HALLYU JADI PANUTAN? MILLENIAL PENUH HALU

Oleh : Habsah

Seiring perkembangan zaman teknologi semakin berkembang di era globalisasi ini. Dan membuat seluruh warga dunia menjadi bebas dan terbuka. Dampak globalisasi ini juga terlihat memudahkan kita dalam berbagai bidang seperti telekomunikasi, sehingga kita dapat lebih mudah dan cepat dalam memperoleh informasi baik dalam negeri maupun luar negeri.

Tidak hanya berbagai informasi yang dapat disebarkan dengan cepat, budaya pun dengan mudahnya tersebar ke seluruh dunia. Salah satu budaya yang tengah mempengaruhi Negara dunia adalah budaya pop Korea atau yang lebih dikenal dengan K-Pop/Hallyu Wave/Korean Wave. Indonesia pun terikut imbas penyebaran budaya K-pop/Hallyu wave/Korean wave ini terutama Indonesia yang merupakan Negara berkembang dan mudah sekali dipengaruhi oleh Negara-negara maju. 

Penyebaran budaya Hallyu wave ini juga sangat terbantukan dengan berbagai media massa yang getol memperkenalkan budaya Hallyu wave. Salah satu media massa yang intensif dalam penyebaran budaya ini adalah internet bahkan sampai ke televisi. 

Hampir setiap hari kita dapat melihat yang berhubungan dengan budaya Hallyu wave ini, bahkan millenials sekarang lebih cenderung mengikuti budaya ini. Baru-baru ini kita dikejutkan oleh pernyataan Wapres yang mendorong anak negeri untuk mencontoh korea dalam berkreatifitas dan jadi panutan anak bangsa. Yang jadi pertanyaannya adalah layakkah Korean Wave menjadi panutan?

Seperti dilansir di Tirto.id (20/09/2020) Wakil Presiden RI Ma'ruf Amin berharap tren Korean Pop atau K-Pop dapat mendorong munculnya kreativitas anak muda Indonesia. Ia berharap anak muda lebih giat mempromosikan budaya bangsa ke dunia internasional. Selain lewat industri hiburan, kata Ma'ruf, hubungan bilateral antara Indonesia dan Korea juga semakin diperkuat pada sektor ekonomi, sosial, dan budaya. Karena itu, Ma'ruf berharap tren tersebut dapat meningkatkan kerja sama antar kedua negara, khususnya di bidang ekonomi.

Benarkah demikian? Sementara kita tahu betul bahwa budaya mereka berbeda dengan budaya di nusantara. Kita dapat melihat gaya berbusana artis k-pop wanita yang minim, industri musik yang penuh dengan teori konspirasi bahkan konsep illuminati demi terwujudnya “New World Order”. Sudah layakkah jika kita menjadikannya sebagai panutan? Apalagi kita tahu bahwa Indonesia merupakan negeri yang mayoritasnya muslim. Bukankah generasi muslim akan tergerus jati dirinya dengan budaya ini?

Di dalam buku ‘Pernah Tenggelam’ karya Fuad Naim di dalamnya tertulis “Ada banyak hal yang Islam larang namun Hallyu lakukan, ada yang Islam perintahkan namun Hallyu abaikan.” Dari sini sudah jelas bahwa budaya Korean-wave bertentangan dengan budaya Islam. K-pop Hasilkan banyak materi bagi para pelaku industrinya  namun rentan kerusakan lifestyle salah satunya banyak kasus bunuh diri.

Bukan hanya popular dengan K-pop ataupun dramanya saja, Negara yang disebut sebagai Negeri ginseng ini sangat terkenal juga dengan kasus bunuh dirinya tertinggi diantara Negara-negara maju seperti Jepang, Jerman, Inggris dan juga Amerika. Korean Wave hasilkan devisa besar bagi negara Korea tapi nyatanya mengekspor budaya kerusakan ke seluruh dunia.

Dalam ajaran islam bunuh diri haram hukumnya, seperti firman Allah SWT. di dalam Q.S. An-nisa [4]:29 yang artinya :

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”.

Dibalik kasus bunuh diri tersebut penyebabnya tak lain adalah karena depresi. Dari sini bisa kita lihat bahwa dibalik Negara maju kasus bunuh diri sangat tinggi,  hal ini terlihat karena ketiadaan norma agama yang melarang bunuh diri. Agama dan spiritualitas adalah salah satu aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Ritual di dalamnya, selain sebagai sarana untuk mengingat Sang Pencipta dan mendekatkan diri kepada-Nya juga bermanfaat sebagai alternative pencegahan depresi. Setelah diteliti orang yang memiliki keyakinan ataupun kepercayaan cenderung memiliki pola fikir yang positif.

Apalagi di dalam agama islam cara terampuh untuk menghilangkan depresi adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT. jika kita dekat dengan sang pencipta otomatis kita mampu menghadapi kondisi sesulit apapun dikehidupan kita. Karena kita percaya setiap kesusahan pasti ada kemudahan. Kemudian bertaubat kepada Allah, memohon ampun kepada-Nya, sehingga beban-beban psikologis yang akibatnya dari dosa bisa dilepaskan. 

Setelah itu melalui ritual ibadah seperti sholat, berpuasa, zakat, haji, berdzikir dan segala ritual mahda maupun ghairu mahdah selain bertujuan mendekatkan diri kepada Allah juga akan membangkitkan optimisme, mengoptimalkan fungsi otak dan tubuh serta membangun ketenangan jiwa.

Sebelum menjadikan suatu budaya sebagai panutan sudah seharusnya kita berfikir efek apa akan ditimbulkan di kemudian hari dari mengambil budaya tersebut. Apalagi generasi kita ini didorong untuk menguasai sains dan teknologi, tanpa mengesampingkan ilmu agama. Sudah sepatutnya kita sebagai generasi muslim didorong untuk menguasai dan mempromosikan ajaran Islam, mengkampanyekannya menjadi sumber life style global. Dan itu Terbukti mewujudkan rahmatan lil alamin.

Posting Komentar

0 Komentar