Oleh: Tita Anarita
Penularan Covid-19 dalam 10 bulan ini sudah melewati beberapa gelombang penularan. Penularannya dari mulai turis asing (pendatang luar negeri) sampai sekarang sudah pada kluster keluarga. Hal ini jelas menampakkan bahwa laju kasus sudah semakin tidak terkendali, Covid-19 tidak mengenal baik, jahat, tua, muda, kaya, miskin, semua berpotensi tertular. Jelas, hal ini membuat resah masyarakat karena sampai tanggal 29 Oktober 2020 kasus kumulatif Covid-19 adalah sebanyak 404 ribu kasus yang terlaporkan dan kematiannya adalah sebanyak 13.701 kasus. (Sumber: Wikipedia)
Dengan jumlah kasus yang semakin meningkat sebetulnya pemerintah juga merasa khawatir, tetapi tidak bisa memberikan kebijakan atau aturan yang tegas untuk keselamatan rakyatnya. Ini dapat terlihat dengan aturan yang terus berubah-ubah menyesuaikan situasi. Misalnya saja dalam Pembatasan Berskala Besar (PSBB). Dari awal kasus terjadi Mereka tidak berani mengambil keputusan untuk benar-benar Lockdown. Yang dilakukan adalah PSBB secara parsial tidak menyeluruh, juga tidak secara serempak dilaksanakan pada waktu yang sama. Bahkan dalam kondisi PSBB Tenaga Kerja Asing masih masuk ke Indonesia dengan leluasa.
Begitupun pada fase Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) atau New Normal, ketika kasus dianggap sudah berkurang, angka kasus sudah stabil, dengan tergesa-gesa pemerintah memberlakukan AKB secara bertahap, dari mulai pembukaan kembali fasilitas umum, pasar, Mall, transportasi dsb. Dengan alasan agar berputarnya roda ekonomi, pada akhirnya masyarakat terbiasa hidup berdampingan dengan corona, dalam situasi seperti ini yang kuat akan bertahan dan yang lemah akan tumbang. Secara tidak sadar masyarakat telah mengikuti aturan Herd Immunity. Perlahan-lahan masyarakat lupa dengan masker, cuci tangan bahakan jaga jarak. Apalagi dengan dibukanya tempat-tempat pariwisata, masyarakat seolah menganggap tidak ada saja corona ini. Tanpa takut tertular mereka beramai-ramai mengunjungi tempat-tempat wisata.
Sebetulnya penanganan Covid-19 ini benar-benar memerlukan kerjasama dan kesadaran semua pihak, baik masyarakat, pemerintah, maupun swasta agar kasus segera mereda. Pemerintah seharusnya menajamkan Komunikasi, informasi dan Edukasi kepada masyarakat secara menyeluruh, tanpa mengkotak-kotak daerah hijau, merah, kuning, biru, tapi semuanya, semua lapisan masyarakat, semua penjuru daerah. Disaat masyarakat kurang memahami, kurang memiliki kesadaran terhadap bahaya wabah ini, dan pemerintah juga memberikan kebijakan atau aturan tidak jelas, terus berubah-ubah, ini jelas sekali penanganan wabah ini tidak secara sungguh-sungguh, keselamatan dan kebutuhan masyarakat tidak dijamin secara totalitas. Yang diutamakan hanyalah bagaimana memberikan service agar memuaskan, mengambil hati para investor, pemberi bantuan.
Saat ini Pemerintah menjadikan penerapan sanksi kepada yang tidak menggunakan masker sebagai daya ungkit kesadaran masyarakat dalam mengurangi lajunya penularan Covid-19. Lagi-lagi ini adalah bukanlah penyelesaian yang serius, dan menyelesaikan masalah. Pada faktanya masyarakat tetap tidak mengindahkan aturan tersebut, ada yang dipakai hanya saat ada petugas pengawas, atau kalau ketahuan masyarakat menyangkal dengan berbagai dalih.
Semua yang terjadi di alam ini adalah qodho (ketetapan) dari Allah Swt. sebagaimana yang tercantum dalam Al Qur’an Surat At-Thagabun ayat 11-13 yang artinya “Tidak ada satu masalahpun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan hendaklah orang-orang mukmin bertawakal kepada Allah (11); Dan taatlah kepada Allah, dan taatlah kepada Rosul-Nya, jika kamu berpaling sesungguhnya kewajiban Rosul kami hanyalah menyampaikan(amanat allah) dengan terang (12); (Dialah) Allah tidak ada Tuhan selain Dia. Dan hendaklah orang-orang mukmin bertawakal kepada Allah saja (13).
Tidak ada seorangpun yang mampu menghindar dan menentang atas ketetapan/kehendak Allah. Termasuk pandemi global yang sekarang sedang melanda hampir di seluruh negara dunia, tak terkecuali Indonesia yaitu wabah virus corona atau Covid-19. Maka hendaknya setiap muslim menerimanya dengan sabar dan intropeksi atas segala musibah yang terjadi ini. Bahwa ini semua bukanlah secara kebetulan tetapi ada hikmah dibalik semua yang terjadi ini. Mungkin saja ini adalah sebagai penggugur dosa-dosa kita, atau mungkin sebagai azab dari Allah SWT atas segala kerusakan yang terjadi di muka bumi ini, atas segala pelanggaran-pelanggaran terhadap syariat. Atau mungkin juga untuk mengangkat derajat ummat muslim.
Islam mengajarkan dalam setiap menghadapi musibah hendaklah kita bersabar seperti dalam Al-Qur’an Surat Az-Zumar ayat 10, yang artinya: “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas”. Jika percaya yang menimpanya adalah berasal dari Allah dan merelakan serta menyerahkan masalahnya kepada Allah, maka allah akan menenangkan hatinya, tidak gentar ketika tertimpa musibah. Dia akan berserah diri sepenuhnya kepada Allah Al khaliq, Al Mudabbir, senantiasa meminta pertolongan dan petunjuk untuk melakukan upaya atau ikhtiyar yang maksimal, berusaha yang sungguh-sungguh.
0 Komentar