Hentikan Penghinaan Terhadap Nabi!

Oleh : Sri Yulia Sulistyorini, S. Si (Praktisi Pendidikan) 

Kasus Penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW kembali terjadi. Kali ini dilakukan oleh guru sejarah di Prancis yang bernama Samuel Paty. Kartun Nabi dipertontonkan kepada muridnya ketika diskusi tentang kebebasan berekspresi. Samuel akhirnya dibunuh dengan cara dipenggal oleh remaja Chechnia. 

Aksi ini berbuntut dengan pernyataan Presiden Prancis, Emmanuel Macron yang bersumpah bahwa Prancis akan tetap berpegang pada tradisi dan hukum sekulernya. Kebebasan berbicara dan berekspresi dijamin dan diberi keleluasaan. Majalah Charlie Hebdo yang sangat anti-agama mendapatkan pembelaan ketika memproduksi kartun Nabi Muhammad. 

Hal ini mendorong Erdogan untuk mendesak Turki memboikot produk Prancis di tengah gelombang protes anti-Prancis di negara-negara mayoritas muslim. Lalu, majalah Charlie Hebdo malah menerbitkan edisi terbaru dengan cover atau halaman depan menampilkan kartun yang menggambarkan Presiden Turki Recep Tayyib Erdogan berperilaku cabul. Sindonews.com(Rabu, 28/10/2020).


Kebebasan Berekspresi menjadi Dalih Penghinaan terhadap Nabi

Segala bentuk pelecehan terhadap ajaran Islam, termasuk Penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW, seringkali dilakukan oleh pembenci Islam. Gerakan anti-Islam semakin marak seiring dengan geliat ummat Islam untuk bangkit dengan keislamannya. Kasus demi kasus terus mengemuka di Barat dengan dalih kebebasan berekspresi. 

Kebebasan berbicara dan berekspresi seringkali didengungkan sebagai hak asasi manusia. Namun, hak asasi manusia ini justru tidak diberikan kepada ummat muslim seluruh dunia yang memuliakan Nabi Muhammad SAW.  Malahan, yang terjadi adalah kasus pelecehan yang menyinggung ajaran Islam. Membuat kartun Nabi Muhammad dengan merendahkan dan menistakan serta mengkaitkannya dengan terorisme tentu di luar cakupan hak-hak tersebut. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Menteri Luar Negeri Malaysia, Hishammuddin Hussein. Sindonews.com ( Rabu, 28 Oktober 2020).


Islamophobia Penyebab Utamanya

Rasa takut kaum barat dan pembenci Islam semakin bertambah. Mereka seringkali melakukan aksi pelecehan terhadap Islam dan merendahkannya. Geliat semangat ummat Islam yang kian menggejala di Barat, membuat mereka resah dan mencari cara untuk merendahkannya. Kebencian barat semakin tampak di saat Islam dan ideologinya mulai menampakkan eksistensinya. 

Gelombang Islamophobia ini tampaknya belum bisa berhenti kecuali ketika Islam berkuasa untuk membungkamnya. Hal ini tampak pada munculnya kasus pelecehan terhadap Islam yang terus berulang. Berbagai kecaman dan boikot dari negeri-negeri muslim tak membuat mereka gentar. Malahan, dengan pongahnya mereka tunjukkan perlawanan dengan perang kata. Sampai saat ini mereka masih merasa aman. 


Eksistensi Kapitalis Tidak Bakal Membungkam Penistaan

Berdiri di balik topeng kebebasan untuk menista Islam, tampaknya menjadi cara aman untuk merendahkan Islam. Hal ini, tak lain karena adanya jaminan bagi pelaku penistaan untuk menggencarkan serangan dengan dalih kebebasan atas nama Hak Asasi Manusia. Sistem Kapitalis selalu merestui tingkah mereka. Karena, ibarat induk yang selalu berusaha melindungi anaknya, segala bentuk pelecehan terhadap Islam akan mendapat perlindungan. 


Hanya Kekuatan Adidaya yang Mampu Membungkam Penistaan

Gelombang aksi pengecaman terhadap Penghinaan Nabi muncul di berbagai negeri muslim. Banyak diantaranya turun ke jalan memprotes kasus pelecehan terhadap Islam, bahkan aksi anti Perancis dicanangkan. Beberapa di antaranya melakukan aksi pemboikotan terhadap produk-produk Perancis. Namun, tak sedikitpun aksi-aksi ini membuat mereka jera. Walaupun, sudah ada yang dipenggal lehernya akibat kemarahan ummat muslim yang tidak terima Nabinya dilecehkan. 

Di masa kekhilafahan Sultan Abdul Hamid II, pernah terjadi penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW oleh Perancis dalam sebuah komik.  Sultan Abdul Hamid sangat marah dan memanggil kedubes Perancis yang ada di Turki. Rencananya, Perancis akan mengadakan pertunjukan teater yang menghina Nabi. Namun, dengan ketegasannya, Sultan Abdul Hamid berhasil menggagalkannya. 

Beda dengan sekarang, ketika tiada lagi kekhilafahan Islam, tiada lagi yang sanggup membungkam kesombongan dan kedzaliman penghina Nabi dan ajaran Islam. Maka, hanya Kekhilafahan Islamiyyah yang terbukti mampu melindungi dan menjaga ajaran Islam dari penghinaan yang dilakukan oleh para pembenci Islam dan penganut Islamophobia. Selain itu, para penghina Nabi adalah musuh-musuh Allah. Mereka adalah orang-orang kafir yang kelak akan mendapatkan balasan yang setimpal atas apa yang telah meraka lakukan. 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

ثُمَّ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ يُخْزِيْهِمْ وَيَقُوْلُ اَيْنَ شُرَكَآءِيَ الَّذِيْنَ كُنْتُمْ تُشَآ قُّوْنَ فِيْهِمْ ۗ قَا لَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ اِنَّ الْخِزْيَ الْيَوْمَ وَا لسُّوْٓءَ عَلَى الْكٰفِرِيْنَ ۙ 

"Kemudian Allah menghinakan mereka pada hari Kiamat, dan berfirman, Di manakah sekutu-sekutu-Ku itu yang (karena membelanya) kamu selalu memusuhi mereka (nabi-nabi dan orang yang beriman)? Orang-orang yang diberi ilmu berkata, Sesungguhnya kehinaan dan azab pada hari ini ditimpakan kepada orang yang kafir," (QS. An-Nahl 16: Ayat 27)

Wallahu A'lam Bisshowwab.

Posting Komentar

0 Komentar