih cenderung berakibat fatal.

Pro dan Kontra yang terjadi di tengah-tengah masyarakat semakin merabak, pasalnya saat mall dan pasar-pasar telah beroperasi normal dengan memenuhi protokol kesehatan, namun pendidikan di Indonesia saat ini tetap dilakukan secara virtual. Pada satu sisi dilansir oleh suteki.co.id salah satu dampak postif dari pembelajaran secara virtual adalah Kolaborasi Orang Tua dan Guru, dimana peserta didik bisa belajar dari rumah dan dibimbing oleh orangtua. Namun pada nyatanya dari pengalaman yang saya rasakan banyak orangtua yang mengeluh bahkan menyerahkan anaknya pada para tetangganya yang juga sedang menempuh dunia pendidikan. Mengapa begitu? Gaptek atau gagap teknologi para ibu yang kesulitan membimbing anaknya untuk belajar secara virtual, terlebih lagi jika mereka merupkan keluarga yang belum memiliki smartphone android. 

Informasi yang didapatkan bahwasannya seorang ayah berinisial AJ, 41 tahun yang merupakan warga Kecamatan Tarogong Kaler, Kabupaten Garut, Jawa Barat mendadak viral di sosial media karena aksinya mencuri handphone yang disebabkan keterpaksaan dan kebutuhan supaya anaknya dapat melakukan pembelajaran secara online atau virtual. Miris sekali bukan? Jika sudah seperti ini siapa yang akan disalahkan? Pemerintah sebagai pelayan ummat haruslah lebih dahulu mengambil peran andil untuk menyelasaikan dan menuntaskan permasalahan ini, bukan hanya memberi perubahan dan solusi, namun dibuktikan dengan aksi nyata, perekonomian yang semakin sempit dan kegalauan yang semakin memuncak membuat semua merasa tercekik apalagi kini telah merambat keranah pendidikan.

Pada sistem pemerintahan Islam pendidikan terus berproses dan berkembang bahkan pernah mengalami puncak kejayaan dan menjadi simbol kegemilangan peradaban Islam. Tokoh-tokoh Islam terus bemunculan dan selalu melahirkan karya-karya yang dapat kita ambil ibrohnya hingga saat ini. Salah satu tokoh yang sangat berpengaruh adalah Muhammad Al-Fatih 1453 pemuda tangguh yang berhasil menaklukkan konstantinopel pada saat usia 21 tahun. Mengapa ia bisa menaklukkan konstantinopel di usia semuda itu? Karena pendidikan dan didikan dari para guru dan orang tuanya, mengajarkan pada kita jika pendidikan selalu dikaitkan kuat dengan hukum dan syariat, peraturan-peraturan yang berlandaskan alquran dan assunah maka akan melahirkan generasi-generasi pencetak peradaban.

Lantas, bukanlah hal yang mustahil untuk kita melahirkan generasi emas pada saat ini, jangan sampai kita terlena di zona nyaman hingga kita menjadi lalai bukannya pandai. Mari kita bersama-sama berbenah diri dan menumbuhkan kesadaran masing-masing bahwa menghadirkan Islam dan hidup di dalam naungan Islam itu adalah harus, agar tercipta hidup yang tenang dan dekat dengan Allah.

Posting Komentar

0 Komentar