Good Looking, Masalah atau Anugerah?

Oleh: Sherly Agustina, M.Ag (Penulis dan Pemerhati kebijakan publik)

"Ada tujuh golongan manusia yang akan dinaungi oleh Allah dalam naungan (Arsy-Nya) pada hari yang tidak ada naungan (sama sekali) kecuali naungan-Nya: …Dan seorang pemuda yang tumbuh dalam ibadah (ketaatan) kepada Allah …” (H.R. Bukhari dan Muslim).

Dilansir dari detiknews.com, Menag mengatakan bahwa cara paham radikal masuk melalui orang yang berpenampilan baik atau good looking dan memiliki kemampuan agama yang bagus. Si anak 'good looking' ini, jika sudah mendapat simpati masyarakat, bisa menyebarluaskan paham radikal. "Cara masuk mereka gampang. Pertama, dikirimkan seorang anak yang good looking, penguasaan bahasa Arab bagus, hafiz, mulai masuk, ikut-ikut jadi imam, lama-orang orang situ bersimpati, diangkat jadi pengurus masjid. Kemudian mulai masuk temannya dan lain sebagainya, mulai masuk ide-ide yang tadi kita takutkan," ucapnya (4/9/20).

Pernyataan Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi yang mengungkap strategi paham radikal masuk di lingkungan ASN dan masyarakat melalui seorang anak good looking atau berparas menarik berbuntut panjang. Sejumlah pihak mengkritik dan mengecam apa yang diungkap Menag. Fachrul menyampaikan pernyataan itu di acara webinar bertajuk 'Strategi Menangkal Radikalisme pada Aparatur Sipil Negara' yang disiarkan di YouTube KemenPAN-RB, Rabu (2/9). Awalnya Fachrul menjelaskan paham radikal di lingkungan ASN harus diwaspadai saat dia pertama kali masuk dan dengan cara apa dia masuk.

Fachrul kemudian meminta KemenPAN-RB atau instansi lainnya yang berkaitan menyeleksi ASN harus betul-betul memperhatikan itu. Lalu dia mengatakan ada kemungkinan radikalisme itu masuk dengan dua cara, yakni melalui lembaga pendidikan dan di rumah ibadah. "Kemungkinan kedua, masuknya, saya kira di lembaga pendidikan. Pada saat dia ASN, ada pendidikan-pendidikan, kursus-kursus bisa masuknya melalui  itu. Nah, untuk itu, betul-betul kita waspadai di lembaga pendidikan kita, betul-betul pembimbing-pembimbingnya, dosen-dosennya, mereka-mereka yang memang bersih dari peluang-peluang radikalisme itu. Kalau nggak, masuknya dari sana," tutur Fachrul.

Publik bertanya-tanya mengapa Menag mengatakan hal seperti itu?  Sejak awal dilantik hingga sekarang, Menag terus mempersalahkan agama khususnya agama Islam. Mengkambinghitamkan kaum muslim sebagai pelaku radikalisme, sementara radikalisme yang dimaksud bias makna seakan ada pesanan. Tak lama kemudian, pernyataan Menag tersebut menuai polemik di antaranya Komisi VIII DPR mengkritik Menag. 

Wakil Ketua Komisi VIII Ace Hasan Syadzily menilai pernyataan Menteri Agama Fachrul Razi soal radikalisme yang masuk melalui anak good looking hingga hafiz Al-Qur'an tak sepenuhnya tepat. Komisi VIII menyarankan Fachrul mempelajari secara komprehensif soal cara penyebaran paham radikal. Ace menilai good looking dan hafiz Al-Qur'an bisa jadi salah satu modus saja. Ace meminta Fachrul Razi tidak menggeneralisasi karena, menurutnya, bisa memunculkan kekeliruan di masyarakat.

Lalu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) meminta Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi menarik ucapannya terkait paham radikal masuk melalui orang berpenampilan menarik atau good looking dan memiliki kemampuan agama yang baik. MUI menilai pernyataan Fachrul itu sangat menyakitkan. "MUI minta agar Menag menarik semua tuduhannya yang tak mendasar karena itu sangat menyakitkan dan mencederai perasaan umat Islam yang sudah punya andil besar dalam memerdekakan negara ini dan mengisi kemerdekaan dengan karya nyata," kata Wakil Ketua MUI Muhyiddin Junaidi.

