Oleh: Anita Ummu Taqillah (Anggota Komunitas Setajam Pena)
Pernah, jiwa ini terpaku pada puncak kenikmatan
Mengemban setiap langkah dengan senyum merekah
Tak ada lelah
Tak ada gundah
Tak ada keraguan mengemban amanah
Namun, roda terus berputar
Raga pun kadang tergelepar
Lelah meniti langkah
Penat kian membuncah
Amarah pun kadang tersulut
Oleh badai yang hanya sesudut
Hingga hati menyebut
Bolehkah kuberhenti sejenak?
Menepi dari hiruk pikuk dunia?
Tetapi diri ini seolah tertampar
Jika hidup hanya sebentar
Pantaskah kau berhenti?
Layakkah kau menepi?
Ketika kehidupan sekitar menyayat hati
Sekularisme merenggut hati anak negeri
Liberalisme merusak generasi
Haruskah kau berhenti?
Ketika masa depan anak cucu terancam gulita
Tak hanya kapitalisme, komunisme pun mengintai dengan nyata
Masihkah kau ragu tetap melangkah?
Meski raga lelah
Meski hati resah
Tetapi, bukankah masa depan cerah yang ingin kau rengkuh?
Mari tetap melangkah
Menyongsong Islam kembali berjaya
Melingkupi seluruh bumi
Itulah kabar gembira sang utusan
Yang selalu membumbung harapan
Janganlah berhenti
Janganlah menepi
Ada Sang Pemilik Hati tempat berpatri
Tak akan ingkar
Akan janjinya bagi pemburu kebaikan
Hamparan surga nan indah
Tempat kembali tanpa resah
0 Komentar