Kebijakan PJJ Dalam Sekularisme-Kapitalisme, Hanya Sistem Pendidikan Islam Satu-satunya Solusi

Oleh : Umi Rizkyi (Komunitas Setajam Pena)

Berdasarkan data yang dilansir oleh Kompas.com_ Jakarta, Dewan Pakar Fiderasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Retno Listyarti menyatakan alasan mengapa pihaknya memberikan nilai 55 untuk kebijakan pembelajaran jarak jauh(PJJ) yang dikeluarkan oleh Menteri Pendidikan dan kebudayaan (Kemendikbud) Nadiem Makarim.

Hal ini dilakukan oleh FSGI guna untuk menunjukkan kinerja selama setahun, Nadiem Makarim sejak dilantik 23 Oktober 2019 yang lalu.

Adapun alasannya, antara lain kami memiliki data survei dan memiliki perwakilan berbagai daerah yang guru-guru ini betul-betul pelaku di lapangan dan berhubungan langsung dengan orang tua murid-murid. Hal ini disampaikan oleh Retno ketika acara rapor merah satu tahun pendidikan mas Nadiem Makarim secara virtual Minggu (2/10/2020).

Sesungguhnya  ada delapan poin yang jadi penilaian oleh FSGI, namun sebagian besar di bawah rata-rata yaitu 75. Oleh karena itu, maka menteri pendidikan mendapatkan rapor merah darinya. Apalagi kebijakan PJJ yag diambilnya menimbulkan masalah baru, mulai dari siswa depresi, orang tua stres mendampingi PJJ, hingga kasus siswa bunuh diri. Seperti yang terjadi diberbagai daerah, misalnya Banten, Sulawesi dan Jawa Barat.

Begitupula penelitian yang dilakukan oleh pengamat pendidikan Center for Education Requestions and Development Analyssis (CERDAS) Indra  Charismiadji menilai dunia pendidikan negeri ini minim inovasi dalam setahun terakhir ini. (cnnindonesia.com 26/10/2020).

Ragam kebijakan yang diambil Nadiem Makarim masih sama dengan program-program terdahulu. Hanya terjadi pergantian nama saja. Tidak ada konsep baru yang berdampak untuk kemajuan pendidikan Indonesia.

Adapun masalah-masalah yang muncul ketika kebijakan PJJ ini diambil, di antaranya pertama tugas siswa yang menumpuk mengakibatkan siswa depresi hingga bunuh diri, ke dua jaringan internet yang kurang mendukung, ke tiga banyak orang tua stres karena beban mendampingi pembelajaran daring, ke empat sulit mengontrol proses pembelajaran yang dilakukan guru dan ke lima tidak menutup kemungkinan ada banyak guru yang tidak menguasai teknologi selama PJJ.

Sesungguhnya berbagai macam masalah yang muncul karena diberlakukannya kebijakan PJJ yang prematur dan tidak terukur bersumber dari penerapan sistem pendidikan sekuler, yang dengan jelas tidak bersungguh-sungguh dalam menangani permasalahan pendidikan. Sistem pendidikan sekuler juga tidak bersungguh-sungguh berorientasi memberikan hak pendidikan pada generasi.

Bahkan sebaliknya, sistem pendidikan sekuler menciptakan orientasi kapitalistik yang dominan sehingga melahirkan kebijakan yang tidak adil. Tidak menjalankan tugasnya untuk mengurusi dan mengabaikan aspek mendasar pembentukan kepribadian generasi.

Oleh karena itu, maka jalan satu-satunya adalah mengganti sistem pendidikan sekuler dengan sistem pendidikan Islam. Karena ini merupakan suatu keharusan dan satu-satunya solusi dari segala macam permasalahan di bidang pendidikan yang terjadi saat ini.

Kenapa sistem pendidikan sekuler ini harus diganti? karena sistem sekuler lah pangkal dari berbagai macam permasalahan ini terjadi. Telah terbukti selama selain Islam yang diterapkan, pendidikan hanya ditujukan untuk mendapatkan keuntungan materi saja.

Adapun tujuan mendidik, tidak lain hanya sekedar  untuk menyajikan anak didiknya untuk bisa bekerja, dan statusnya sebagai pekerja, pegawai atau buruh saja. Hal ini hanya bertujuan untuk memenuhi tuntutan dunia industri. Pendidik hanya mencetak siswa untuk menjadi pekerja bagi industri dengan upah yang murah dan sangat rendah.

Pemberian rapor merah, tidak akan memberi perubahan apapun, jika tidak disertai dengan digantikannya sistem pendidikan sekuler dengan sistem pendidikan Islam yang telah terbukti mampu mencetak generasi unggul dan berkualitas.

Negara Islam atau khilafah akan bertanggung jawab memberikan sarana dan prasarana yang dibutuhkan rakyatnya. Misalnya, gedung-gedung sekolah, laboratorium, balai-balai penelitian, buku-buku pelajaran yang memadai dan berkualitas baik.

Apalagi saat ini, pandemi Covid-19 belum juga usai dan entah sampai kapan. Maka, khilafah tidak akan rugi jika memberikan pendidikan gratis terhadap rakyatnya, karena didukung dengan pengelolaan keuangan dan pendapatan negara yang amanah.

Sebagai contoh, pada masa kekhilafahan Al-Munthashir Billah. Beliau, mendirikan madrasah Al-Munthashir di Baghdad. Setiap siswa menerima beasiswa berupa emas seharga satu Dinar (emas seberat 4,25 gram emas) bahkan kehidupan sehari-hari dijamin penuh oleh khilafah. Begitu pula fasilitas pun disediakan seperti perpustakaan beserta isinya, rumah sakit bahkan pemandian sekalipun.

Oleh karena itu, khilafah akan mampu mencetak generasi unggul dan berkepribadian Islam yang kuat dan tangguh. Maka dari itu, sudah selayaknya setiap individu muslim hendaknya memperjuangkan tegaknya khilafah. Karena hanya dengan khilafah lah masa depan generasi gemilang dapat terwujud. Insya Allah

Posting Komentar

0 Komentar