Oleh: Ayu Susanti, S.Pd
“Seribu orang tua bisa bermimpi, satu orang pemuda bisa mengubah dunia”. (Ir. Soekarno)
Tak kehabisan kata saat kita membahas tentang pemuda. Potensi pemuda begitu besar. Selain usia yang masih muda, mereka memiliki kekuatan fisik yang jauh lebih kuat. Pemuda pun memiliki idealisme yang tak luntur ditelan zaman saat dia memiliki pemahaman yang kokoh dan kuat tentang kehidupan. Pemuda pun memiliki kekreatifan tak terbatas, daya kritis dan semangat yang membara.
Tidak dipungkiri, banyak sejarah mencatat tentang kisah heroik pemuda di zamannya. Bahkan yang ikut andil untuk menjaga bangsa dan negara Indonesia dari kaum penjajah tempo dulu adalah pemuda. Dalam sejarah Islam pun tak kalah heroiknya. Kita tahu bersama sederetan pemuda yang menghiasi kisah-kisah kepahlawanan. Sebut saja Muhammad Al-Fatih, sang penakluk Konstantinopel, Shalahuddin Al-Ayyubi seorang ksatria gagah berani yang melawan tentara salib. Bahkan di masa Rasulullah pun banyak sekali para pemuda yang menggunakan potensinya untuk membela Islam. Sebut saja Zubair bin Awwam berbudi luhur dan berakhlak mulia yang dijamin masuk syurga oleh Allah, Ali bin Abi Thalib yang kala itu masih sangat belia saat memutuskan untuk memeluk Islam, Mush’ab bin Umair yang menjadi duta dakwah pertama di Madinah dan masih banyak lagi kisah pemuda lainnya.
Dari kisah-kisah diatas, banyak pelajaran yang bisa kita ambil. Sejarah membuktikan bahwa pemuda dari dulu sampai sekarang memiliki peran dan andil yang luar biasa dalam menorehkan tinta emas pada perubahan bangsa. Negara sangat memerlukan sosok para pemuda yang idealisme, gigih berani dan semangat membara untuk melakukan perubahan dalam masyarakat dan menegakkan kebenaran di atas muka bumi.
Sistem kapitalisme sekulerisme yang memiliki paham memisahkan agama dari kehidupan membuat mandul peran dan potensi pemuda. Pemuda bak singa yang gagah berani dalam membela kebenaran, nyatanya potensi sebagian besar pemuda saat ini diarahkan kepada hal yang tidak bisa membangkitkan ummat. Bahkan bisa jadi dimanfaatkan oleh beberapa kepentingan yang sifatnya personal atau kelompok. Saat ini gaya hidup sebagian besar pemuda pun rasa-rasanya sangat jauh dari Islam. Hedonis, liberalis, materialis, konsumtif sudah menjadi life style nya para pemuda. Fun, food, fashion sudah menjadi hal lumrah menggandrungi kehidupan para pemuda. Sehingga idealisme luntur seiring berjalannya waktu. Bahkan yang seharusnya berpikir visioner jauh ke depan dan memiliki daya kritis tinggi, namun nyatanya disibukkan dengan hal-hal yang tidak bisa membawa pada perubahan besar.
Gambaran pemuda saat dinaungi Islam dan pemuda saat ini sangat jauh berbeda. Kepribadiannya pun bak langit dan bumi. Sebagian besar pemuda muslim saat ini lebih berorientasi pada dunia dibandingkan memikirkan bekal untuk akhirat.
Pemuda muslim yang memiliki jiwa heroik dan berkepribadian luhur nan mulia tidak lahir dengan sendirinya. Namun banyak faktor yang membentuknya. Lingkungan keluarga menjadi hal yang utama. Dimana keluarga terutama ibu menjadi madrasah utama dan pertama bagi anak. Namun tak hanya itu, lingkungan masyarakat yang paham Islam menjadi sebuah sistem lingkungan yang bisa mengontrol gerak gerik masyarakat terutama tingkah laku pemuda. Sehingga saat ada yang bermaksiat kepada Allah, amar ma’ruf nahyi mungkar berjalan dengan baik. Karena tak ada lagi sifat individualisme, namun sikap peduli pada sesama lebih ditonjolkan. Akhirnya lingkungan yang sangat kondusif bisa membuat siapapun termasuk para pemuda bahu membahu untuk memikirkan masa depan bangsa. Berpikir untuk perubahan ke arah yang lebih baik. Bahkan memikirkan bagaimana melejitkan potensi untuk mengambil peran besar dalam memajukan bangsa.
Sistem Islam adalah sistem hidup yang Allah turunkan untuk ummat manusia. Dalam Islam, pemuda adalah asset yang sangat berharga. Islam adalah aturan sempurna, sehingga para pemuda diarahkan untuk mencintai ilmu dan didorong untuk menuntut ilmu agar bisa mengabdikan diri sepenuhnya kepada masyarakat dan Islam. Sehingga tak heran banyak kisah seperti ulama besar, Imam Syafi’i di usianya yang masih belia sudah hapal Al-Qur’an dan beliau pun terus menuntut ilmu dan mengamalkannya. Banyak ilmu dari beliau yang dimanfaatkan oleh masyarakat luas bahkan bisa sampai kepada kita.
Islam sangat menjaga para pemuda. Karena pemuda adalah estafet kepemimpinan sebagai pengganti generasi awal untuk mengurusi peradaban. Sehingga para pemuda diberikan bekal ilmu dan keimanan yang tinggi untuk mengarahkan potensinya hanya dalam koridor Islam. Para pemudanya kaya dengan ilmu, memiliki keimanan yang luhur serta berakhlak mulia.
Orientasi hidup para pemuda betul-betul disuasanakan agar senantiasa mengingat Allah. Sehingga dalam melakukan perbuatan akan sangat berhati-hati. Ibadah sunnah menjadi makanan sehari-hari. Berusaha mendekatkan diri kepada Rabb nya menjadi hal yang alami. Sistem hidup pun sangat mendukung untuk mencetak generasi emas. Media massa seperti tayangan-tayangan yang tidak bermanfaat tentu saja tidak akan ditayangkan. Namun pensuasanaan keimanan dan haus akan ilmu akan selalu dihembuskan. Sehingga para pemuda lahir menjadi sosok yang berkualitas dan menjadi mutiara dambaan ummat.
Oleh karena itu, saat menginginkan para pemuda mengoptimalkan potensinya hanya untuk menghasilkan karya gemilang dan bisa menorehkan perubahan besar untuk membangun peradaban, maka kembalilah pada Islam. Karena terbukti, hanya sistem Islamlah yang mampu mencetak generasi unggulan yang tak luntur idealismenya oleh zaman.
Wallahu’alam bi-showab.
0 Komentar