Oleh : Iiv Febriana (Aktivis Muslimah Rindu Syariah dan Pengajar Homeschooling Sidoarjo)
Presiden Joko Widodo mengatakan krisis ekonomi global akibat pandemi virus corona atau Covid-19 tak terhindarkan lagi. Ekonomi Indonesia bisa mengalami resesi jika infeksi covid -19 terus bertambah banyak.Pusat Statistik (BPS), Rabu (5/8/2020), merilis angka pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan II-2020 sebesar minus 4,19 persen dengan triwulan I-2020, atau quarter to quarter (qtq). Jika dalam kuartal ketiga ini keadaan berangsur membaik, maka ia optimistis ekonomi Indonesia di kuartal keempat serta tahun 2021 mendatang juga berjalan membaik dan mulus.(Kompas.com,06/08/2020)
Apa makna resesi? Resesi adalah merupakan penurunan aktivitas ekonomi secara signifikan berlangsung setidaknya dalam dua kuartal bruntun. Sehingga Jika benar terjadi resesi maka akan dapat mengakibatkan penurunan seluruh aktifitas ekonomi yang paling muda di rasakan adalah menurunnya jumlah lapangan kerja yang tercipta. Hal ini akan memicu peningkatan jumlah pengangguran dan kemiskinan.
Melansir The Blance, ada 5 indikator ekonomi yang dijadikan acuan suatu negara mengalami resensi, yakni PDB riil, pendapatan, tingkat pengangguran, manufaktur dan penjualan ritel. Dan para pakar menyebut Indonesia telah diambang resesi ekonomi.(CNBCIndonesia.com, 18/07/2020)
Resesi Ciri Kapitalisme
Sebelum ada wabah corona, sebenarnya dunia sudah terancam krisis ekonomi. Pada 16 Oktober 2019, IMF menyatakan pertumbuhan ekonomi dunia berada pada laju terburuk sejak krisis keuangan global. IMF menuding perang dagang, ketidakpastian Brexit dan krisis-krisis geopolitik lainnya sebagai penyebab lesunya pertumbuhan ekonomi dunia.
Indonesia juga sudah mengalami perlambatan ekonomi yang signifikan sejak triwulan I-2019. Namun dengan adanya wabah, krisis menjadi kian berat, lebih parah dibandingkan krisis 1998.
Krisis yang berulang, bahkan sampai resesi dan depresi merupakan tabiat kapitalisme. Hal ini karena fondasi ekonominya yang rapuh. Sebab, fondasi sistem ekonomi kapitalisme memang dibangun dari struktur ekonomi yang semu, yakni ekonomi sektor nonriil. Bukan ekonomi yang sesungguhnya, yaitu ekonomi sektor riil.
Gagal menyelamatkan ekonomi, penguasa justru lempar tanggung jawab pada kaum perempuan. Kini para perempuan dijadikan tulang punggung keluarga dan bahkan tulang punggung negara. Kaum ibu dipaksa bekerja ganda demi urusan rumah tangga ekonomi keluarga.
Solusi Fundamental Islam
Sistem Ekonomi Islam adalah sistem tahan krisis karena berdasarkan pada ekonomi riil. Dalam Islam, pengaturan ekonomi harus diawali dengan menata pembagian kepemilikan ekonomi secara benar. Pembagian kepemilikan dalam ekonomi Islam itu ada tiga: kepemilikan individu, kepemilikan umum, dan kepemilikan negara.
Pembagian kepemilikan ini sangat penting agar tidak terjadi hegemoni ekonomi. Yakni pihak kuat menindas yang lemah, atau hanya sekelompok orang kapital saja yang menguasai.
Seperti kasus di negeri ini pengelolaan kepemilikan umum dilakukan oleh swasta, baik asing maupun lokal. Contohnya, seperti pencaplokan sektor tambang, gas, minyak bumi, kehutanan, sumber daya air, jalan umum, pelabuhan laut, bandara, dan sebagainya oleh swasta. Akibatnya, ekonomi para kapitalis menjadi kuat, menggurita dan menguasai negara.
Maka solusi resesi bukan sekadar anjuran menabung dan menjauhi gaya hidup boros. Menjauhi sikap boros memang merupakan ajaran Islam, namun tak cukup untuk menyelesaikan resesi karena solusinya bersifat individual, sementara penyebab krisis bersifat sistemis bahkan fundamental.
Ekonomi Islam menjamin seluruh rakyat Indonesia terpenuhi semua kebutuhan dasarnya. Sistem Ekonomi Islam juga menjamin seluruh rakyatnya dapat meraih pemenuhan kebutuhan sekunder dan tersiernya.Wallahu a’lam bishshawab.
0 Komentar