Pandemi Covid-19 Butuh Penuntasan Bukan Pencitraan

Oleh : Fitria Zakiyatul Fauziyah Ch (Mahasiswi STEI Hamfara Yogyakarta)

Tak henti-henti dunia saat ini membahas pandemi Covid-19. Angka penularan virus corona di Indonesia hingga saat ini belum memperlihatkan tanda-tanda penurunan, setelah pandemi berjalan sekitar tujuh bulan. Jumlah kasus Covid-19 di Indonesia mencatat rekor kasus baru tertinggi, pada Sabtu 3/10 pukul 12.00 WIB menunjukkan bahwa terdapat 4.007 kasus baru Covid-19 dalam 24 jam terakhir.

Masyarakat yang belum memahami bahwa Covid-19 nyata adanya, salah satunya kegiatan Acara Napak Tilas Gunung Pangadegan di Kawasan Kancah Nangkub, Desa Rancamulya, Kabupaten Sumedang diduga melanggar protokol kesehatan. Sebab, diwarnai dangdutan. "Saya koordinasi dengan Camat menanyakan surat ijin dari gugus tugas Covid-19, malah dilempar ke PSB," kata Beben, Pengelola Kancah Nangkub.(detik.com, 21/9/2020)

Bupati Sumedang, Dony Ahmad Munir mengatakan saat ini pihaknya sedang siap siaga memperketat setiap aktivitas masyarakat mengingat saat ini kasus positif Covid-19 di sejumlah daerah di Jawa Barat mengalami peningkatan. "Disamping itu, tetangga Kabupaten Sumedang dalam beberapa waktu terakhir seperti Bandung, Garut, dan Majalengka menunjukkan pertumbuhan jumlah terkonfirmasi yang cukup signifikan," kata Dony. (detikcom, 21/9/2020)

Berdasarkan data perkembangan penanganan pandemi Covid-19 di dalam negeri, rata-rata kasus aktif di berbagai daerah cenderung mengalami penurunan. Sementara di Jawa Barat dengan 6.443 kasus. Jumlah ini mengalami kenaikan dari hari sebelumnya sebanyak 6.404 kasus.(tribunjabar.id, 14/9/2020)

Sementara itu pada Muktamar IV PP Persaudaraan Muslimin Indonesia (Parmusi) tahun 2020 di Istana Bogor, secara virtual Presiden Joko Widodo menyampaikan kata sambutannya. Ia mengingatkan masyarakat untuk tidak lupa mengingat Allah Swt. di tengah pandemi Covid-19.(merdeka.com, 26/9/2020)

Dalam sambutannya ia meminta masyarakat berzikir, istigfar, dan tobat. Ia juga mengingatkan untuk memperbanyak sedekah dan infak, untuk terus bekerja keras dan tidak menyerah pada keadaan saat ini, sebab banyak orang yang keadaannya sulit di tengah pandemi.

Ironis, sejak awal pemerintah gegabah dalam menentukan kebijakan, yang terkesan coba-coba, dan menganggap remeh virus corona. Pemerintah menetapkan kebijakan lebih mendahulukan keselamatan perekonomian dibandingkan dengan keselamatan rakyat. Sehingga dampak di tingkat lokal yang mengalami peningkatan jumlah positif kasus Covid-19.

Seruan Jokowi untuk beristigfar dan tobat disambut dengan baik, yang menjadi pertanyaan, apakah bertobat bisa mengatasi wabah? Ya, Islam mengajarkan bertobat untuk mengatasi wabah, sebagai bagian dari ketaatan total. Maka dari itu, bukan hanya tobat yang harus dijalankan, namun dengan menerapkan dan menjalankan seluruh syariat-Nya.

Mengimani Allah, tetapi mencampakkan seluruh aturan-Nya (aturan-aturan yang tidak sesuai dengan Islam, ajaran Islam dikriminalisasi), serta tidak meneladani Rasul-Nya, menunjukkan bahwa ia belum beriman dengan sepenuhnya. Ajakan untuk bertobat dan beristighfar yang disampaikan penguasa negeri terkesan hanya sebagai pencitraan jika ia sendiri selaku pemimpin enggan untuk menjalankan syariat-Nya secara totalitas.

Dengan silih bergantinya musibah di negeri ini, mulai dari banjir, gempa, longsor dan musibah lainnya yang melanda di berbagai daerah. Hingga wabah corona makin kritis. Seharusnya menjadi sadar bahwa ini sebagai peringatan bagi rezim, yang mengabaikan syariat-Nya.


Keteladanan Khalifah Atasi Krisis Dan Wabah

Pertama, khalifah Umar bin Khaththab memiliki gaya hidup sederhana. Kedua, khalifah Umar semakin mendekatkan diri kepada Allah Swt., langsung memimpin tobat nasuha karena bencana atau krisis yang terjadi bisa jadi akibat kesalahan-kesalahan dan dosa-dosa yang dilakukan khalifah serta masyarakatnya.

Khalifah melayani dan memenuhi kebutuhan makanan rakyatnya. Semua potensi yang ada dikelola dengan benar dan tepat yaitu dengan sistem Islam, maka rakyat dijamin oleh negara. Serta pemenuhan kebutuhan rakyat sangat mudah dilakukan, mulai dari kebutuhan pokok yang harus segera dipenuhi. Karena ketersediaan yang dijamin penuh oleh negara mampu membawa kesejahteraan bagi rakyat serta rakyat tidak akan mengalami krisis.

Wallaahu a'lam bish-shawwab

Posting Komentar

0 Komentar