Tawuran Pelajar Potret Generasi Miskin Adab

Oleh : Eka Ummu Kholid (Tim Publikasi Mar'atus Sholihah)

Inilah potret generasi saat ini. Generasi penerus, yang masih jauh dari kata dirindukan. Karena, generasi yang dirindukan peradaban bukan generasi yang miskin adab. Sebagai dampak dari penerapan sistem pendidikan sekuler yang diterapkan di negeri ini.

Puluhan pelajar SMK diringkus personel kepolisian di depan Grand Mal, Jalan Sultan Agung, Kota Bekasi, saat akan melancarkan aksi tawuran, Senin (28/9/2020) malam. Kapolres Metro Bekasi Kota Kombes Pol Wijonarko mengatakan, puluhan pelajar diamankan ketika membajak atau menumpangi bus karyawan. "Tim Patriot (Shabara Polres Bekasi Kota), mengejar dan menghentikan bus tersebut kemudian berhasil mengamankan 38 pelajar," kata Wijonarko, Selasa, (29/9/2020). Personel kepolisian lalu melakukan penggeledahan terhadap puluhan pelajar SMK dan ditemukan senjata tajam diduga untuk melancarkan aksi tawuran. "Kami melakukan pengeledahan, total ada 28 orang pelajar membawa senjata tajam berbagai jenis," paparnya. Dari temuan itu, seluruh pelajar kemudian dibawa ke Mapolres Metro Bekasi Kota, Jalan Pramuka, Bekasi Selatan guna dimintai keterangan lebih lanjut. (Tribunjakarta.com)

Di masa kini, tawuran pelajar sudah menjadi hal yang lumrah. Komisi Perlindungan Anak Indonesia mencatat sekitar 202 anak berhadapan dengan hukum akibat terlibat tawuran dalam rentang dua tahun terakhir. (kpai.go.id)

Dampak yang diakibatkan tawuran, luar biasa banyak. Baik kerusakan fasilitas sekolah maupun publik, teror, kehilangan jiwa dari kedua kelompok yang berkelahi dan tidak jarang menyasar masyarakat di sekitar lokasi.

Selama ini ancaman yang berlaku bagi para pelaku adalah dikeluarkan dari sekolah. Keputusan ini sebenarnya tidak solutif, karena apabila benar-benar dilakukan, akan menimbulkan masalah baru. Ketika dikeluarkan dari sekolah mereka justru akan merasa lebih bebas untuk bertingkah laku. Disisi lain ternyata juga, tidak memberi efek jera bagi para pelaku.

Pendidikan merupakan tombak peradaban. Keberadaannya menjadi penentu bagi generasi yang tercipta. Namun, jika kita melihat fakta pelajar saat ini yang banyak melakukan tawuran. Dapat kita simpulkan bahwa pendidikan di negeri ini tidak berhasil. Kurikulum 2013 yang mengedepankan penilain sikap (afektif), ternyata belum mampu mengarahkan para pelajar untuk bersikap baik(beradab).

Inilah buah dari penerapan sistem kapitalis sekuler di negeri ini. Hingga masalah pendidikanpun dipisahkan dari agama. Fokus pada materi umum tetapi lupa mengedepankan adab. Penilaian sikap memang diutamakan, tetapi materi yang disampaikan tidak fokus pada perbaikan adab.     

Dalam sistem pendidikan islam, prinsipnya adab dulu sebelum ilmu. Ulama salaf sangat perhatian sekali pada masalah adab dan akhlak. Mereka pun mengarahkan murid-muridnya mempelajari adab sebelum menggeluti suatu bidang ilmu dan menemukan berbagai macam khilaf ulama. Imam Darul Hijrah, Imam Malik rahimahullah pernah berkata pada seorang pemuda Quraisy:

تعلم الأدب قبل أن تتعلم العلم

“Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu.”

Ibnul Mubarok berkata:

تعلمنا الأدب ثلاثين عاماً، وتعلمنا العلم عشرين

“Kami mempelajari masalah adab itu selama 30 tahun sedangkan kami mempelajari ilmu selama 20 tahun.”

Ibnu Sirin berkata:

كانوا يتعلمون الهديَ كما يتعلمون العلم

“Mereka -para ulama- dahulu mempelajari petunjuk (adab) sebagaimana mereka menguasai suatu ilmu.”

Agar tujuan pendidikan di negeri ini dapat tercapai. Nampaknya, kita harus segera bergegas beralih ke dalam sistem pendidikan islam. Dan menghasilkan generasi beradab yang dirindukan peradaban. Wallohu’alam bisshawab.

Posting Komentar

0 Komentar