Oleh: Wijiati Lestari (Owner Taqiyya Hijab Syar'i)
"Di mana bumi dipijak di situ langit di junjung." Terdengar indah peribahasa ini di telinga kita. Maknanya pun luar biasa yaitu di mana kita tinggal maka peraturan atau adat istiadat yang berlaku harusnya kita taati.
Namun sebagai Muslim yang paham bahwa kita diciptakan oleh Allah SWT dengan seperangkat aturan syariat yang bila kita taat maka akan bahagia di akhirat. Apabila kita mengkufuri aturan dari Maha Pengatur alam raya maka siksa neraka menanti kita.
Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran surat An-nisa ayat 56: "Sungguh orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti dengan kulit yang lain, agar mereka merasakan azab. Sungguh Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana."
Jadi peribahasa di atas tak tepat jika kita jadikan alasan untuk menaati segala aturan ketika kita berada di suatu daerah atau negara. Kita harus mengetahui dan mengamalkan hal-hal yang diperbolehkan dan meninggalkan hal-hal yang dilarang tanpa pilih-pilih karena demikianlah hakikat takwa.
Jangan sampai dengan alasan cinta negara, cinta bendera malah bertindak anarkis kepada saudara sesama Muslim tapi berkemah lembut dan menjunjung toleransi setinggi-tingginya kepada non Muslim, bahkan rela bersama-sama merayakan ritual ibadah bersama.
Padahal dalam hal aqidah dan ibadah sebagai Muslim kita punya landasan tegas untuk bersikap yaitu dalam Al-Quran surat Al-Kafiirun ayat 1-6 yang menjelaskan bahwa kita tak boleh menyembah apa yang mereka sembah.
Cinta tempat di mana kita dilahirkan itu sah-sah saja tapi jangan sampai hal tersebut menjadikan kita buta hingga melanggar hukum-hukum Alloh SWT. Rasulullah Muhammad Saw pun cinta pada Mekah, negeri kelahirannya tapi cintanya kepada Mekah tak menghalanginya untuk mengubah tatanan jahiliah dengan syariat Islam.
Dari Ibnu Abbas Ra, ia berkata Rasulullah Saw bersabda, "Alangkah baiknya engkau sebagai sebuah negeri dan engkau merupakan negeri yang paling aku cintai. Seandainya kaumku tidak mengusirku dari engkau, niscaya aku tidak tinggal di negeri selain engkau." (H.R Ibnu Hibban)
Hadits di atas menunjukkan ungkapan kecintaan Nabi Muhammad Saw dengan tanah kelahiran. Negeri di mana beliau dibesarkan, banyak handai taulan bermukim di situ, tentu pula banyak kenangan di negeri tersebut.
Tapi kecintaan tersebut tak membuat Rasulullah taat dengan aturan-aturan yang bertentangan dengan syariat Islam, bahkan sebelum diangkat menjadi Nabi beliau telah membenci dengan aturan-aturan yang menimbulkan kerusakan seperti membunuh bayi perempuan, berjudi, berdagang dengan kecurangan dan lain sebagainya.
Maka ketika diangkat sebagai Nabi, beliau mendakwahkan syariat dari Sang Mudabbir, Pengatur segala urusan agar dapat diterapkan secara keseluruhan dalam kehidupan. Bukan hanya mengatur tata cara beribadah saja, tetapi juga mengatur hubungan kita dengan sesama manusia dan juga mengatur kehidupan bernegara.
Jadi jika kita mengakui bahwa Nabi Muhammad Saw adalah suri tauladan terbaik bagi kita umat Islam, maka cara kita mencintai negeri tempat kelahiran kita harusnya mengikuti apa yang telah beliau contohkan. Bukan cinta buta yang taat pada aturan-aturan yang jelas-jelas bertentangan dengan syariat.
Wallahu a'lam bishshowab
0 Komentar