Pseudo Science (Bagian Kelima-Lanjutan)

 

Oleh : Dr. Erwin Permana

Bro, setelah kita mengetahui bahwa Tuhan ada, so what bro….!

Begitulah bunyi pesan singkat salah seorang kawan. Untuk menghormati kawan tersebutlah risalah pseudo science bagian kelima ini ditulis. 

Seperti yang sudah diterangkan diujung risalah bagian keempat, bahwa pertanyaan besar yang menggelayut dipikiran manusia bukan hanya tentang “mengapa” alam semesta dan dunia ini terjadi? Tapi juga tentang “kemana” setelah dunia ini? Dan “harus berbuat apa” didunia ini?

Setelah yakin 100% Sang Pencipta ada. Dan satu-satunya kitab yang benar, adalah Alqur’an; yang bebas dari berbagai intervensi; yang sama persis sejak awal diturunkan hingga kini; yang mustahil buatan orang Arab; juga mustahil karangan Nabi Muhammad. Maka Alqur’an menjawab dengan baik tiga pertanyaan besar tersebut.

Alqur’an menjawab bahwa semua yang ada berasal dari Sang Pencipta yakni Allah SWT dan semua pasti akan kembali padaNya.

Jika visi kehidupan ini adalah kembali pada Allah dan menggapai ridhoNya, maka Alqur’an juga menerangkan misi kehidupan yakni berbuat/ berperilaku sesuai tuntutan Alqur’an diseluruh dimensi kehidupan.

Secara metodologis, wilayah perbuatan/perilaku manusia masuk wilayah rasional, bukan wilayah sains. Sebab, wilayah perbuatan/perilaku manusia bukan wilayah coba-coba (eksperimental) dan tidak boleh coba-coba.

Bereksperimen pada wilayah perbuatan/perilaku manusia berimplikasi dua keburukan.

Pertama, Dosa, dalam perspektif iman eksperimen pada wilayah perbuatan berimplikasi dosa yang akan dituntut diakherat. Sebab, tuntanan Alqur’an sudah jelas dan lengkap mengatur semua perbuatan/perilaku manusia. 

Seluruh perbuatan harus dipastikan sesuai tuntunan Allah dan teladan Nabi. Suatu perbuatan otomatis tertolak jika tidak sesuai tuntunan Allah dan RasulNya. 

Kedua, Kerusakan (fasad). Eksperimen pada wilayah perbuatan manusia telah melahirkan berbagai kerusakan, malapetaka dan kemorosotan diberbagai dimensi kehidupan. Misalnya, eksperimen ekonomi, melahirkan krisis yang silih berganti. Eksperimen politik, melahirkan politik yang tidak melayani. Eksperimen hukum telah melahirkan hukum yang tidak adil. Eksperimen ilmu social telah melahirkan kehancuran tatanan masyarakat dan keluarga, dsb. 

Lebih jauh eksperimen di wilayah perbuatan ini telah melahirkan budaya homo homini Lupus (manusia menjadi serigala atas manusia lain); yang kuat memakan yang lemah; bangsa yang kuat memangsa bangsa yang lemah.

Semakin dilakukan penelitian dengan pendekatan ilmiah pada bidang-bidang tersebut semakin tidak ditemukan solusi. Sangat banyak pakar yang menyandang gelar professor bidang ekonomi, politik, hukum dan ilmu-ilmu sosial lainnya, tapi masalah dibidang tersebut makin lama semakin mengkhawatirkan.

Sekali lagi, wilayah perilaku manusia bukan wilayah yang bisa ditundukkan oleh sains! Justru sebaliknya sains tunduk pada perbuatan manusia. Sedangkan perbuatan manusia harus ditundukkan pada Alqur’an.

Jika perbuatan manusia dikembalikan pada pedoman Alqur’an. Masalah-masalah dibidang ekonomi, politik, hukum, social kemasyarakatan, dsb yang menghantui dunia saat ini, akan segera bisa diakhiri. Begitu juga perkembangan sains hari ini yang cenderung eksploitatif dan ekspansive, akan dapat dikendalikan oleh manusia yang berperilaku sesuai pedoman Alqur’an. Metode rasional, dapat digunakan menggali pengetahuan dari Alqur’an tentang seluruh dimensi tersebut. 

Maka, jika pertanyaan “disini harus berbuat apa” dijawab dengan penerapan Alqur’an totalitas diseluruh dimensi kehidupan, hasilnya bukan saja menyelamatkan dunia dari kerusakan/kehancuran tapi juga menyelamatkan pelakunya dihadapan Allah kelak.

So What bro?! Jika dengan sains hidupmu jadi mudah, dengan penerapan Alqur’an kaffah hidupmu menjadi berkah hingga ke Jannah, insyaAllah! Integrasi keduanya menghasilkan dunia yang penuh rahmat dan akhirat yang selamat.

Depok, 12 Agustus 2020

Posting Komentar

0 Komentar