Oleh : Lisa Izzate (Ibu Rumah Tangga)
Hidup adalah pilihan. Life is choice kata milenial. “Hidup-hidup gue, kenapa elu yang atur sih?”. Begitulah kata-kata yang sering muncul kalau ada yang nasihatin tapi tidak sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh si pendengar.
Begitu juga dengan pengemban dakwah, ia bertugas untuk menasihati siapapun yang sekiranya butuh untuk dibimbing ke jalan Islam. Apalagi di zaman yang penuh kedzaliman seperti sekarang ini. Seolah-olah kedzaliman datang silih berganti. Dari tingkat individu, masyarakat, bahkan pemerintah. Astaghfirullah.
Dzalim berasal dari Bahasa Arab yang artinya gelap. Islam memandang kata dzalim ini dengan arti tidak menempatkan suatu perkara pada tempatnya. Dengan kata lain bahwa dzalim ini adalah lawan kata dari adil.
Kedzaliman terbesar yang dirasakan oleh umat adalah kedzaliman yang dilakukan penguasa kepada rakyatnya. Contohnya adalah kebijakan-kebijakan yang merugikan rakyat, memutuskan perkara secara semena-mena, serta lebih mementingkan kepentingan pribadi/kelompok dibandingkan kepentingan umum.
Dengan beragamnya kedzaliman ini, maka umat butuh kehadiran sosok yang mampu membimbing umat untuk keluar dari problematika ini. Hadirnya seorang pengemban dakwah Islam salah satunya. Sebagai seorang pengemban dakwah, maka ia harus mampu untuk memikul beratnya beban yang dihadapi umat. Ia juga harus bisa memberi solusi yang revolusioner. Istilah kerennya, amar ma’ruf nahi munkar.
Dalam benak pengemban dakwah, ia harus yakin dengan janji-janji Allah sebagaimana tertulis di firmanNya dalam Q.S. Ali Imran (3) : 110
كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ ۗ وَلَوْ اٰمَنَ اَهْلُ الْكِتٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ ۗ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ وَاَكْثَرُهُمُ الْفٰسِقُوْنَ
Artinya: Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.
Predikat umat terbaik ini akan Allah berikan kepada mereka yang senantiasa mengemban dakwah, menyerukan kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, membimbing umat untuk menegakkan syariat Islam di bumi tercinta tanpa mempedulikan seberapa berat rintangannya, seberapa terjal jalan yang harus ia tempuh, hanya satu pengharapannya yaitu Ridho Illahi.
Memilih jalan sebagai pengemban dakwah memanglah suatu pilihan yang amat berat, mengingat di era ini banyak sekali hambatan yang harus dialami oleh para pengemban dakwah. Misalnya saja, dengan dibubarkannya pengajian-pengajian; pengancaman dan intimidasi jamaah pengajian maupun ustadz yang mengisi pengajian; juga kriminalisasi para dai dengan tuduhan sebagai kaum radikal yang membahayakan kebhinekaan, mengancam persatuan dan kesatuan, dsb..
Para aktivis dakwah pun ditangkap, dituduh melakukan ujaran kebencian dan menyebarkan hoaks di media sosial. Sebaliknya, berbagai akun medsos yang terang-terangan menghina tokoh Islam, menyerang ormas Islam, juga menghina dan menistakan ajaran Islam lamban untuk diproses hukumnya bahkan mayoritas tak kunjung ditindak.
Tak beda jauh dengan kedzaliman dimasa Fir’aun. Pada masanya, ia tega membunuh bayi laki-laki yang baru lahir demi untuk melindungi dirinya saat dia tau bahwa akan ada seorang laki-laki yang akan menggulingkan kekuasaannya. Namun usahanya gagal karena Allah telah menyelamatkan Nabi Musa as., bahkan menjadikannya hidup dibawah perlindungan Fir’aun. Subhanallah.
Tak berhenti disitu saja, kedzaliman Fir’aun terus merajalela bahkan ia berkoalisi dengan Hamam (penasehat Fir’aun) dan Qorun (pebisnis tamak dan culas), Qarun ini merapat ke rezim Firaun untuk bisa melanggengkan kerjaan bisnisnya. Dan di satu sisi Firaun juga diuntungkan dengan adanya Qarun untuk melawan anak angkatnya yaitu Nabi Musa as. Lengkap sudah formasinya, tangan kanan Firaun itu Haman politisi busuk, dan tangan kirinya adalah Qarun pebisnis tamak lagi culas.
Namun kemenangan dakwah adalah suatu keniscayaan. Pertolongan justru datang pada puncak penderitaan dan kesabaran, hingga akhirnya Allah tenggelamkan Fir’aun juga Hamam dan bala tentaranya di Laut Merah, begitu juga Qorun yang hilang ditelan bumi.
Sejarah pasti akan berulang dan akan kembali menampakkan wajahnya dalam bentuk yang berbeda, dalam kisah, sosok, cerita dan setting yang berbeda, namun masih dengan esensi dan pembelajaran yang sama. Karena memang itulah salah satu fungsi sejarah ada, sebagai wahana pembelajaran.
Karena itu yang dituntut dari para pengemban dakwah adalah menghadapi semua tantangan, gangguan, dan ancaman dalam dakwah. Mereka harus selalu yakin dengan pertolongan Allah SWT sehingga mereka selalu berkata, “Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan sebaik-baik pelindung.” (QS Ali Imran [3]: 173).
Ketahuilah bahwa para penentang dakwah akan mengalami kehinaan di dunia dan di akhirat. Mereka akan dikalahkan dengan izin Allah SWT sebagaimana para penentang dakwah Nabi saw. Adapun di akhirat, mereka akan mendapat siksa yang pedih.
Maka dari itu majulah terus wahai para pejuang dakwah, kokohkan niatmu hanya untuk ridhoNya, patahkan segala rintangan walau nyawa sebagai taruhannya. Kobarkan semangat dakwahmu hingga tegaknya Islam di bawah naungan Khilafah Islamiyyah.
Allahu Akbar.
0 Komentar