Oleh: Fitri Andriani, S. S.
Arus sekulerisme makin menggerus kehidupan kita sehari-hari. Indonesia yang mayoritas muslim, menjadi makin ternodai dengan ide-ide pemisahan agama dari kehidupan. Hingga tokoh lebih merekomendasikan K-Pop untuk menjadi inspirasi kepribadian dibanding menjadi pribadi yang sholih meneladani Nabi SAW. Lalu pelarangan membaca sebuah literatur syarat teladan seorang pejuang tangguh yang takwa, Muhammad Al-Fatih (MAF) hanya karena penilaian pribadi penulisnya yang tidak disukai. Belum lama juga, aktivis feminisme mengomentari tetang jilbab buat anak kecil menyalahi hak asasi anak yang belum bisa memilih.
Sungguh aneh ketika anak sebagai tanggung jawab orang tua, tapi diarahkan kepada keburukan lebih didukung, ketimbang mengarahkan mereka menjadi pribadi tangguh dan mulia. Ini sungguh upaya penyesatan yang terstruktur dari sekulerisme.
Aturan hidup dari Allah mengikat seorang muslim sebagai wujud ketaatan pada Allah. Suri tauladan dari pribadi agung, Rasulullah SAW. Semua demi menjaga manusia supaya selamat di dunia dan juga di akhirat kelak. Karena pada dasarnya manusia itu lemah, serba tergantung pada Dzat yang lebih (Allah), dan membutuhkan aturan yang sesuai dengan potensinya. Dan ini tidak akan didapatkan pada agama yang lain.
Islam memandang bahwa setiap anak terlahir dengan fitrahnya (bertakwa). Sesuai dengan sebuah hadist:
“Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah hingga ia fasih (berbicara), maka kedua orang tuanya lah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. al-Baihaqi dan ath-Thabarani).
Hadist itu menegaskan kewajiban mendidik anak-anaknya supaya bertakwa pada Allah. Karena anak mau dibentuk menjadi beragama apa, itu dengan mudah dilakukan semenjak kecil. Ibarat mengukir di atas batu, makan terpola pribadi yang kuat.
Keimanan itu bukan barang yang diwariskan dalam islam. Orangtua yang harus mendidiknya. Keimanan juga diikuti dengan pembiasaan pada pelaksanaan menjalankan perintah Allah dan laranganNya. Salah satunya perintah menutup aurot buat muslimah, jilbab (pakain lebar dan tidak berpotongan, dasarnya Al-Ahzab ayat 59) dan kerudung (penutup kepala hingga dada seperti yang diserukan dalam surat An-Nur ayat 31). Muslimah memang wajib menutup aurot dengan jilbab dan kerudung saat sudah balig. Namun, upaya menanamkan keimanan dan pembiasaan terikat dengan hukum Allah harusnya dari usia dini.
Kecintaan yang kuat pada Allah (akidah yang kuat) dan juga hukum Allah wajib bagi orangtua. Bahkan persiapan untuk membentuk anak menjadi pribadi sholih ini dalam Islam bukan hanya setelah anak lahir. Tapi menyiapkan orangtua sholih dengan memilih istri atau suami sholih juga persiapan melahirkan dan mencetak gemerasi sholih. Apalagi setelah lahir, pasti tuntutan untuk membina menjadi generasi bertakwa, memberi makanan halal dan thoyyib, memilihkan lingkungan yang baik, termasuk membiasakan berpakaian baik (menutup aurot) adalah kewajiban orangtua bagi anak-anaknya.
Terlebih di era sekuler seperti sekarang ini, dimana tatanan dan aturan hidup menjadi terbolak-balik atas hawa nafsu manusia merubah stadar hidup halal dan haram menjadi standar kemanfaatan dan dunia oriented. Tontonan yang bertentangan dengan pribadi islam menjamur di TV. Bacaan-bacaan hanya berisi idiologi sampah, minim tsqofah yang benar. Lingkungan juga tidak terkondisi membuat pribadi anak rusak. Semangat mereka menjadi mlempem.
Tantangan bagi para orangtua untuk membentuk pribadi anak yang sholih depan mata. Namun, tetap banyak teladan dari Nabi SAW bagaimana mendidik putra (ponakan) dan putri beliau dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kurikulum Islam juga ada tahapan mendidik anak dari usia nol hingga anak menuju balig.
Tugas negara mensuport peran dan kewajiban orangtua dalam menddidik dan membina anak. Hanya sayang, peran negara belum nampak. Tugas bersama untuk membentuk anak sholih bertambah dengan mengajak masyarakat supaya sholih dan mengambil semua aturan Allah secara kaffah. Aturan Allah yang dirapkan secara total adalah iklim terbaik ujtuk membentuk dan menjaga kesholihan semua manusia.
Wallahu a'lam bi showab.
0 Komentar