Oleh : Erwina
Dilema. Kata ini pas disandarkan pada dunia pendidikan di saat pandemi ini. Betapa tidak, kebijakan terhadap kondisi pendidikan senantiasa beresiko terhadap generasi bangsa ini di masa depan. Berbagai persoalan pun timbul mengikuti setiap kebijakan yang diambil.
Problematika Pembelajaran Jarak Jauh
Pembelajaran jarak jauh telah menuai protes dan kecaman. Metode ini diambil sebagai kebijakan terhadap kondisi pandemi saat ini. Berbagai masalah muncul, baik dari pihak pendidik di sekolah maupun pihak anak didik di rumah. Model pembelajaran terkategori "baru" bagi para guru dan tidak pernah dipelajari di bangku kuliah. Guru harus memutar otak untuk menyiapkan materi via daring (dalam jaringan) dengan cara yang sebisa mungkin bisa membuat siswa memahami isi materi. Tak hanya itu, guru pun dituntut menguasai teknologi agar pembelajaran daring bisa berjalan dengan baik.
Di sisi siswa, pembelajaran via daring membutuhkan persiapan dari siswa juga orangtuanya. Keberadaan laptop dan hp menjadi keniscayaan. Paket data dan kuota serta sinyal internet menjadi kebutuhan lain yang tak terelakkan. Belum lagi pendampingan orangtua yang beralih profesi sementara sebagai guru juga menjadi perkara yang tak bisa diremehkan. Semuanya jauh dari kata siap. Semua mendadak. Demikianlah, karena pandemi juga terjadi tanpa rencana.
Namun apapun yang terjadi selama pandemi, pendidikan haruslah terus berjalan. Walaupun berat, tapi pendidikan merupakan kebutuhan dan hak setiap orang tanpa terkecuali. Itulah salah satu bidang yang terimbas oleh kondisi pandemi covid-19 ini.
Solusi Pembelajaran Jarak Jauh
Kebijakan pembelajaran jarak jauh telah berjalan setengah tahun lamanya. Tanpa tatap muka hanya virtual di dunia maya. Berbagai aplikasi marak dimanfaatkan. Para orangtua telah lelah berprofesi sebagai guru sementara. Mereka harus memeras otak untuk mengajarkan anak-anaknya, juga menjaga emosi agar tidak naik darah atas rengekan anak-anaknya, serta diharuskan cerdas memenej keuangan untuk menunjang pendidikan juga memenuhi kebutuhan hidup di saat ekonomi yang seret di masa pandemi ini.
Gawai yang dipakai sebagai sarana penunjang pun mulai lambat menjalankan fungsinya. Tugas-tugas menumpuk di memori penyimpanan, baik tulisan maupun foto dan video rekaman. Bak menjerit meminta istirahat. Satu hp dengan spesifikasi minimalis harus mampu dimanfaatkan oleh seluruh isi rumah. Apalagi kuota dan paket internet tak selalu tersedia. Belum lagi pencarian sinyal internet yang tidak stabil turut membuat lelah. Semua demi pembelajaran dan pendidikan tetap berjalan.
Sarana dan prasarana pendidikan di negeri ini sejatinya tak mampu mengcover kebijakan pembelajaran jarak jauh ini. Pendidikan yang belum merata, juga pembangunan dan keberadaan infrastruktur yang belum seragam turut menyulitkan kebijakan yang diambil. Adapun pemerintah memberikan solusi atas persoalan yang muncul dengan langkah sebagai berikut. Pertama, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 19/2020 tentang Perubahan Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Permendikbud Nomor 20/2020 tentang Perubahan Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Penyelenggaraan (BOP) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Kesetaraan di masa kedaruratan Covid-19. (Kemendikbud.go.id)
Dalam kebijakan tersebut dana yang dimaksud diperbolehkan untuk pembelian pulsa, paket data, dan/atau layanan pendidikan daring berbayar bagi pendidik dan/atau peserta didik dalam rangka pelaksanaan pembelajaran dari rumah. Juga untuk pembelian cairan atau sabun pembersih tangan, pembasmi kuman, masker atau penunjang kebersihan dan kesehatan lainnya termasuk alat pengukur suhu tubuh tembak (thermogun). Kedua, tahun ajaran baru tetap dilaksanakan pada bulan juli. Adapun pendidikan tatap muka baru diperbolehkan pada daerah dengan zona hijau dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.
Solusi ini dievaluasi dan hasilnya bervariatif. Ada daerah yang berjalan efektif dan ada pula sebaliknya. Namun menurut mendikbud, Nadiem Makarim, tidak ada opsi lain untuk pembelajaran selain yang sudah ditetapkan. Demikianlah sesuai yang dikutip dari www.msn.com, 11/7/2030.
Sistem Islam sebagai Solusi Hakiki Pendidikan
Semua bidang terdampak pandemi. Karut marutnya bidang pendidikan termasuk di dalamnya. Sayangnya solusi yang diambil tetaplah solusi tambal sulam hanya demi pendidikan tetap berjalan. Sekolah tutup dan menjalankan pembelajaran jarak jauh menimbulkan dampak. Buka sekolah dan memulai pembelajaran secara langsung dengan tatap muka juga menimbulkan resiko penularan virus covid-19. Di beberapa tempat, sekolah menjadi klaster baru kasus covid-19.
Sudah selayaknya untuk kemajuan generasi bangsa maka persoalan pendidikan tidak boleh main-main atau tambal sulam. Sayangnya di negeri ini, justru solusi tambal sulam menjadi pilihan sebagai konsekuensi dari sistem kapitalisme sekularisme yang diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan. Solusi ini tak lepas dari lambatnya penanganan atas pandemi yang melanda. Akses lambat ditutup, alhasil viruspun leluasa masuk.
Bila untuk solusi mau beralih pada sistem lain yang lebih solutif, niscaya persoalan tidak berkepanjangan. Solusi itu adalah dengan menerapkan aturan syariat Islam dalam segenap aspek kehidupan. Berangkat dari kesadaran bahwa pendidikan merupakan hak dan kebutuhan bagi seluruh rakyatnya, maka penguasa akan menempuh solusi yang aman dan tidak menimbulkan resiko, baik dari sisi pembelajaran maupun kesehatan.
Pembelajaran tatap muka tetaplah kondisi yang ideal karena di dalamnya proses transfer keilmuan berlangsung penuh keberkahan. Interaksi antara siswa dengan guru berjalan lebih efektif. Hal adab juga terbangun. Dengan demikian, kondisi ini harus diwujudkan.
Tentu saja tidak mengabaikan masalah kesehatan. Ketika wabah ditengarai muncul maka upaya penanganan wabah sesuai syariat islam juga dijalankan. Antara lain sebagai berikut, mengisolasi wilayah yang terjangkit penyakit, menutup akses keluar masuk wilayah terjangkit, memberikan upaya pengobatan hingga mencapai kesembuhan dan menemukan obat dan vaksinnya, memenuhi kebutuhan rakyat yang berada di wilayah terjangkit. Adapun di luar wilayah terjangkit, rakyat beraktivitas seperti biasa. Dengan demikian proses belajar mengajar juga berlangsung seperti biasa. Kondisi ideal terwujud, pembelajaran nyaman, guru dan siswa pun aman.
Buka tutup sekolah bukan lagi masalah dan tidak memunculkan dilema. Itulah bila semua aturan dikembalikan pada syariah. Kesejahteraan akan dirasakan oleh seluruh warga negara. Wallahua'lam bisshowab.
0 Komentar