Sejarah Islam, Inspirasi Menuju Peradaban Gemilang

Oleh : Sumiatun (Komunitas pena Ngopi, Jombang)

Fobia terhadap Islam kembali dimunculkan dengan menghadang buku sejarah Islam untuk diketahui para siswa. Baru sehari perintah dari Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Bangka Belitung(Babel) yang mewajibkan siswa SMA/SMK se-Babel membaca buku Muhammad Al Fatih 1453 karya penulis Felix Siauw,  sudah diprotes oleh beberapa tokoh dari kalangan muslim sendiri. Dan kebijakan yang semula untuk tujuan peningkatan kemampuan literasi siswa tersebut akhirnya dibatalkan. (babel.inews.id, 2/10/2020).

Salah satu problem besar bangsa ini dalam melakukan perubahan profil generasi  adalah tiadanya gambaran tentang sosok teladan dan sistem pendukungnya. Sejarah Islam telah nyata mencetak sosok teladan dan peradaban dunia yang gemilang. Di antaranya adalah sosok Muhammad al Fatih sang penakluk Konstantinopel.

Siapapun muslim yang membaca buku sejarah Muhammad al Fatih akan terinspirasi  kesuksesan tokoh Islam ini dan bangga dengan Islam  sebagai sistem yang mampu mencetak generasi unggul dan peradaban yang mulia.

Muhammad al Fatih adalah seorang pemimpin yang bertakwa, beliau tidak pernah meninggalkan shalat fardhu, shalat sunah rawatib dan shalat tahajud sejak baligh. Beliau seorang negarawan ulung, panglima perang agung yang memimpin sendiri 25 peperangan. Beliau juga seorang cendekiawan yang fashih bertutur dalam 7 bahasa.

Muhammad al Fatih berupaya maksimal untuk mewujudkan bisyarah sekaligus amanah Rasulullah SAW bahwa, "Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan." (HR. Ahmad bin Hanbal, Al Musnad 4/335)

Menuju cita-cita yang tinggi serta didukung sistem Islam pada masa itu, dilakukanlah upaya-upaya yang maksimal. Maka di usia yang masih muda yakni 21 tahun Muhammad al Fatih benar-benar mampu mewujudkan apa yang tercantum dalam hadits dari Rasulullah SAW tersebut. Dengan strategi perang yang terbaik, pada tahun 857 H/1453 M, Konstantinopel yang hari ini dikenal sebagai Istambul, Turki, kota dengan benteng legendaris tak tertembus akhirnya runtuh di tangan Sultan Muhammad al Fatih, sultan ke-7 Turki Utsmani.

Belajar dari sejarah Muhammad al Fatih di atas, maka wajar dan patut didukung ketika seorang Kepala Dinas Pendidikan mengeluarkan perintah kepada siswa yang ada di wilayah kerjanya untuk membaca buku Muhammad al Fatih 1453, merangkum dan menyetorkan hasil rangkumannya. Apalagi hal ini dilakukan untuk tujuan meningkatkan kemampuan literasi para siswa.

Yang menjadi tanda tanya justru pihak-pihak yang mengaku muslim namun berupaya menghalangi buku tersebut dibaca oleh siswa, hanya karena alasan penulis buku seorang aktifis dari sebuah ormas Islam yang dianggap bertentangan dengan penguasa.

Sungguh menghalangi sejarah Islam untuk diketahui masyarakat sama dengan menghalangi kebangkitan Islam. Dan pihak yang paling tidak menghendaki hal ini hanyalah pihak asing penjajah. Mereka takut kehilangan kekuasaannya dalam mencengkeram negeri-negeri muslim. Maka dimanfaatkanlah orang-orang di kalangan muslim sendiri untuk menghadang kebangkitan Islam. Semestinya kaum muslimin menyadari, dan tidak melibatkan diri menjadi bagian antek-antek asing penjajah.


Sistem Islam Melahirkan Generasi Tangguh

Keberhasilan sosok Muhammad al Fatih dalam menaklukkan Konstantinopel tentu tidak lepas dari dukungan sistem Pendidikan Islam saat itu. Pendidikan yang didasarkan pada akidah Islam,  yang terstruktur, terprogram dan sistematis telah membentuk generasi berkepribadian Islam, menguasai pemikiran Islam yang handal,  menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi(Iptek) serta menguasai ketrampilan yang tepat guna dan berdaya guna.

Di dalam sistem Islam, pembentukan kepribadian Islam dilakukan pada semua jenjang pendidikan yang sesuai dengan proporsinya . Melalui berbagai pendekatan disampaikan pemikiran Islam kepada siswa.

Sistem Islam atau Khilafah juga menyediakan dana, sarana dan prasarana untuk menunjang keberhasilan pendidikan bagi rakyatnya.Negara memberikan jaminan pendidikan secara gratis dan kesempatan yang seluas-luasnya bagi seluruh warga negara untuk melanjutkan  pendidikan ke tahapan yang lebih tinggi.

Dicontohkan pada Madrasah al-Muntashiriah yang didirikan Khalifah al-Muntashir Billah di Bagdad, setiap siswa menerima beasiswa berupa emas seharga satu dinar (4,25 gram emas). Kehidupan keseharian mereka dijamin sepenuhnya oleh negara. Fasilitas sekolah disediakan seperti perpustakaan beserta isinya, rumah sakit, dan pemandian.

Demikianlah Sistem Islam dengan pengaturan yang sempurna dan diterapkan oleh negara mampu mencetak generasi-generasi unggul seperti Muhammad al Fatih. Buku sejarah Islam seperti buku Muhammad Al Fatih 1453 justru menjadi kebutuhan siswa saat ini. Karena buku ini memuat inspirasi dan penyemangat bagi generasi untuk tampil menjadi pelaku perubahan. Tentunya menuju peradaban Islam yang mulia.

Wallahu a'lam bishshawaab.[UZ1020]

Posting Komentar

0 Komentar