Sekolah Akan Jadi Klaster Baru Covid-19

Oleh : Linda Karma Putri (Aktivis Dakwah Banyuasin)

Sejak munculnya Covid-19 sampai saat ini cara belajar dalam jaringan (daring) masih diberlakukan. Baik guru, siswa dan orang tua kerepotan dengan cara belajar seperti ini. Guru kerepotan harus melakukan pembelajaran masing-masing karena tidak adanya keseragaman.

Siswa sendiri kerepotan dengan tugas-tugas yang diberikan sehingga tidak ada lagi waktu untuk membantu orang tua. Malah sudah jadi kebiasaan setiap hari waktunya dihabiskan di depan gawai mereka.

Orang tua tak kalah pusing karena harus mendampingi putra-putrinya belajar daring. Menjadi guru untuk semua jenis mata pelajaran, mengumpulkan tugas-tugas dan penggunaan gawai yang bergantian.

Kerepotan belajar daring ini memicu munculnya keluhan orang tua bahkan ada ibu-ibu yang demo agar sekolah dibuka lagi. Penyebab semua ini karena orang tua tidak sanggup lagi melihat anaknya lebih banyak bermain daripada belajar.

Merespon keluhan para orang tua tersebut, Kemendikbud  memutuskan untuk membuka Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) tatap muka. Akan tetapi kebijakan ini justru membingungkan sekolah karena belum adanya kesiapan protokol kesehatan di sekolah.

Seperti yang terjadi di Palembang Kadisdik Sumsel tetap akan membuka belajar tatap muka bagi pelajar SMK (sumsel.tribunnews.com).

Di Papua para pelajar terpapar virus corona saat kegiatan belajar tatap muka (Republika.co.id).

Begitu juga di sekolah dan pondok pesantren yang tergesa membuka KBM tatap muka menjadi klaster baru Covid-19.

Disini terlihat ketimpangan pemerintah dalam merespon kegusaran masyarakat. Seharusnya pemerintah lebih memperhatikan resiko yang terjadi jika KBM tatap muka diberlakukan. Pemerintah haruslah menjamin terselenggaranya pendidikan di masa pandemi agar tidak terjadinya klaster baru Covid-19.

Namun karena sistem yang berlaku sekarang bercorak kapitalisme sekuler, kebijakan yang dibuat justru menimbulkan masalah baru dalam sistem pendidikan. Pemerintah terburu-buru membuka sekolah tanpa kesiapan protokol kesehatan yang memadai. Dan didominasi oleh tujuan sekuler kapitalistik yang berbasis materi.

Berbeda dalam sistem Islam, dimana pemerintah secara optimal dan totalitas berperan sebagai penanggung jawab pelayanan pendidikan.

Pemerintah dalam negara Islam menanggung semua biaya secara mutlak agar pendidikan terselenggara secara optimal.

Sebagaimana Rasulullah saw bersabda :

"Siapa yang diserahi oleh Allah untuk mengatur urusan kaum Muslim, lalu dia tidak memperdulikan kebutuhan dan kepentingan mereka maka Allah tidak akan memedulikan kebutuhan dan kepentingannya" ( pada hari Kiamat)". (HR. Abu Dawud dan at-Tirmidzi).

Disamping itu pemerintah dalam negara Islam juga siap tanggap dalam mengatasi wabah ini.

Sehingga tidak akan bermunculan klaster-klaster baru Covid-19 seperti yang terjadi saat ini.

Sebagaimana yang terjadi pada waktu khilafah Umar dimana penderita yang tertular dan penderita yang tidak tertular dipisah. Dengan demikian penyabaran wabah tidak akan meluas.

Untuk mengatasi permasalahan belajar daring, para guru hendaknya saling memberikan inspirasi dan motivasi dalam menerapkan metode pembelajaran yang cocok di masa pandemi.

Para guru bisa menggunakan teknologi ataupun cara yang sama untuk diterapkan di sekolah masing-masing sehingga cara pembelajaran bisa diseragamkan.

Bagi siswa harus ditanamkan sikap bahwa dalam menuntut ilmu tak kenal waktu dan tempat, di rumah ataupun di sekolah harus tetap semangat.

Demikian juga dengan kecanduan gawai harus diantisipasi antara lain: Pertama, dengan menentukan batas waktu pemakaian gawai. Kedua, memanfaatkan gawai secara optimal.

Bagi siswa, untuk menyimak pelajaran dan mengerjakan tugas online.

Bagi orang tua, untuk mengecek pesan dan hal-hal yang penting saja. Ketiga, mematikan gawai menjelang tidur dan saat tidur. Keempat, melakukan kegiatan lain seperti bercocok tanam, membaca buku atau membuat prakarya. Kelima, mendisiplinkan diri agar tidak terjadi ketergantungan gawai.

Agar orang tua tidak menghadapi permasalahan dalam belajar daring maka anak harus patuh dan menghargai orang tua.

Di sini perlunya peran orang tua menanamkan pendidikan akidah agar anak lebih mendekatkan diri kepada Allah, membangun jiwa sosial dan peka terhadap sesama.

Semoga Covid-19 akan segera berakhir dan kerinduaan kebersamaan di sekolah akan lebih dirindu  dengan diterapkannya Islam secara kaffah.

Wallahu a'lam Bish Shawab.

Posting Komentar

0 Komentar