Nabi Muhammad Suri Teladan Kita, Bukan "Korean Wave"

Oleh : Dian Puspita Sari (Aktivis Muslimah Ngawi)

Lagi lagi negeri kita dihebohkan dengan statemen atau kebijakan pemangku tampuk kekuasaan yang menuai polemik. 

Setelah wacana kebijakan Kemendikbud soal matpel Sejarah tidak diwajibkan, kini giliran statemen Wakil Presiden RI, Ma'ruf Amin yang dikritisi oleh publik. 

Dalam peringatan 100 tahun kedatangan bangsa Korea ke Indonesia, Wakil Presiden RI Ma'ruf Amin menyatakan bahwa potensi hubungan antara RI dan Korea luar biasa. Salah satunya di bidang entertainment / hiburan. 

Wakil Presiden RI Ma'ruf Amin berharap tren Korean Pop atau K-Pop dapat mendorong munculnya kreativitas anak muda Indonesia. Ia berharap anak muda lebih giat mempromosikan budaya bangsa ke dunia internasional. 

Selain itu, Ma'ruf juga berharap tren tersebut dapat meningkatkan kerja sama antar kedua negara, khususnya di bidang ekonomi.

"Saat ini anak muda di berbagai pelosok Indonesia juga mulai mengenal artis K-pop dan gemar menonton drama Korea. Ketertarikan warga Indonesia terhadap Korea, juga telah mendorong meningkatnya wisatawan Indonesia ke Korea. Diharapkan wisatawan Korea juga semakin banyak datang ke Indonesia," ujar Ma'ruf. (bisnis.com, 20/9/2020)

Sepintas, bagi orang awam, mungkin tak ada hal aneh dengan statemen wapres tersebut. Namun dalam sudut pandang Islam, kita  melihat statemen ini tak pantas diucapkan oleh seorang muslim. Terlebih lagi seorang ulama (kyai). 

Realita para artis K-Pop dan Drakor ini mudah kita lihat. Mereka tak sekedar menghibur tapi juga membawa gaya hidup artis Korea yang juga liberal. Baik dari sisi pola pikir dan sikapnya. Termasuk cara berpakaian mengumbar aurat dan berpenampilan yang mengundang syahwat. Apalagi akhir-akhir ini marak artis Korea bunuh diri. Di balik kehidupan glamor mereka, ada kenyataan pahit yang dirasakan akibat gaya hidup bebas (liberal). Sayang, kenyataan pahit ini tak tampak di mata generasi muslim. 

Yang tampak menyilaukan generasi muslim di negeri ini, bahwa Korean Wave menghasilkan devisa besar bagi para pelaku bisnis hiburan di Korea. Selain itu, mereka silau dengan kehidupan glamor artis negeri ginseng. Alih-alih membawa budaya khas Korea ke Nusantara, para artis tersebut justru mengekspor budaya kerusakan ke seluruh dunia. Yang tak jauh berbeda dari budaya Barat yang merusak. Inilah fakta miris yang kita hadapi di era Demokrasi sekuler. Apakah Kyai Ma'ruf Amin menyadari hal ini? 

Dalam Islam, ulama memiliki keutamaan dari sisi : 

1. Ilmu yang lebih dibandingkan mayoritas umat. 

2. Rasa takut dan malu yang lahir dari iman kepada Allah. 

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاء إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ

“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama . Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Fathir [35]: 28)

3. Figur mulia pewaris nabi. 

الْعُلُمَاءُ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ

“Ulama adalah pewaris para nabi.” (HR At-Tirmidzi dari Abu Ad-Darda radhiallahu ‘anhu)

Melihat keutamaan ulama tersebut, maka  tak sepantasnya seorang ulama menyatakan hal bertentangan dengan norma-norma ajaran Islam. 

Yang harus mereka lakukan adalah : 

- Memberikan nasihat. Sebab agama adalah nasihat. 

- Melakukan amar ma'ruf nahi munkar (dakwah Islam) di tengah umat. 

- Menyampaikan yang haq dan bathil. 

- Termasuk menjadi miniatur profil mulia yang layak dijadikan panutan (teladan) bagi umat. 

Dalam Islam, Nabi Muhammad saw. adalah suri teladan bagi umat manusia. 

لَقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِىۡ رَسُوۡلِ اللّٰهِ اُسۡوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنۡ كَانَ يَرۡجُوا اللّٰهَ وَالۡيَوۡمَ الۡاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ 

"Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu. Yaitu  bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah." (QS. al-Azhab [33]: 21)

Ulama adalah profil yang pas untuk mempromosikan Nabi Muhammad saw. sebagai suri teladan kepada umat. 

Mereka juga wajib mendorong generasi muslim untuk ikut mempromosikan ajaran Islam dan mengkampanyekannya sebagai risalah rahmatan lil alamin. 

Sayangnya, keberadaan ulama pewaris nabi semacam ini saat ini sungguh langka. Yang ada justru mereka yang melebur dengan kehidupan glamor para seleb dan dekat dengan pemegang tampuk kekuasaan. 

Akibatnya bisa kita lihat. Bukan Nabi Muhammad saw. dan para sahabatnya yang jadi panutan. Tapi para seleb di Hollywood, Bollywood dan Korean Wave. 

Ingin generasi muslim berlomba-lomba menjadi promotor ajaran Islam kafah di tengah umat, termasuk menjadikan Nabi Muhammad saw. sebagai suri teladan kita? 

Semua keinginan ini hanya dapat diwujudkan dalam kehidupan Islam yang dinaungi khilafah. 

Khilafah-lah yang mampu mewujudkan konsep Islam rahmatan lil alamin. Dan yang  terpenting, khilafah kelak akan "menghidupkan" pribadi Rasulullah sebagai satu-satunya idola yang  layak kita jadikan panutan dalam hidup ini. 

Wallahu a'lam bishawwab.

Posting Komentar

0 Komentar