Seharusnya Menag, yang berlatar belakang militer, lebih mengerti tentang peran umat Islam Indonesia dan menjadikannya sebagai rujukan untuk menciptakan stabilitas nasional, persatuan, dan kemajuan di tengah kebinekatunggalikaan," kata Muhyiddin, yang juga Ketua Hubungan Kerja Sama Internasional PP Muhammadiyah. Muhyiddin juga menyindir Fachrul yang dianggap kerap menyudutkan umat Islam sejak menjabat Menag. Padahal, kata Muhyiddin, ada pengikut agama lain juga yang melakukan gerakan radikal.

Radikalisme dalam KBBI adalah paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis. Sementara good looking secara bahasa ialah bagus dipandang atau dilihat. Jika menunjukkan sifat bisa diartikan rupawan, cantik, atau tampan. Lalu, apa hubungan kedua kata ini antara radikalisme dan good looking? Sementara radikalisme diartikan menggunakan cara kekerasan,  maka sebuah under estimate atau tendensius sekali jika ada yang rupawan dikaitakan dengan perilaku radikal.

Sebagai pejabat pemerintahan apalagi menteri, hendaknya mengeluarkan statement yang bisa dipertanggung jawabkan data dan fakta yang akurat serta ilmiah. Apakah sudah melakukan penelitian, jika ya sudah berapa lama dan di mana, indikatornya apa saja sehingga hasil penelitian bisa diterima. Apalagi melihat background Menag dari militer, maka sebaiknya harus banyak bekerja sama dan komunikasi dengan para tokoh Islam dan organisasi Islam. Bukan menjadikannya boomerang bagi Menag dan pemerintah. Kemudian secara tiba-tiba mencurigai orang yang good looking, ini logika yang tidak nyambung.

Umat tentu bertanya-tanya apa hubungan good looking dengan radikalisme. Bukankah pemerintah seharusnya senang jika memiliki warga negara yang good looking, apalagi baik fisik dan akhlaknya. Jika radikalisme yang dimaksud adalah setiap sikap yang tidak sejalan dengan kebijakan pemerintah yang salah kaprah. Maka sejak dulu para ulama menjadi orang yang radikal di hadapan para penguasa semata membela kepentingan umat dalam menjalankan perintah-Nya. Menjadi seperti para ulama tentu anugerah, bahkan Musa as. orang yang radikal di hadapan Fir'aun, sejarah mencatat itu. 

Jadi permasalahan umat saat ini adalah bukan terletak di good looking yang menjadi sasaran pemerintah karena dicurigai sebagai orang yang radikal atau menyebarkan radikalisme. Akan tetapi, berbagai kerusakan yang terjadi di muka bumi karena tidak menerapkan aturan-Nya. Bumi yang sehatusnya menjalankan sunnatullah, dipaksa terus melanggar ketentuan-Nya. Maka bisa dilihat apa yang terjadi, berbagai kerusakan terjadi. Cara mengatasi Corona yang tak sesuai penciptanya, membawa umat pada krisis bahkan resesi. 

Di sisi lain korban semakin bertambah, di Banten pun melonjak sehingga ada pemberitahuan PSBB. Perceraian meningkat sejak Corona melanda negeri ini, berefek pada keberlangsungan pendidikan anak dalm keluarga akan seperti apa jika kedua orang tua mereka bercerai. Pendidikan yang tidak maksimal melalui daring, bagi yang di pelosok kesulitan jaringan dan kuota bahkan tak memiliki akses komunikasi seperti HP. Serta masih banyak masalah lainnya yang harus umat hadapi karena pemegang kebijakan masih enggan menerapkan syariah-Nya. Lalu, masihkah terus bertahan dalam kehidupan seperti ini?

"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya." (TQS. Al A'raf: 96).

Allahu A'lam Bi Ash Shawab

Posting Komentar

0 Komentar